Rabu, 8 Desember 2021

Pestisida Nabati dan Biologi, Alternatif Pengendali Hama Ramah Lingkungan

Pestisida Nabati dan Biologi, Alternatif Pengendali Hama Ramah Lingkungan

Foto: DOK. AGRINA
ilustrasi: serangan ulat grayak fallarmy worm pada tanaman jagung

Bogor (AGRINA-ONLINE.COM). Penggunaan pesitisida kerap diaplikasikan tidak hanya di industri pertanian, namun juga rumah tangga. Namun kebanyakan masyarakat masih tergantung pada pestisida sintetik. Padahal, banyak alternatif pestisida yang ramah lingkungan dan relatif aman.
 
Mengutip laman ipc.ac.id, Prof Dadang Hermana, Guru Besar IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian menjelaskan aplikasi pestisida biologi dan nabati yang tepat, efektif, dan efisien. Ia mengatakan, masyarakat tidak boleh salah persepsi, pestisida biologi dan nabati sebenarnya sangat berbeda. Karena kebanyakan kedua pestisida ini disalahartikan. 
 
“Pestisida biologi melibatkan penggunaan mikroorganisme secara utuh. Baik bakteri, cendawan, nematoda, dan mikroorganisme lainnya. Di lain sisi, pestisida nabati menggunakan ekstrak tumbuhan atau senyawa kimia dalam tumbuhan sebagai bahan aktif,” jelasnya dalam Webinar Propaktani ‘Penggunaan Pestisida yang Tepat untuk pengendalian OPT Tanaman Pangan’ (2/12).
 
Proses ekstraksi senyawa kimia dari tanaman, imbuh Dadang, sangat tergantung pada bahan yang digunakan. Karena tidak semua senyawa kimia tumbuhan larut dalam air atau etanol. Hal ini berkaitan erat dengan pelarut yang digunakan.
 
Menurutnya, pestisida nabati memberikan aktivitas biologi yang bukan hanya mematikan hama. Pestisida ini juga bisa menekan produksi telur hama dan mengganggu pergantian kulit. Namun keinginan masyarakat pada umumnya ingin membasmi hama secara menyeluruh. Padahal dalam beberapa waktu kemudian, penggunaan pestisida nabati juga akan menurunkan jumlah hama secara bertahap.
 
Hal terpenting dalam proses ekstraksi tumbuhan adalah efisiensi. Ekstraksi bahan tanaman dianjurkan tidak berlebihan dan melebihi kebutuhan. Penggunaan ekstrak tanaman yang berlebih akan menimbulkan kemungkinan keracunan pada tanaman atau fitotoksik.
 
“Penggunaan ini merupakan peluang kita untuk menggunakan pestisida nabati ini, pertama karena adanya efek samping penggunaan insektisida sintetik,” ungkapnya. 
 
Menurutnya, penggunaan pestisida nabati merupakan solusi alternatif insektisida yang lebih ramah lingkungan. Tindakan ini sebagai implementasi teknologi PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang lebih berwawasan lingkungan. Lebih lagi karena adanya permintaan pasar terhadap produk organik dan isu-isu internasional yang berkaitan dengan residu pestisida.
 
“Misalnya bila penggunaan pestisida sintetik dua minggu sebelum panen dihentikan, pertanyaannya apakah akan aman bila dua minggu dibiarkan. Tentunya pengendalian ini dapat kita tukar dengan penggunaan pestisida nabati yang lebih mudah terdegradasi sehingga ketika diekspor residunya akan rendah,” kata Prof Dadang.
 
Ia menambahkan, banyak peluang yang dapat digali dari penggunaan pestisida ini. Proses eksplorasi bahan tanaman dapat memanfaatkan berbagai tanaman lokal dan tanaman yang dikenal berkhasiat sebagai obat. 
 
Aspek ekologi juga dapat dijadikan dasar dalam ekplorasi bahan tanaman. Formulasi pestisida ini harus diperhatikan dengan baik agar dapat memastikan kemudahan aplikasi dan keamanan produknya.
Sedangkan jenis pestisida biologi, bekerja secara spesifik dan cara kerjanya bergantung pada jenis mikroogranismenya.
 
Umumnya, ternga Dadang, membutuhkan waktu lebih lama untuk mematikan inang. Walaupun demikian, pestisida ini relatif ramah lingkungan, efisien dan dapat bersinergi dengan strategi PHT lainnya.
 
“Bila ingin membuat (pestisida biologi) buatlah Stándar Operasional Prosedur (SOP) yang benar karena nanti akan berhubungan dengan konsistensi produk. Jadi formulasinya baik, efikasinya baik, dan keamanannya baik,” tandasnya.
 
Try Surya A
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain