Foto: Windi Listianingsih
Pengendalian OPT terpadu menjadi bagian penerapan CSA
CSA mengandung banyak manfaat mulai dari peningkatan produktivitas dan kesejahteraan, meminimkan dampak lingkungan, hingga mengembangkan ekonomi daerah.
Pertanian menghadapi tantangan serius perubahan iklim global yang mengancam produksi pangan dunia. Perlu upaya beradaptasi dengan iklim agar kegiatan pertanian bisa berkelanjutan sehingga mampu mendukung ketahanan pangan nasional dan global. Bagaimana caranya?
Pertanian Cerdas Iklim
Dalam webinar “Climate Smart Agriculture untuk Pertanian Berkelanjutan dan Mendukung Ketahanan Pangan” sekaligus soft launching buku “Pertanian Cerdas Iklim di Indonesia: Konsep dan Teknologi”, Yiyi Sulaeman, peneliti di Kementerian Pertanianmemaparkan konsep pertanian cerdas iklim (Climate Smart Agriculture, CSA) sebagai solusi adaptasi dan mitigasi menghadapi dampak perubahan iklim.
“Pertanian cerdas iklim adalah suatu pendekatan mentransformasi dan mengorientasikan ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan (on farm dan off farm). Sehingga, keduanya mendukung pertanian berkelanjutan yang dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim,” ujarnya.
Yiyi menjelaskan, CSA mengandung 7 kata kunci, yaitu transformasi dalam hal perubahan cara pikir, reorientasi, sistem produksi pertanian, rantai nilai pangan, pertanian berkelanjutan, ketahanan pangan dan perubahan iklim.
Ia melanjutkan, tujuan CSA yaitu meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan secara berkelanjutan, bukan sesaat. “Tujuan berikutnya menerapkan adaptasi dan ketangguhan terhadap perubahan iklim, mengurangi atau menghilangkan gas rumah kaca,” jelasnya.
Menurut pakar pemetaan tanah digital pertama di Indonesia itu, CSA memiliki banyak manfaat. Yakni hasil pertanian meningkat, tanpa atau sedikit berdampak negatif ke lingkungan, tanpa konversi tambahan lahan pertanian, pemanfaatan lahan dan sumber daya secara optimal, pendapatan keluarga meningkat, ketangguhan terhadap perubahan iklim meningkat, dan ekonomi wilayah berkembang.
“Hasil pertanian meningkat contohnya tanam jagung 2 kali panen di NTT. Dalam sistem konservasi, biasanya hanya 1 kali panen. Di Jawa Barat mereduksi pupuk 50%, bisa meningkatkan 1-2 ton produksi padi,” ucapnya.
Penulis dan editor buku “Pertanian Cerdas Iklim di Indonesia: Konsep dan Teknologi” itu mengungkap, penerapan CSA perlu dukungan perundang-undangan. “Dengan adanya perundang-undangan, program akan berkelanjutan dan anggaran bisa dipertahankan. Kalau sebaliknya, akan terasa sulit dari sisi pemerintah,” bukanya. Kemudian, pengembangan basis bukti dan dokumentasi, penguatan diseminasi, dan peningkatan kemampuan petani serta penyuluh.
Teknologi Greenhouse
CSA juga mengandalkan peran teknologi, salah satunya greenhouse (rumah kaca) untuk adaptasi perubahan iklim dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta sistem irigasi hemat air yang mengefisienkan pemanfaatan air untuk pertanian. Petrus Andianto, Managing Director PT Daya Santosa Rekayasa (DSR) menerangkan, greenhousemerupakan salah satu solusi mengatasi dampak perubahan iklim sekaligus sebagai sistem peringatan dini dalam proses budidaya.
Greenhouse memungkinkan para pelaku agribisnis mengatur suhu, kelembapan, hingga intensitas cahaya yang dikelola secara otomatis menyesuaikan kebutuhan tanaman. Karena itu, greenhouse harus bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur iklim. “Kalau milih greenhouse yang tidak bisa ditutup secara full atau memanfaatkan ventilasi, artinya tidak bisa mengontrol sebuah climate (iklim),” ungkapnya.
