“Agribisnis pada 2022 akan lebih bergairah dibandingkan 2021. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan permintaan lebih besar daripada pertumbuhan penawaran produk pertanian dan pangan dalam negeri. Keadaan ini menyebabkan tekanan inflasi berikutnya pada importasi produk pertanian dan pangan,” Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Mengapa dapat diprediksi demikian?
Karena prediksi-prediksi yang kita peroleh mengenai pandemi Covid-19 mulai mereda pada 2022 bahkan kemungkinan pertengahan tahun akan masuk fase endemi. Hal ini tentu saja atas upaya-upaya dari masyarakat dunia dan tidak terkecuali Indonesia selama dua tahun belakangan ini. Dan juga secara alami perkembangan virus akan menurun pada waktunya sebagaimana yang kita ketahui selama ini.
Pertumbuhan kita pada 2022 dan akan dipertegas lagi pada 2023 oleh akselerasi pertumbuhan ekonomi yang terhambat akibat pandemi Covid-19 selama 2020 – 2021.
Apalagi didukung oleh kebijakan pemerintah melalui UU Cipta Kerja, penekanan terhadap hilirisasi pada sektor industri dan pertanian, serta peraturan yang bersahabat dengan industri dan dunia usaha dalam negeri.
Jadi, 2022 merupakan tahun permulaan akselerasi perekonomian Indonesia dan akan mempunyai dampak tarikan untuk inisiatif dan pertumbuhan baru di bidang agribisnis.
Perekonomian kita pada 2020 lalu bertumbuh negatif kendatipun pertanian dan pangan tetap bertumbuh positif tapi nilai pertumbuhannya lebih kecil dibandingkan 2019.
Selanjutnya pada 2021, perekonomian bertumbuh lebih baik tentu saja pertanian dan pangan bertumbuh lebih baik lagi dibandingkan 2020. Dan pada 2022 diperkirakan pertumbuhan perekonomian kita 5,0 – 5,5%, berarti lebih besar dibandingkan 2021.
Apa yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan agribisnis?
Peningkatan pertumbuhan permintaan terhadap agribisnis disebabkan paling sedikit oleh dua hal. Pertama, penambahan pendapatan nasional. Sementara pertanian dan pangan mempunyai income elasticity of demand yang positif dan bahkan dalam berbagai komoditas income elasticity of demand-nya lebih besar dari satu. Artinya, jika income bertambah,maka permintaan akan komoditas tersebut juga bertambah.
Kedua, tingkat pertumbuhan penduduk kita masih positif. Dengan demikian jumlah orang yang membutuhkan makanan juga bertambah. Pertumbuhannya sudah makin kecil yakni 0,98% tetapi basis jumlah penduduknya besar, 270,2 juta jiwa (data BPS 2020),maka pertambahannya sekitar 2,7 juta jiwa. Ini mengakibatkan permintaan terhadap pangan semakin meningkat.
Pertumbuhan permintaan yang lebih besar daripada penawaran akan mengakibatkan harga komoditas pertanian dan pangan cenderung akan naik. Selain itu, tekanan permintaan karena tuntutan ekonomi dan sosial ini juga akan meningkatkan tekanan importasi berbagai produk pertanian dan pangan pada 2022.
Sekalipun pertanian dan pangan atau agribisnis secara umum bertumbuh tapi ada perbedaan tingkat pertumbuhannya dari masing-masing komoditas. Jika kita lihat dari subsektor,pada tahun ini subsektor hortikultura yang terdiri dari buah-buahan dan sayur-mayur akan bertumbuh paling besar. Selain hortikultura, subsektor perikanan dan peternakan juga akan tumbuh lebih besar dibandingkan subsektor pangan dan perkebunan.
Selain itu, tuntutan permintaan akan kualitas yang lebih baik juga meningkat. Sejalan dengan tren pengembangan agribisnis hilir yakni supply chain, industri makanan, dan restoran modern terutama di kota besar akan menambah tekanan terhadap importasi produk pertanian dan pangan yang berkualitas.
Hal ini disebabkan on-farm agribusiness dalam negeri relatifterlambat menyesuaikan diri dengan tuntutan kualitas yang lebih baik dari downstream agribusiness. Ini akan menjadi pekerjaan rumah besar dari sisi penawaran.
Bahkan dalam jangka menengah ke depan, tren pertumbuhan permintaan yang lebih besar daripada pertumbuhan penawaran produk pertanian dan pangan diprediksi akan semakin kuat. Oleh karena itu, jika tidak ada penyesuaian yang baik dari sektor penawaran, maka pertumbuhan permintaan domestik yang begitu besar akan menyebabkan importasi semakin meningkat. Hal ini perlu kita antisipasi bersama mulai sekarang.
Untung Jaya