Foto: Windi Listianingsih
Ari Setiardhi (tengah) didampingi perwakilan Japfa dan SKIPM Merak melakukan pelepasan ekspor perdana induk udang vaname di Carita, Banten
Permintaan induk udang akan naik 2,5 kali lipat beberapa tahun ke depan. Indonesia membutuhkan suplai induk udang SPF yang tumbuh secara lokal dan tidak lagi bergantung pada indukan impor.
Ada yang berbeda pada Jumat dini hari, 29 Oktober 2021 di PT Kona Bay Indonesia (KBI), produsen induk udang vaname berkualitas tinggi di kawasan Pantai Carita, Pandeglang, Banten. Langit masih gelap pekat. Azan subuh belumlah pula berkumandang saat itu tetapi sejumlah pegawai KBI telah asyik memilah dan mengemas induk udang vaname dengan hati gembira.
Seorang petugas karantina ikan tampak serius memantau kegiatan ini. Ia mengecek dan memastikan induk udang yang akan dikirim ke negara tetangga benar-benar bebas penyakit dan memenuhi standar karantina ikan. Ya, pagi itu sangat istimewa karena menjadi hari bersejarah bagi industri udang nasional, khususnya KBI, dengan kegiatan ekspor perdana induk udang vaname dari Indonesia ke Tawau, Sabah, Malaysia.
Induk Udang Vaname
Menurut Ari Setiardhi, General Manager KBI, pada ekspor induk udang vaname pertama kalinya di Tanah Air, KBI mengirim sebanyak 150 pasang indukan senilai US$17 ribu. Ia berharap, langkah ini mengawali ekspor induk udang dari Indonesia ke negara produsen udang dunia lainnya, seperti Vietnam dan India.
“Keunggulan induk KBI karena induk Kona Bay sudah hampir 20 tahun breeding program (program pemuliaan)-nya sehingga hasilnya sudah sangat stabil di beberapa negara, di Asia khususnya dan Indonesia, menjadi market leader (pemimpin pasar) untuk penjualan induk di seluruh Indonesia,” ujar Ari pada pelepasan ekspor perdana, Jumat (29/10).
Kebahagiaan juga dirasakan Pemprov Banten. Ekspor induk udang vaname KBI, ungkap Babar Suharso, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Prov. Banten, merupakan salah satu kebanggaan buat Provinsi Banten. “Mudah-mudahan ini menjadi ekspor perdana yang membuka peluang ekspor juga ke negara lain,” katanya saat meninjau KBI jelang ekspor, Kamis (28/10).
Disperindag Prov. Banten itu mendorong kegiatan ekspor perikanan melalui kerja sama dengan bea cukai dan balai karantina ikan. “Kami punya tugas melancarkan semua proses dokumen ekspor. Kami juga ada klinik ekspor yang dibuka bersama instansi terkait untuk menjamin proses ekspor tidak ada hambatan, sampai pelabuhan kita kawal,” urainya.
Yasin Arifin dari Stasiun karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Merak, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hayati, Kementerian Kelautan dan Perikanan (BKIPM – KKP) menjelaskan, induk udang KBI telah memenuhi standar ekspor BKIPM. “Saat kita lakukan pengecekan target hama penyakit ikan, hasilnya negatif. Targetnya adalah penyakit-penyakit udang. Sebelum berangkat dicek,” katanya selepas mengecek induk udang dan menyerahkan certificate of origin sebagai dokumen pelengkap ekspor.
SKIPM Merak melakukan pendampingan program Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) sebagai jaminan perusahaan yang akan melakukan ekspor terjamin mutunya dari sisi kesehatan ikan dan udang. “Kita selalu memonitor minimal sebulan sekali, memastikan perusahaan tersebut menerapkan biosekuriti. Dari sisi karantina, kita menjamin produk yang dilalulintaskan, didomestikasi, atau diekspor tidak membawa penyakit,” imbuh Yasin.
TB Haeru Rahayu, Dirjen Perikanan Budidaya, KKP menyambut baik kegiatan ekspor induk udang perdana tersebut. “Kami sangat yakin Indonesia pasti bisa menjadi produsen induk udang vaname yang terbesar,” ucapnya saat dihubungi secara terpisah.
Kehadiran KBI pun akan memicu unit-unit pembenihan udang di Indonesia menjadi produsen induk udang vaname yang memiliki kualitas lebih atau minimal setara dengan yang dihasilkan Kona Bay, Hawai. “Dengan beroperasionalnya Kona Bay di Indonesia tentu memperkecil biaya produksi, transportasi, dan risiko kematian sehingga lebih menggairahkan dunia perudangan di Indonesia. Harga lebih bersaing dan kompetitif, margin bagi pembenih dan pembesaran tentunya lebih menguntungkan dan Indonesia berpeluang sebagai negara produsen udang yang terbesar di dunia,” ulasnya.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 329 terbit November 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.