Foto: Dok. Humas Ditjen Hortikultura Kementan
Kementerian Pertanian yakin ketersediaan bawang merah di pasaran dapat tercukupi selama bulan suci Ramadhan dan menghadapi Idul Fitri 1443 H. Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menegaskan bahwa pasokan dan harga bawang merah nasional aman dan terkendali, sehingga tidak ada kelangkaan stok bawang merah. “Pasokan aman dari stok eksisting dan masih ada juga dari panen berjalan. Produksi di sentra-sentra utama juga lancar, bahkan ada yang cukup melimpah dan luas tanamnya makin bertambah. Jadi, bawang merah tidak langka,” ujar Prihasto. Terkait isu akan adanya impor bawang merah, Prihasto secara tegas membantahnya. Menurut Prihasto, berdasarkan data prognosa produksi yang ada, produksi dalam negeri masih mencukupi. “Saya sudah klarifikasi dan jelaskan secara langsung ke berbagai pihak terkait, termasuk Kepala Badan Pangan Nasional. Kami sepakat bahwa impor bawang merah belum diperlukan karena produksi dalam negeri masih mencukupi,” tegasnya. Senada dengan pernyataan Prihasto, Ketua Pengurus Pusat Perhorti, Slamet Susanto pun menyatakan bahwa saat ini Indonesia memang belum perlu untuk membuka keran impor bawang merah sebab ketersediaan masih cukup melimpah. “Di beberapa daerah sentra bawang merah saat ini sudah mulai panen dan berdasarkan stok eksisting yang ada ditambah dengan panen berjalan, akan dapat mencukupi kebutuhan, terutama untuk Ramadhan dan Idul Fitri,” jelas Slamet. Slamet menambahkan, dengan mendasarkan pada stok dan panen yang akan terjadi tersebut, kebutuhan dalam negeri masih dapat dipenuhi. Seluruh hasil produksi terserap pasar dengan baik dan harga cenderung stabil. “Hasil pantauan produksi yang saat ini sudah lebih baik, akan berdampak pada lebih stabilnya produksi bawang merah. Dengan produksi yang lebih stabil, fluktuasi harga yang besar tidak terjadi. Maka dari itu, impor menurut saya belum diperlukan karena tidak ada kelangkaan pasokan yang ekstrem,” tambahnya. Kondisi lapang di daerah sentra bawang merah seperti Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, produksi dan harga dikabarkan cukup stabil. Menurut Ketua Pengurus Daerah Perhorti Jawa Tengah, Eddy Triharyanto, biasanya di musim hujan harga bawang merah cukup tinggi karena produksi menurun. Namun, saat ini lonjakan harga tidak terjadi. Artinya, produksi dan pasokan masih baik. “Di musim hujan saat ini, produktivitas di Brebes kurang lebih 9 ton per ha. Produktivitas cukup baik di musim hujan. Untuk harga, bawang merah per kilogramnya masih di angka Rp 17.000-Rp 20.000 di tingkat petani. Harga stabil dan merupakan harga yang pantas karena petani masih mendapatkan untung dan menurut masyarakat juga tidak mahal,” terang Eddy. Ditanya mengenai isu impor bawang merah, Eddy pun berpendapat sama dengan Prihasto dan Slamet bahwa memang masih belum perlu. Eddy mengungkapkan, petani saat ini sudah mulai terbiasa dengan kondisi perubahan iklim dan mampu memperkirakan kebutuhan produksi. “Menurut saya, impor belum perlu ya. Kualitas bawang merah saat ini sudah memenuhi kemauan pasar. Petani juga sudah mulai terbiasa dengan kondisi iklim. Jadi, tidak mengandalkan tanam di musim kemarau saja. Musim hujan juga siap tanam. Kualitas hasil produksi di musim hujan juga masih baik, dibantu dengan pengendalian OPT yang tepat,” tambahnya. Lebih lanjut, Eddy menjelaskan, pengembangan pertanian dengan model closed-loop yang mulai digalakkan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura merupakan salah satu langkah baik untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan kesejahteraan petani. Model closed-loop menjamin pasar bagi petani, sehingga produksi akan sesuai dengan kebutuhan dan impor tidak akan diperlukan. “Dengan closed-loop, petani ini bermitra dengan pasar. Ada kontrak harga, ada perencanaan yang baik untuk produksi. Dampaknya, harga lebih stabil dan pendapatan petani juga lebih terjamin. Saya berharap model closed-loop ini dapat terus dikembangkan dan diaplikasikan oleh banyak kelompok tani,” tutup Eddy.