Foto: Dok. Humas Perkebunan
Selain sawit, komoditas unggulan perkebunan lainnya seperti kopi, kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, pala, dan cengkeh.
Bogor (AGRINA-ONLINE.COM). Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengungkapkan pada 2022 sektor Perkebunan Indonesia harus lebih maju, mandiri dan modern serta mampu kuasai pasar ekspor. Pasalnya pekebunan telah menjadi sektor strategis mendukung kinerja positif pertanian khususnya selama pandemi covid 19.
Sektor Perkebunan, lanjut Syahrul, harus mempunyai program unggulan yang dapat mengaktualisasikan sektor ini ditahun mendatang. Ia berharap agar sektor perkebunan mampu melakukan berbagai bentuk akselerasi baik dari sisi hulu hingga hilir. Seluruh pihak harus terlibat di sektor ini dan berani menampilkan komoditas unggulan baru.
“Tidak hanya sawit, kita punya komoditas unggulan perkebunan lain yang juga memiliki potensi besar bahkan di pasar dunia, ada kopi, kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, pala, dan cengkeh serta komoditas perkebunan lainnya, potensi ini dapat menjadi modal kita untuk melakukan lompatan - lompatan” tegas Syahrul saat pembukaan Rakornas di Bogor (28/12).
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, ungkap Syahrul, nilai ekspor Pertanian Januari-November 2021 sebesar 569,11 triliun rupiah naik 42,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang hanya mencapai 399,45 triliun, dan sebagian besar dari nilai tersebut merupakan kontribusi dari sektor perkebunan.
“Kinerja ini harus terus di maintain bahkan ditingkatkan, kedepan saya ingin warung - warung kopi di dunia harus ada kopi Indonesia, dan produk - produk perkebunan lainnya harus ada di tempat - tempat strategis di dunia” katanya.
Sementara itu, Ali Jamil, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, mengatakan Luas areal perkebunan Indonesia mencapai 27,5 juta hektar dan 65 persen diantaranya adalah perkebunan rakyat. Perkebunan rakyat ini lanjut Jamil memerlukan dukungan berbagai pihak untuk menghadapi berbagai tantangan baik dalam aspek produktivitas, skala usaha, kepemilikan lahan, hingga permodalan, pembiayaan maupun inovasi teknologi.
"Pekebun rakyat memerlukan dukungan untuk bangkit dalam menghadapi beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan pembangunan perkebunan, sehingga perlu ada intervensi pemerintah, kerjasama dan sinergi antara kementerian lembaga dan pemangku kepentingan lainya", kata Jamil.
Sabrina Y