Jumat, 11 Maret 2022

GAPENSISKA Memacu Produksi Daging Nasional di Lahan Sawit

GAPENSISKA Memacu Produksi Daging Nasional di Lahan Sawit

Foto: ist
Program SISKA menjanjikan saling memberikan keuntungan

Bogor (AGRINA-ONLINE.COM). Pemerintah dan swasta terus mengkampanyekan program sistem integrasi sapi-kelapa sawit (SISKA) untuk mendorong pemenuhan daging nasional. Hal tersebut disampaikan steering committee (SC) Kongres Gabungan Penyelengara dan Pemerhati Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit (GAPENSISKA) Prof Muladno, di Bogor Kamis (10/3).

Muladno menjelaskan, program integrasi sapi  kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang berpotensi memberikan keuntungan bagi para pelaku perkebunan kelapa sawit. Menurutnya, beternak sapi di perkebunan kelapa sawit memberikan banyak banyak keuntungan.

“Salah satunya, adanya’ pupuk organik yang berasal  dari urin dan kotoran sapi. Apalagi saat ini harga pupuk sedang melambung tinggi yang memberatkan petani,” ujar Muladno.

Saat ini, pemerintah pusat maupun daerah terus mengkampanyekan program integrasi sapi-kelapa sawit (SISKA) untuk memberikan alokasi sumberdaya peternakan ke perkebunan. Terlebih Indonesia memiliki areal perkebunan kelapa sawit yang cukup luas mencapai 16,38 juta ha, dengan luasan itu  potensi untuk diintegrasikan dengan sapi potong yang menguntungkan.

Namun sayangnya, program integrasi SISKA belum berkembang dengan baik dan diadopsi pengusaha, padahal dengan melihat potensi manfaat yang besar maka  integrasi ini bisa didorong. “Guna mengoptimalkan sumberdaya alam yang berkelanjutan dengan melakukan integrasi sapi-kelapa sawit, maka dibutuhkan organisasi seperti GAPENSISKA,” tutur Prof Muladno.

Dalam membentuk organisasi ini, jelas Prof Muladno, pihaknya telah melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku di Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta berlanjut ke upaya pembentukan organisasi GAPENSISKA.


Pada kesempatan yang sama, mewakili Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian, Sekretaris Ditjen PKH, Makmun menuturkan, guna memenuhi target pembangunan peternakan Nasional, Ditjen PKH telah melakukan berbagai upaya terobosan antara lain melalui tiga Program Prioritas Nasional dan Reguler Maksimal, dengan pendekatan  hulu-hilir,  Koporasi, Kemitraan, dan sinergisme kewenangan.

“Dari ketiga Program Prioritas Nasional tersebut, salah satunya adalah Pengembangan Sapi dengan Pola Integrasi Sapi-Sawit,” jelasnya.

 

Makmun mengatakan, sistem pemeliharaan sapi saat ini di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat dengan pola usaha semi intensif dan intesif dengan rata-rata kepemilikan 2 (dua) ekor per peternak. Untuk membudidayakan 1,46 juta ekor sapi tersebut, diperlukan lahan sekitar 5,84 juta ha. Lahan tersebut digunakan untuk perkandangan dan budidaya hijauan pakan ternak.

“Saat ini masih sedikit lahan khusus bagi usaha  peternakan, sehingga  sangat  tergantung dari sumber pakan ternak yang ada di sekitar lokasi peternak dan dilepas di areal lahan kosong dengan kualitas pakan yang rendah,” tandasnya.

Kendala utama penyediaan daging sapi di Indonesia adalah ketersediaan sapi bakalan. usaha  ini  dinilai efisien  ketika dilakukan  secara ekstensif dengan meminimalkan biaya pakan yang merupakan komponen terbesar dalam usaha ini, yaitu sebesar 58% (SOUT 2017).

sumber: Hortus Archipelago
Try Surya A

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain