Kamis, 16 Desember 2021

UNGGAS : Saatnya Perbanyak Makan Daging Ayam dan Telur

UNGGAS : Saatnya Perbanyak Makan Daging Ayam dan Telur

Foto: PENI SARI PALUPI
Telur ayam, murah dan kaya manfaat

Konsumsi protein sangat diperlukan untuk meningkatkan imunitas. Ayo, konsumsi daging ayam dan telur yang harganya terjangkau!

 

Dua puluh bulan lebih pandemi Covid-19 mendatangi Indonesia, masyarakat pun dituntut adaptif agar roda ekonomi terus berjalan. Selain program vaksinasi, yang sangat dianjurkan dalam meningkatkan sistem imun adalah mengonsumsi protein.

 

Prof. Budi Setiabudiawan, Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak bidang Alergi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran berujar, semua sel di dalam tubuh termasuk sistem imun membutuhkan nutrisi agar berfungsi optimal. Pada bayi, imbuhnya, kekurangan nutrisi akan mengganggu perkembangan sistem imunnya. Bahkan terbukti menurunkan fungsi imun pada usia lanjut.

 

Menurut Prof. Budi, protein menjadi sumber nutrisi sel-sel sistem imun. Di dalam tubuh protein dipecah menjadi asam amino. Kemudian asam amino ini yang akan menyusun dari fungsi sistem imun.“Protein juga membantu pembentukan antibodi dan komplemen optimal. Kekurangan asupan protein bisa meningkatkan risiko infeksi,” wanti-wantinya.

 

Meningkatkan Konsumsi, Menggerakkan Ekonomi

Protein hewani yang terjangkau dari sisi harga tapi tetap bergizi tinggi adalah daging ayam dan telur. Di samping meningkatkan imunitas, konsumsi protein hewani asal unggas juga turut menggerakkan kembali ekonomipeternak. Pandemi Covid-19 membuat hampir semua lini merosot. Terutama ekonomi yang berpengaruh kepada turunnya daya beli.

 

Contoh nyatanya, angka konsumsi daging ayam terjun menjadi 7,8 kg/kapita/tahun pada 2020. Padahal pada 2019 telah menyentuh 12,79 kg/kapita/tahun. Pun begitu pada harga telur yang belum lama ini babak belur. Harga anjlok ke Rp16 ribu/kg lantaran turunnya daya beli.

 

Joko Susilo, Sekjen Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) mengatakan, konsumsi daging ayam di Indonesia masih terhitung rendah. Datangnya pandemi memperparah nilai konsumsi tersebut.“Pandemi membawa kesulitan bagi masyarakat, angka konsumsi daging ayam menjadi turun. Begitu juga konsumsi telur. Apabila terus dibiarkan, serapan produksi peternak akan terganggu. Iklim usaha yang berkorelasi akan memburuk,” tuturnya.

 

Dalam upaya mendongkrak konsumsi daging ayam dan telur diperlukan partisipasi semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupunsemua lini masyarakat. Joko mencontohkan, penyerapan daging ayam dan telur bisa disalurkan untuk keperluan mencegah stunting atau gizi buruk. Sasarannya, bisa bekerja sama dengan posyandu dan mengedukasi ibu-ibu rumah tangga.

 

Hal senada diutarakan Achmad Dawami. Ketum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) tersebut menuturkan, selama ini yang selalu diamati hanya sebatas produksi saja. Namun, pemerintah tidak pernah berupaya untuk menaikkan konsumsi.

 

Belum lagi rantai distribusi produk yang harus semakin dekat kepada konsumen agar peternak unggas tidak lagi bergantung kepada broker. Kendati tidak murah, imbuh Dawami, salah satu solusi yang dapat dilakukan peternak adalah mengupayakan kepemilikan rumah potong atau menjual langsung ke pasar.

 

“Di Malaysia, ketika harga ayam sedang hancur, pemerintahnya mengajak untuk berbondong-bondong mengonsumsi daging ayam. Sebaliknya, ketika harga tinggi, perusahaan diminta untuk melakukan operasi pasar,” ulasnya.

 

 

 

Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 329 terbit November 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain