Foto: Dok. Humas Hortikultura
Program Food Estate Kalimantan Tengah mampu menopang kebutuhan hingga Kalimantan Selatan di kala banjir
Pulang Pisau (AGRINA-ONLINE.COM). Kabupaten Pulang Pisau merupakan kabupaten ke dua selain Kapuas sebagai penerima program Food Estate Kalimantan Tengah. Pada 2020, wilayah ini mendapat bantuan benih 110 hektare durian, 100 hektare kelengkeng, 70 hektare jeruk, 13 hektare sawi hijau, 10 hektare kangkung dan 20 hektare cabai. Berlanjut pada 2021 dengan 100 hektare pisang, 20 hektare durian, 30 hektare kelengkeng, 12 hektare tomat, 17 hektare terung.
Dukungan pemerintah tidak hanya terpusat pada benih saja, namun termasuk pupuk, dolomit, pestisida, fungisida, likat kuning, mulsa hingga keranjang panen. Berada di lokasi rawa, lahan ini dikenal sebagai lahan peralihan darat dan perairan yang memiliki karakteristik dangkal dan jenuh air. Selain itu mengandung pirit dengan pH tanah yang rendah, yakni 2 - 3,5. Selain itu memiliki kandungan Fe, Al dan Mn yang tinggi namun rendah fosfor dan kalium. Sehingga perlakuannya cukup teknis dengan meminimalisir efek pirit, meningkatkan pH tanah, ameliorasi dan pemupukan serta penataan lahan.
Kabupaten Pulang Pisau termasuk wilayah food estate terdampak banjir meski tidak seluas dan separah kondisi di Kapuas. Hal ini cukup disyukuri petani setempat karena bisa cepat teratasi. Direktur buah dan Florikultura, Liferdi Lukman mengatakan, dirinya sangat bersyukur bantuan yang diberikan dapat diapresiasi dan bermanfaat bagi masyarakat petani. "Ditjen Hortikultura berkomitmen penuh mendukung pengembangan Food Estate Kalteng sejak 2020 ini. Menginjak tahun ke tiga ini kembali dianggarkan upaya pengutuhan kawasan sebagai kegiatan pemeliharaan. Kami masih terus fasilitasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi berupa pupuk, benih dan saprodi lainnya agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal," ujarnya (23/1).
Ketua Kelompok Usaha Bersama, Abdul Aziz yang ditemui di lahan terung swadaya miliknya terlihat melakukan tumpang sari dengan kelengkeng. Dia meyakini tumpang sari ini sebagai langkah antisipasi menghadapi kemungkinan banjir di masa yang akan datang. “Saya mendapatkan bantuan benih terung pertengahan tahun 2020. Lahan 0,5 hektare yang saya kelola dalam tiga bulan menghasilkan 18 ton atau 18 kali panen. Jika rerata harga terung Rp7500/kg jadi kurang lebih kami dapat Rp135 juta. Modal yang kami keluarkan selama masa tanam Rp 30juta sehingga hasil bersih Rp105 juta,” ujar pria yang berdomilisi di Desa Anjir Kecamatan Kahayan Hilir ini.
Terkait efisiensi biaya produksi, dirinya mengakui jelas perbedaannya ketika menjalankan program food estate. Program bantuan pemerintah betul-betul memperhatikan kebutuhan budidaya tanam. Hasilnya produksinya lebih banyak dan bagus ketimbang budidaya dengan modal sendiri dengan seadanya. “Alhamdulillah dengan adanya program ini. Petani merasakan semua, sampai ada yang bisa beli pick up. Saya Alhamdulillah dari hasil food estate bisa selesai menguliahkan anak hingga biaya wisuda,” ungkapnya.
Aziz menegaskan, pemerintah pusat dan daerah memberikan perhatian yang baik kepada petani daerahnya. Selalu ada bantuan setiap tahunnya bagi kegiatan tanam di Kabupaten Pulang Pisau termasuk sisi pembinaannya. Berlokasi di desa yang sama, Rukani, ketua kelompok tani Budi Murni mengatakan dirinya sudah enam kali panen dengan keuntungan Rp5 juta untuk lahan seluas setengah ha miliknya. Untuk satu kali panen bisa menghasilkan 70 kg. Harga beli di tingkat petani masih bertahan Rp15 ribu/kg - 17 ribu/kg selama kondisi banjir hampir 3 bulan terakhir ini.
Rukani mengakui, hasil tersebut maksimal lantaran kondisi cuaca yang tidak mendukung. Menurutnya, hasil maksimal akan terjadi pada panen ke tujuh atau sebentar lagi. “Diperkirakan bisa menghasilkan 2 kuintal,” paparnya.
Di lokasi berbeda, tepatnya Desa Bereng, Kecamatan Kahayan Hilir, anggota Tunas Muda Bereng, Siswandi yang dua kali mendapat program dua hektare cabai rawit mengucap terima kasih telah diikutsertakan pada program ini. “Kami beruntung diikutsertakan pada program ini, terutama dari segi permodalan dan biaya operasional. Pada program tanam 2020 kami pernah puncak panen hingga memperoleh keuntungan Rp 90 juta,” ujarnya.
Pada 2021, lanjutnya, tidak mendapat banyak hasil karena terkendala banjir. “Selain itu terkena antraknosa jadi bisa dikatakan hampir gagal panen karena tidak maksimal. Tanaman juga banyak yang kami cabut menghindari penularan ke tanaman lain,” ujarnya.
Mencermati kondisi alam dan struktur lahan, dirinya berharap ke depan pemerintah bisa memberi bantuan pembuatan ajir karena biaya pembuatannya cukup besar. Pun jika dimungkinan adanya mesin pengolah tanah. Kasie Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau, Jakaria mengatakan hasil produksi dari Pulang Pisau dalam tiga bulan terakhir menjadi penyangga kebutuhan Kalimantan Selatan.
“Terjadinya banjir di Propinsi Kalsel membuat luas lahan sangat berkurang dan secara otomatis masyarakat di sana kekurangan sayur sehingga dropping kebutuhan diperoleh dari Pulang Pisau. Ini membantu kesejahteraan petani di sini,” tandas Jakaria.
Try Surya A