Jumat, 4 Maret 2022

BAWANG : Tips Merawat Bawang di Musim Hujan

BAWANG : Tips Merawat Bawang di Musim Hujan

Foto: Windi Listianingsih
Penanganan OPT tepat, hasil maksimal

Hati-hati,penyakit atau jamur mendominasi di musim penghujan!
 
Menanam bawang merah di musim penghujan gampang-gampang susah karena intensitas air terlalu tinggi. Sehingga,menyebabkan nutrisi tidak terserap dengan optimal.Seperti apa antisipasi dan menjaga hasil panen bawang merah di musim basah?
 
 
Penyakit Kompleks
 
Bawang merah membutuhkan sinar matahari minimal 70%, suhu udara 25-30⁰ C,dan kelembapan 50%-70%. Kelembapan tinggi dapat memicu serangan penyakit kompleks.Pada musim tanam seperti saat ini, tidak banyak petani melakukan budidaya bawang merah karena berdampak pada kualitas dan hasil produksi yang tidak seberlimpah layaknya di musim kemarau. 
 
Menurut Agung Udara Permana, Product Manajer PT Agricon Indonesia, petani tidak banyak menanam bawang merah pada musim hujan karena banyak tantangan. Tantangannya yaitu adanya perubahan iklim, perubahan suhu, serta serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
 
Hasil pantauan di lapangan wilayah Madiundan Nganjuk, Jatim,intensitas hujan tinggi bahkan hingga berupa hujan es. Secara teknis, hujan es yang menghantam pertanaman bawang merah dapat menyebabkan tanaman patah atau roboh. Sehingga, perlu antisipasi mengunakan paranet, seperti di wilayah Probolinggo, Jatim.
 
“Setelah itu,OPT, hujan lebat,dampaknya serangan penyakit atau jamur. Hujan deras secara langsung pupuk dapat mengurai atau tercuci. Pupuk yang tercuci air hujan dapat menyebabkan tanaman bawang kekurangan nutrisi. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal serta tanaman kurang sehatsehingga mudah terserang hama dan penyakit karena kurangnya suplai nutrisi,” ungkapnya. 
 
 
Pemupukan
 
Menurut Muhammad Khamim, petani asal Desa Tengguli, Kec. Tanjung, Kab. Brebes, Jateng, budidaya di musim hujan sangat berbeda dengan musim kemarau. Kunci paling penting yang harus diperhatikan adalah pengolahan tanah.
 
Khamim memiliki lahan seluas 0,5 ha.Ia biasanya mengolah tanah 2 bulan sebelum tanam agar tanah menjadi kering. Di musim hujan, tanah harus lebih kering dan bedengan lebih tinggi dari biasanya.   
 
“Musim hujan tanah biasanya dibajak, dikeringkan selama 2 bulan sebelum tanam. Sedangkan, saat kemarau dibajak, langsung tanam, dan terpenting sumber airnya tersedia. Perbedaan musim hujan,airnya dibuang sedangkan kemarau sebaliknya,airnya disimpan,” katanya.
 
Pada lahan seluas seperempat bahu atau setara 1.750-1.850 m2, Khamim menghasilkan bawang sebanyak 2,5 ton di musim kemaraudan 0,17-0,18 ton di musim hujan.“Lebih baik di budidaya musim kemarau daripada banyak air. Pasalnya,kadar air hujan kurang bagus untuk bawang merah. Ini akan mempengaruhi proses pertumbuhan hingga hasil produksi menurun,” jelasnya.
 
Bapak asli Brebes ini mengatakan, setelah lahan dibersihkan dari gulma lalu diberikan pupuk dasarsehari sebelum proses penanaman umbi bawang merah. Berikan pupuk dasar NPK dengan porsi fosfor (P) lebih tinggi. Sumber P bisa dari NPK yang P-nya tinggi,TSP,atau SP 36kurang lebih 50 kg per seperempat bahu.
 
Lalu, pupuk DAP (diamonium fosfat) 10-15 kg dan insektisida 10 kg. “Hitungan saya per seperempat bahu dalam aplikasi pupuk.Serta,pupuk biasanya hanya ditabur saja,” terangnya. 
 