Misalnya, jendela greenhouse bisa dibuka bagian atas atau samping untuk memanipulasi iklim. “Itu salah satu ciri khas greenhouse yang disiapkan untuk climate change (perubahan iklim). Atau, gimana caranya kita memanipulasi sebuah sistem klimatologi di dalam greenhouse, satu syaratnya, greenhouse-nya harus bisa tertutup,” urai pria kelahiran 2 Juni 1981 ini.
DSR menghadirkan berbagai tipe greenhouse mulai dari skala kecil untuk penelitian hingga skala besar untuk komersial. Di antaranya greenhouse yang bisa dibuka atapnya, blackout greenhouse yang bisa digunakan untuk riset pembungaan tanaman dengan kebutuhan cahaya beberapa jam saja, venlo greenhouse, dan greenhouse gothic movable double side roof vent sebagai model greenhouse paling canggih keluaran DSR.
Petrus menambahkan, greenhouse juga dilengkapi automatic weather station yang akan menangkap data curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembapan, serta cuaca. Ada pula sensor suhu dan kelembapan yang berfungsi sebagai “mata dan telinga” kita untuk merasakan apa yang terjadi di dalam greenhouse.
Strategi
Pada kesempatan yang sama, Leli Nuryati, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDM, Kementerian Pertanian menguraikan, CSA merupakan salah satu strategi pembangunan pertanian dalam rangka pengembangan pertanian modern melalui pengembangan smart farming dan teknologi yang ramah lingkungan serta cerdas dalam memanfaatkan sumber daya alam, khususnya air dan iklim.
Untuk mencapai tujuan pertanian yaitu menyediakan pangan, meningkatkan kesejahteraan petani, dan meningkatkan ekspor pertanian, jelas Leli, membutuhkan peran SDM pertanian yang profesional, berdaya saing, dan berwirausaha. BPPSDMP merancang strategi dan program pengembangan SDM pertanian. Strategi tersebut berupa sistem regenerasi SDM pertanian yang berkelanjutan dengan target terbentuknya 2,5 juta petani milenial pada 2024.
Kedua, penguatan profesionalisme dan kompetensi penyuluh pemerintah, swasta, dan swadaya. Ketiga, penguatan penyuluhan pertanian berbasis inovasi dan rekayasa teknologi. “Karena itu, di era Covid-19 pola-pola diseminasi berbasis online kita lakukan untuk meningkatkan pengetahuan penyuluh dengan membekali mereka teknologi-teknologi berbasis CSA,” ulasnya.
Keempat, pengembangan infrastuktur, digitalisasi, dan modernisasi pertanian. Kelima, pengembangan kewirausahaan, jejaring usaha, kemitraan, dan akses pasar. Terakhir, penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi petani berbasis agroindustri. Strategi dilakukan melalui program kostratani, penumbuhan petani milenial, dan dukungan terhadap program utama Kementan. Petani milenial juga didorong menjadi wirausahawan muda dengan target akan ada 4.770 wirausaha muda tahun ini.
Perempuan kelahiran 25 Februari 1968 itu menjelaskan, Pusluh Pertanian telah menerapkan CSA dan ilmunya dimanfaat oleh para penyuluh di Indonesia. Pengembangan yang telah dilakukan berfokus pada teknologi CSA padi dengan memanfaatkan penggunaan bibit unggul yang rendah emisi dan bermutu, pemupukan berimbang, penetuan waktu tanam berdasarkan kalender tanam, sistem tanam jajar legowo, pengendalian OPT terpadu, dan sampling pengukuran emisi gas rumah kaca. “Kita harapkan ini bisa kita dorong, petani dikawal penyuluh dalam penerapan teknologi CSA padi,” katanya.
Penerapan teknologi CSA, ucap Leli, dilakukan dengan berbagai program, seperti sekolah lapang, bahan pembelajaran terkait benih, pupuk organik, dan lainnya. Selain itu, juga melalui bimbingan teknis, pertemuan, rembug tani, sosialisasi, dan pendampingan penyuluh baik secara online maupun offline.
Windi Listianingsih dan Sabrina Yuniawati