“Konsumsi ayam kita masih rendah, sekitar 13 kg/kapita/tahun, padahal industri unggas kita sudah sangat besar dibandingkan pada 2000. Sayangnya, industri raksasa ini tidak resilien dan tidak berkelanjutan,” Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Mengapa demikian?
Pada 2000, industri unggas nasional relatif masih kecil. Sekarang memang sudah menjadi raksasa tetapi tidak kuat resiliensinya. Resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dengan kejadian atau masalah sangat berat pada berbagai level, baik level internasional, nasional, makro, dan level mikro yang terjadi di dalam perusahaan.
Dan industri raksasa ini juga tidak berkelanjutan. Alhasil jika kita tidak hati-hati, maka industri ini akan mengalami kesulitan dalam waktu tidak terlalu lama lagi.
Industri unggas yang sudah meraksasa ini juga belum berhasil membantu menanggulangi masalah nasional tentang perbaikan gizi. Angka stunting memang telahmenurun, tapi masih begitu tinggi.
Sementara sudah sekian lama pemerintah melakukan proteksi terhadapindustri unggas tapi hasilnya cuma begitu-begitu saja. Sehingga perlu dipertanyakan apa yang belum baik pada industri unggas kita? Kendati sudah bertumbuh tapi tidak ada jaminan menjadi tangguh dan berkelanjutan jika tidak ada perubahan yang fundamental dalam industri ini.
Mengapa demikian kondisi industri unggas kita?
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 335 terbit Mei 2022 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.