Khamim melanjutkan, pemupukan susulan dilakukanpada umur 10-15 hari setelah tanam (HST) dengan menambahkan NPKGrower20 kg dan Kamas20 kg.Pemupukan terakhir umur 30-35 HST, ia memberikan pupuk mengandung kaliumtinggi untuk meningkatkan nutrisitamanan, yaituKClsebanyak 25 kg, Kamas 20 kg, dan ZA 15-20 kg.
 
“Komposisi pupuk kalium diperbanyak tidak masalah agar tanaman tumbuh optimal. Lalu,lakukan penyiraman tanaman bawang setiap 3 hari sekali,” kata pria yang memulai budidaya bawang merah pada 2011itu.
 
 
Antisipasi OPT
 
Membahas OPT, Khamim mengungkapkan, yang sering muncul pada musim hujan adalah moler dan busuk daun. Lalu,ulat bawang tetapi intensitasnya tidak terlalu tinggi dibandingkan di musim kemarau. “Setiap dampak serangan OPT bisa gagal panen karena penularan begitu cepat hingga hasil produksi jadi turun,” urainya.
 
Menurut Agung, penyakit yang dominan menyerang pada musim tanam ini  adalah bercak ungu atau trotol. Penyakit ini disebabkan cendawan Alternaria porii. Gejalanya berupa bercak warna putih lalu meluas menjadi warna keunguan. Di tengah - tengah bercak ungu terdapat titik hitam dan dikelilingi warna kuning melebar.
 
“Agricon merekomendarikan Throne 250 EC konsentrasi 1-2 ml/l. Campurkan fungisida kontak atau tepung. Biasanya petani mencampurkan (fungisida) berbahan aktif mankozeb. Throne diaplikasikan pada usia awal 7-14 HST,” katanyasaat dihubungi AGRINA (24/02).
 
Agung memaparkan, tidak menutup kemungkinan adanya serangan hama ulat bawang (Spodoptera exigua).Memang tingkat serangannya tidak setinggi di musim kemarau. Akan tetapi,petani perlu mewaspadaihama yang dapat merusak bawang hingga menurunkan produksi.
 
Ulat bawang muncul dari serangga dewasa yang meletakkan telurnya di permukaan daun. Setelah menetas, ulat melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun. Akibat serangan tersebut,daun bawang terlihat bercak-bercak putih dan lama-kelamaan daun menjadi terkulai. Saat populasi serangan membesar, ulat akan menyerang umbi bawang.
 
Agung menyarankan penggunaan insektisida Brofreya 53 SC yang berbahan aktif brofanilida 53%. “Aplikasikan 2 kali dalam satu musim pada fase vegetatif,yaitu umur 14-28 HST dengan konsentrasinya 0,5-1ml/l. Hanya dengan satu produk ini,petani bisa menghemat pestisida dari biasanya menggunakan 2-3 bahan aktif,” terangnya. 
 
 
Kombinasi
 
Yagus Munandar Darajat, Manager Fruit and Vegetables PT Bina Guna Kimia mengungkapkan, musim hujan penyakit akan lebih dominan. Pasalnya, kelembapan tinggi mendukung perkembangan jamur menyebabkan penyakit.
 
Biasanya saat muncul satu gejala serangan penyakit pada bawang merah,akan memicu penyakit lain, seperti bercak ungu lalu moler atau inul (layu fusarium) secara bersamaan. “Penyakit biasanya kombinasi. Ini harus diperhatikan petani. Hal yang perlu dilakukan yaitu monitoring, pemupukan berimbang, dan antisipasi serangan penyakit dengan tepat,” urainya.  
 
Yagus menerangkan, satu fase yang perlu dilindungi petani adalah fase menjelang dan saat pembentukan umbi. Saat daun bawang rusak terserang penyakit, misalnya moler, pembentukan umbi tidak maksimal.
 
Penyakit moler disebabkan jamur patogen Fusarium oxysporum. Gejala serangan yaitu tanaman layu secara mendadak, warna daun berubah menguning dan melengkung atau nginul. “Petani dapat mengaplikasikan Octave 50WP. Fungisida ini juga bisa digunakan untuk busuk daun atau anthraknose,” katanya.
 
 
 
Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain