Foto: TRY SURYA A.
Pembicara Webinar Suara Agrina “Solusi Digitalisasi untuk Meningkat Profit dan Efisiensi”
Digitalisasi di dunia pertanian mendorong tercapainya aspek efisiensi dan profit yang lebih baik.
Keterbatasan lahan dan perubahan iklim akibat pemanasan global kerap membuat tantangan pertanian di Tanah Air dan dunia semakin berat. Berbagai negara saling berlomba untuk meningkatkan efisiensi pertanian agar lebih produktif.
Menteri Pertanian 2001-2004, Prof. Bungaran Saragih menuturkan, pada 2050 dunia membutuhkan produksi makanan 70% lebih banyak untuk mencukupi makan lebih dari 9 miliar orang, termasuk Indonesia. Untuk mendukung hal itu, diperlukan cara bertani yang lebih cerdas.
Bantuan kemajuan sistem dan teknologi informasi dapat memudahkan petani dalam berbudidaya hingga memasarkan produknya.“Smart farming” sangat bagus dalam membangun agribisnis. Tidak hanya hulu, tapi juga hilir dan jasa penunjang untuk pertanian serta supply chain,” bahas Ketua Dewan Redaksi Majalah AGRINA ini di Webinar Suara Agrina “Solusi Digitalisasi untuk Meningkat Profit dan Efisiensi” secara daring, Kamis (21/10).
Menurut Bungaran, smart farming perlu diterjemahkan menjadi smart system dan smart agribusiness. Sebab, sistem tersebut akan berjalan ketika lingkungannya mendukung. Secara khusus, ia menyebut, layanan seperti pupuk, irigasi, dan obat-obatan harus smart pula agar hasil petani lebih optimal.
Kemajuan sistem dan informasi teknologi mendorong semua aktivitas pertanian dapat dilakukan secara otomatis dan dikendalikan dari jarak jauh. Dengan begitu, petani dapat menghemat air, energi dan sumber daya lainnya demi pertanian berkelanjutan.
Early Warning System Hortikultura
Lebih jauh Bungaran mengutarakan, ketika petani harus memantau ke kebun dengan berjalankakiakan ada waktu dan energi yang habis terbuang. Namun ketika memiliki akses alat digital, ia dapat dengan mudah memantau dan mendiagnosisancaman pada tanamannya dari jarak jauh.
“Inovasi bukanlah sebuah pilihan, melainkan tidak bisa dihindari. Teknologi canggih hanyalah alat, bukan tujuannya,” tandasnya.
Senada dengan Bungaran, Retno Sri Hartati Mulyandari, Sekretaris Ditjen Hortikultura, Kementan, menyadari pentingnya pemanfaatan teknologi di lingkup hortikultura. Ditjen Hortikultura selama periode 2021-2024melakukan pengembangan Kampung Hortikultura,yakni kampung buah, sayuran, tanaman obat, dan florikultura.Saat ini, sudah terdaftar hampir 1.000 kampung hortikultura."Kampung Hortikultura tidak hanya one village one product, tapi one village one variety. Dari sini, sudah terjadi digitalisasi dalam one village one varietypada registrasi kampung hortikiltura," ujarnya.
Kampung hortikultura secara budidaya didukung dengan smart atauprecision farming. Sementara pengembangan sistem informasi hortikultura, lanjut Retno, didukung dengan keberadaan early warning system (EWS) komoditas strategis.
EWS itu akan menginformasikan ketika kondisi produksi lebih besar ketimbang kebutuhan. Dengan begitu, keputusan kebijakan seperti penyimpanan, penundaan jual, dan pengelolaan pascapanen bisa diambil. Dari sisi pemasaran, Kementan menyediakan pasar tani, horti trade roomsebagai marketplace.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 329 terbit November 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.