Setiap tanggal 9 Dzulhijjah, muslimin seantero dunia memperigati Hari Raya Idhul Adha. Pada hari raya untuk memperingati ketaatan dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS terhadap pencipta-Nya saat diperintahkan mengurbankan putra satu-satunya, Ismail, ini, muslimin yang tidak berhaji menunaikan kurban ternak.
Menyembelih hewan kurban hanya berlaku bagi yang mampu. Hukumnya sunah mu’akkadatau sunah yang dikuatkan. Jutaan hewan ternak kurban yang memenuhi syarat dipotong selama empat hari dan dagingnya dibagi-bagikan terutama ke masyarakat kurang mampu.
Bagi peternak dan pedagang ternak di Indonesia, Hari Raya Kurban merupakan salah satu momen yang ditunggu-tunggu setiap tahun karena menciptakan permintaan tinggi terhadap sapi, kerbau, kambing, dan domba (sakado). Istimewanya, harga ternak sakado lebih tinggi ketimbang kebutuhan reguler lantaran tidak sembarang sakado layak dijual sebagai hewan kurban.
Persyaratan minimalnya umur setengah tahun untuk domba dan setahun untuk kambing,sementara untuk sapi dan kerbau minimal dua tahun. Ternak harus dalam kondisi sehat, tidak cacat, dan gemuk. Jadi, peternak harus mempersiapkan ternaknya jauh-jauh hari,minimal tiga bulan sebelmnya. Tahun ini Idhul Adha jatuh pada 9 Juli 2022.
Menurut Yudi Guntara Noor, Ketua Umum Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI), peternakan kambing dan domba kebanyakan merupakan usaha kecil sehingga kadang sulit untuk mendapatkan data produksi dan pengguna yang akurat.
Namun demikian,ada kekhasan bisnis ternak yang tergolong ruminansia kecil ini dalam penggunaannya. Selain sebagai sumber protein hewani kebanyakan melalui pelaku usaha kuliner, kambing domba juga dipotong sebagai sarana melaksanakan ibadah, yakni kurban dan akikah.
Kendati berhubungan dengan ketaatan beribadah, kondisi perekonomian secara umum tetap mempengaruhi bisnis ini. Pandemi Covid-19cukup memukul para peternak karena penjualan mengalami penurunan akibat pembatasan pergerakan masyarakat skala besar. Penjualan di lapak jadi berkurang. Menariknya, pada 2020 karena tidak ada pemberangkatan haji, ada pelaku bisnis yang mengaku penjualannya malah naik. Sementara, pandemi 2021 ada penurunan penjualan.
HPDKI memperkirakan 10 juta ekor kambing dan domba dipotong setiap tahun, baik untuk ibadah maupun kuliner. Jika nilai per ekor Rp1,5 juta saja maka tak kurang dari Rp15 triliun beredar di bisnis ini. Dari angka itu, sebanyak 6,3 juta ekor untuk akikah dan 2,4 juta ekor untuk kurban.
Dalam kondisi normal, pertumbuhan permintaan hewan kurban sebesar 5% per tahun. Di Jawa Barat, masih menurut Yudhi, Covid menurunkan pasar kurban sampai 50%, tapi untungnya harga terkatrol naik. Bahkan bukan hanya naik, tapi ganti harga karena naiknya sampai 100%. Harga rata-rata Rp50 ribu/kg hidup. Harga kambing umumnya lebih mahal.
Tahun ini seiring membaiknya kondisi pandemi menuju endemi, diharapkan bisnis hewan kurban akan kembali meningkat. Harga kambing dan domba diperkirakan masih akan meningkat sekitar 15%-20%. Optimisme membaiknya bisnis paling tidak terlihat dari jumlah hewan yang disiapkan para peternak dan investor.
Di Lampung, Sarjono dari Kelompok Ternak Limousin, yang tahun lalu berhasil menjual sapi untuk kurban 150 ekor, tahun ini menyiapkan 200 ekor. Target pasarnya kelas menengah, yaitu pasar kelompok arisan dan pengusaha. Sementara, Sapibagus.com masih berharap penjualan seperti tahun lalu 400-500 ekor sapi.
Contoh dari investor, tawaran paket investasi penggemukan 500 ekor domba dan sapi 20 ekor sebesar Rp1,5 miliar selama 4-5 bulan ludes dalam waktu tiga hari. Investasi yang ditawarkan koperasi alumni Fakultas Pertanian UGM ini dikemas dalam paket Rp10 juta/unit.
Yudi mengungkap, tahun ini pasokan kambing dan domba masih seret sehingga bakal terjadi rebutan di pasar. Pasar akikah dan kurban tetap menarik karena tidak ada substitusi dari impor ternak hidup. Karena itu, HPDKI mendorong pengembangan korporasi berbasis pembiakkn sehingga ada suplai domba betina yang lebih terjamin untuk digunakan sebagai indukan.
Peni Sari Palupi