Kamis, 18 Nopember 2021

Harga Sawit Tembus US$1.390/ton

Harga Sawit Tembus US$1.390/ton

Foto: Peni SP
Jumpa pers virtual IPOC 2021. (Dari kiri ke kanan: Joko Supriyono, Mona Surya, Eddy Martono)

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Selama pandemi Covid-19 2021, pelaku industri sawit menikmati harga CPO yang terbang tinggi, rata-rata di atas US$1.000/ton. Bahkan pada Oktober lalu, harga menyentuh titik tertinggi sepanjang sejarah perdagangan sawit dunia, sebesar US$1.390/ton.
 
Sebagai komoditas ekspor, sumbangan devisanya sampai September 2021 sudah mencapai US$26 miliar. Perkiraan sampai akhir tahun, “Kurang lebih bisa mencapai US$33 miliar - US$33,5 miliar atau hampir Rp500 triliun,” ungkap Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum III GAPKI dalam jumpa pers virtual dalam rangka penyelenggaraan konferensi sawit (17/11). 
 
Dalam masa keemasan industri sawit tahun ini, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) akan menyelenggarakan agenda konferensi tahunannya, IPOC 2021 & 2022 Price Outlook untuk kedua kalinya secara virtual pada 1-2 Desember 2021.
 
Jumpa pers yang dimoderatori Tofan Mahdi (Ketua Bidang Komunikasi GAPKI) ini hadir Joko Supriyono, Ketua UMUM GAPKI; Mona Surya, Ketua Panitia IPOC 2021; Eddy Martono, Sekjen GAPKI;  Togar Sitanggang, Ketua Umum GAPKI III; dan sejumlah media. 
 
Menurut Mona Surya, Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2021 & 2022 Price Outlook mengusung tema “Role of Palm Oil Industry towards Sustained Economic Recovery.” Dalam penyelenggaraan kali ini, “Presiden Jokowi akan memberikan sambutan khusus di awal acara dilanjutkan keynote speech oleh Menko Perekonomian yang sekaligus membuka secara resmi. Untuk mendapatkan insights strategi pemerintah Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, kami mendedikasikan satu sesi khusus untuk para menteri terkait seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Kesehatan untuk memberikan special address,” ujarnya.
 
Selain itu, imbuh dia, sudah menjadi tradisi IPOC selalu menghadirkan pembicara-pembicara ahli sawit senior dunia untuk menguak tren harga dan isu global yang mempengaruhinya, yaitu, Dorab Mistry (Godrej International Ltd), James Fry (LMC International), dan Thomas Mielke (Oil World).
 
Sampai gelaran ke-17 ini IPOC sudah jadi wadah bagi para pelaku bisnis, pemilik, CEO dan eksekutif, para pengambil kebijakan baik tingkat nasional maupun internasional serta stakeholder lainnya untuk bersama-sama membahas isu-isu strategis di seputar industri sawit dari hulu sampai ke hilir. Tak mengherankan bila animo masyarakat dalam dan luar negeri mengikuti konferensi selalu meningkat setiap tahun. Tahun lalu IPOC yang juga digelar secara virtual dihadiri lebih 1.100 peserta dari 30 negara. Mona optimistis, jumlah peserta akan mencapai lebih dari 1.200 orang karena per 17 November sudah terdaftar 900 orang.
 
Joko Supriyono pun yakin, meskipun digelar secara virtual, konferensi tahunan ini tidak akan mengurangi nilai dan pentingnya karena dua hal. 
 
“Pertama, pemerintah Indonesia saat ini fokus kepada pemulihan ekonomi dan bagaimana peran industri sawit dalam pemulihan ekonomi Indonesia penting kita ikuti. Kedua, semua menyaksikan harga sekarang tinggi bahkan sangat tinggi. Menariknya, sampai kapan? Akhir tahun akan sangat penting kita mendapatkan update dari para pakar, baik para pakar sawit, pakar ekonomi dan pakar minyak nabati lain dari berbagai penjuru dunia. Kita juga ingin melihat market recovery di beberapa negara, seperti India, China, Pakistan, Afrika. Penting kita ikuti sejauh mana Indonesia bisa mengambi peluang, sampai ke mana harga yang tinggi ini dan tahun depan apa yang akan terjadi dengan pasar minyak sawit dan minyak nabati lain,” paparnya.
 
Peni Sari Palupi
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain