Senin, 7 Pebruari 2022

Prospek Bisnis Udang Tetap Cemerlang

Prospek Bisnis Udang Tetap Cemerlang

Foto:  – DOK. KKP
Volume ekspor udang Indonesia mencapai 250,70 ribu ton udang utuh segar dan olahan

Produk udang beku menguasai pasar dunia sedangkan udang segar mendominasi pasar lokal.

 

 

Pengembangan ekspor udang pada 2021 penuh tantangan. Namun, Indonesia masih mengantongi nilai ekspor udang US$2,23 miliar dengan volume 250,70 ribu ton berupa udang utuh segar dan olahan. “Jika disetarakan utuh segar, ekspor udang Indonesia pada tahun 2021 mencapai 440,76 ribu ton,” ujar Artati Widiarti, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).Apa saja kendala bisnis dan bagaimana prospeknya tahun ini?

 

 

Refleksi 2021

 

Artati menjelaskan, ekspor udang nasional tahun lalu naik 9,25% daripada tahun 2020. Negara tujuan utama ekspor adalah Amerika Serikat (AS) senilai US$1,60 miliar (naik 10,33%), Jepang US$363,84 juta (naik 11,72%), China US$46,50 juta (turun 34,18%), ASEAN US$29,27 juta (naik 15,47%), dan Uni Eropa (UE) US$54,14 juta (turun 9,49%). Udang diekspor dalam bentuk beku sebanyak US$1,53 miliar, tidak dalam kemasan kedap udara US$488,9 juta, diolah US$77,7 juta, dan bakso udang US$54,6 juta.

 

Para pelaku usaha mengakui pertumbuhan ekspor udang tersebut. Arman Zakaria Diah, Direktur PT Central Proteina Prima, Tbk. (CPP) mengatakan, ekspor udang CPP meningkat 7% pada 2021. Kenaikan ini karena permintaan ekspor yang tinggi di AS dan Jepang. “Produksi Udang PT CPP di angka 14 ribu ton (head on) dengan porsi hampir 100% ke pasar ekspor. Angka produksi ini sekitar 30%-40% dari kapasitas terpasang sejumlah 150 ton per hari. Fokus kami adalah pasar ekspor yang ada permintaan sertifikasi ASC (Aquaculture Stewardship Council) dan produk yang natural atau tanpa perlakuan kimia (fosfat),” ulasnya.

 

Budhi Wibowo, Ketua Umum Forum Udang Indonesia (FUI) mencatat, kenaikan ekspor udang nasional di 2021 terbilang kecil. Volume serta nilainya masing-masing di bawah 5% dan 10%. Untuk mencapai nilai ekspor 250% di 2024, pertumbuhan ekspor udang harus naik volumenya 15% dan nilainya 20% per tahun.

 

“Kalau angkanya seperti ini, FUI mengkhawatirkan target 2024 tidak tercapai. Ayo tahun ini kita perbaiki,” ajaknya. Bukan berarti FUI pesimis. “Sampai saat ini FUI masih optimis target 250% tercapai asal semua stakeholder saling bersinergi,” timpalnya yang juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I).

 

 

Pasar

 

Di periode 2017-2021 rataan nilai ekspor udang nasional ke dunia sebesar 6,56% per tahun. Tujuan ekspor utama adalah AS, Jepang, China, dan UE. Di satu sisi, ungkap Artati, tren peningkatan nilai ekspor beberapa negara tujuan, seperti Australia, Rusia, dan Kanada jauh di atas rata-rata dunia. Sayang, ekspor kita ke negara tersebut masih sangat kecil.

 

Ekspor udang Indonesia ke Australia di 2021 hanya US$3,1 juta sedangkan pertumbuhan nilai ekspornya mencapai 124,4% per tahun. Hal ini karena pengenaan syarat ekspor udang beku mengatur risiko biosekuriti yang berhubungan dengan patogen Enterocytozoon Hepatopenaei (EHP) pada udang mentah dan diimplementasikan mulai 1 Juli 2020. “Aturan ini mewajibkan produk udang mentah yang diimpor minimal tanpa kepala, tanpa kulit, kecuali segmen terakhir dan ekor dan sudah dibuang ususnya selama proses pengolahan,” ulas Dirjen.

 

Di Rusia, ekspor Indonesia pada 2021 hanya US$12 juta sementara pertumbuhan nilainya 67,1% per tahun. Kecilnya nilai ekspor karena ada moratorium pengajuan Approval Number baru hingga audit Rosselkhoznadzor (Badan Pengawas Kesehatan Produk Hewani dan Pertanian Rusia). Lalu di Kanada, ekspor hanya US$30,8 juta dengan pertumbuhan nilai 23,1% per tahun. Hambatan perdagangan baik tarif maupun nontarif menjadi sebabnya.

 

Di pasar domestik, transaksi didominasi produk udang segar. “Kami berharap pasar lokal untuk udang beku akan semakin berkembang dalam waktu dekat ini,” tutur Budhi. Dampak pandemi Covid-19 terhadap penjualan udang lokal tidak berbeda dengan pasar global. Sektor food service (horeka) menurun amat tajam sehingga sangat mempengaruhi penjualan di pasar lokal.

 

“Penjualan ke pasar ritel lewat retailer, toko online, dan lainnya memang mengalami peningkatan. Tetapi, peningkatannya masih belum bisa menutupi penurunan penjualan di pasar food service. Produk olahan udang untuk pasar ritel juga mengalami peningkatan penjualan terutama berbagai produk breaded shrimp dan olahan udang lainnya, misalkan Ebi Kinchaku,” paparnya.

 

 

Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 332 terbit Februari 2022. Dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di e-Agrina secara gratis atau berlangganan di Magzter, Gramedia, dan Myedisi. 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain