Sabtu, 4 Desember 2021

Pertanian itu Andalan, Bukan Bantalan!

Pertanian itu Andalan, Bukan Bantalan!

Foto: Sabrina Yuniawati
Searah jarum jam: Dr. Sujarwo (moderator), Prof. Bungaran Saragih, dan Prof. Bustanul Arifin

Ketika sektor lain berupaya bertahan dari derasnya badai pandemi, sementara sektor pertanian semakin tangguh, bahkan tumbuh positif.
 
 
Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc., Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) menuangkan pemikirannya tentang pertanian dalam buku “Pertanian Bantalan Resesi: Resiliensi Sektor Selama Pandemi Covid-19”. Buku ini membahas resiliensi (ketahanan) sektor pertanian selama krisis.
 
Menurut Bungaran Saragih, sejarah krisis pada 1998 menyisakan catatan relatif bertahannya sektor pertanian dan bahkan dapat menampung tenaga-tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di perkotaan. Peran pertanian sebagai sektor penyangga padamasa krisis terulang kembali. Namun kali ini krisis berbeda dari sebelumnya,yaitu di bidang kesehatan.
 
“Indonesia tiga kali mengalami krisis, krisis moneter 1998 Asia, krisis 2008 dunia, dan sekarang krisis kesehatan yang berdampak pada perekonomian. Tiga kali krisis dampaknya berbeda-beda.Pada’98 krisis dan resesi besar-besaran, pertanian tidak krisis tapi booming.
 
Pertanian bukan hanya bantalan tapi menyelamatkan bahkan andalan. Sama seperti sekarang sektor pertanian tumbuh lebih baik dari pada sektor-sektor lain,” papar Prof. Bungaransaat webinar Bedah Buku Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc., diselenggarakan AGRINA(30/10).
 
Acara ini menghadirkan para pembedah yang terdiri dari legislator, pengurus asosiasi, dan pelaku usaha milenial.
 
 
Pertanian sebagai Andalan
 
Pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian mengalami kelumpuhan. Sektor lain berupaya bertahan dari badai pandemi, sementara sektor pertanian semakin tangguh dan mengalami pertumbuhan positif di tengah pandemi. Menurut data Badan Pusat Statistik 2020, sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif 16,24% secara kuartalan (QtoQ) dan 2,19% secara tahunan (year on year) kuartal keduapada 2020 awal pandemi berlangsung.
 
Bungaran menjelaskan, jangan terbuai istilah bantalan karena pertanian memainkan peranan penting. Peranan pertanian pada masa mendatang tidak hanya bantalan tapi andalandengan cara mengubah paradigma pertanian menjadi klaster sistem agribisnis.
 
“Saat krisis kembali terjadi pertanian lebih tangguh untuk menghadapinya. Caranya dengan pendekatan baru dari hulu hingga hilir, pendekatan klaster melibatkan seluruh pemangku kepentingan pertanian,” saran pakar agribisnis tersebut.
 
Sementara itu, Dr. Ir. Endang Setyawati Thohari, anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi Pertanian, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kelautan, menjelaskan, pemerintah hadir untuk membantu masyarakat dan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengahyang terdampak krisis agar roda perekonomian berjalan. Pemerintah mengajak masyarakat lebih kreatif dan inovatif untuk mengoptimalkan keanekaragaman makanan agar perekonomian daerah berjalan dengan baik. Dampak positifnya,komoditas pertanian atau ciri khas makanan daerah dapat terangkat pula.
 
“Contoh daerah Cianjur,meningkatkan ciri khas Cianjur,yaitu makanan picung. Ini menjadikan andalan daerah setempat dan potensi yang perlu digali. Berbagai sektor penggerak pertumbuhan ekonomi potensi lokal harus digali dan disosialisasikan. Komisi IV juga telah menyusun Rancangan Undang-Undang keanekaragaman hayati dan perlindungan plasma nutfah,” terangmantan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian itu.
 
Komisi IV, lanjut dia,mengkhawatirkan impor yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Untuk mengetahui kebutuhan pangan dan produksi komoditas pertanian perlu data yang valid sehingga keputusan impor dapat dipertimbangkan.
 
“Data antara BPS dan Kementerian Pertanian tidak seragam dan keputusan impor pangan sangat besar. Impor sangat menggelisahkan Komisi IVsehingga menginisiasi menggali potensi lokal agar impor dapat berkurang dan inovasi teknologi dikembangkan,” ungkap politisi Gerindra tersebut.
 
 
Sistem Cadangan Jagung Nasional
 
Dr. drh. Desianto Budi Utomo, Ketum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) mengungkapkan, pemerintah memiliki cadangan untuk beras tapi tidak punya persediaan jagung. Penguatan sistem cadangan jagung nasional sebagai buffer stock (penyangga) akan menjadi penentu dan penjamin ketersediaan bahan baku pakan.
 
“Pertanian andalan resesi bisa ditambahkan jagung yang sentralsekali posisinya. Hampir 50% pakan ayam berbahan baku dari jagung, sedangkan 90% yang menghasilkan pakan ayam adalah pabrik pakan. Konsumen terbesar jagung untuk pakan ternak adalah pabrik pakan,” terangDesianto.
 
Vice President PT CPI itu menguraikan permasalahan logistik dan harga. Pertumbuhan produksi jagung ada di luar Jawa seperti Indonesia Timur. Padahal di sana tidak ada pabrik pakan sehinggajagungharus dikirimkan ke sentra pabrik pakan. Proses pengiriman butuh waktu dan biaya tinggi. Saat ini, ada 86 pabrik pakan ternak yang 63 pabrik (72,4%) di antaranya berada di Pulau Jawa. Hitungan dia, sekitar 2,18 juta ton produksi jagung dihasilkan dari wilayah yang tidak terdapat pabrik pakan.
 
“Perlu adanya elaborasi tentang jagung darisegitransportasi, infrastruktur yang kurang mendukung serta harga jagung yang terlalu tinggi.Harga jagung sempat mencapai Rp7.000/kg duatahun lalu. Padahal harga acuan Peraturan Menteri Perdagangan No. 7/2020 paling tinggi Rp3.150/kg kadar air 15% atau paling rendah Rp2.500/kg kadar air 35%. Melambungnya harga jagung, turut menyebabkan harga pakan terkerek naik,” ujarnya.
 
 
Hai Anak Muda,Pertanian itu Keren
 
Rayndra Syahdan Mahmudin, CEO Cipta Visi Group menekankan, regenerasi petani perlu dorongan lebih intens. Harapannya, ada investasi sumber daya manusia dikeluarga masing-masing yang membentuk pola pikir bahwa pertanian itu keren. Kemunduran sektor pertanian, menurut Rayndra,bukan karena pertumbuhan penduduk, lahan semakin sempit,tetapi orang tua menginginkan anaknya jauh dari pertanian atau menjadi petani.     
 
“Membuat stigma bahwa sektor pertanian buruk sekali. Saya tegaskan,anak muda, sektor pertanian itu sangat keren, menghasilkan banyak uang. Seperti saya atau mas Rizal dari Eptilu,petani muda dengan manajemen baik terbukti mendapatkan hasil maksimal dari pertanian,” urai alumnus Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelangtersebut.  
 
Rayndra mengungkapkan, sektor pertanian dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta membangun pedesaan. Anak muda di desa menyimpan potensi luar biasa untuk meningkatkan taraf desa masing-masing. Anak muda dapat mencontoh petani muda yang telah sukses sehingga regenerasi dapat berjalan.
 
“Bersama-sama berkontribusi disektor pertanian khususnya dalam regenerasi petanikarena jarang sekali anak muda di desa berkontribusi, menganggap pertanian identik dengan miskin, kotor, keterpaksaan, tanpa hasil maksimal. Padahal, sektor pertanian sebagai andalan perekonomian,” pungkasnya.          
 
 
 
Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain