Kamis, 2 September 2021

Jaga Imun, Produksi Aman

Jaga Imun, Produksi Aman

Foto: Windi Listianingsih
Perlakuan pemberian pakan sangat berpengaruh dalam pertumbuhan udang

Perlakuan budidaya sangat berpengaruh dalam perkembangan organ tubuh dan kehidupan udang.
 
Permasalah tambak udang, menurut Ir. Moh. Afandi, Pengawas Perikanan dan Pengarahan Tambak Udang di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jatimur, adalah turunnya kualitas lingkungan, sering terjadi wabah penyakit, dan munculnya penyakit baru.
 
Afandi menjelaskan 2 fase kritis budidaya udang. Pertama, kehadiran early mortality syndrome (EMS) atau kematian dini (acute hepatopancreatic necrosis disease, AHPND) pada umur di bawah 40 hari budidaya.
 
Kedua, penyakit infectious myonecrosis virus (IMNV) dan white feces diseases (WFD) yang terjadi karena menurunnya lingkungan dan ekosistem. Jika bisa mengelola kedua titik kritis ini, budidaya udang akan balik modal.
 
 
Persiapan Matang
 
Afandi mengulas, kehadiran penyakit bisa dihindari dengan persiapan imun yang tinggi untuk menghadapi lingkungan yang kurang bagus dan mengelola lingkungan dengan optimal. Pasalnya, kondisi lingkungan perairan budidaya semakin memburuk.
 
Di era 90’an kondisi perairan masih bagus dengan kandungan organik (Total Organic Matter, TOM) di bawah 60 ppm. “Sekarang luar biasa, sudah di atas 80 ppm bahkan 90 ppm,” katanya.
 
Apalagi, peningkatan bahan organik di perairan akibat kegiatan budidaya juga pengaruh aktivitas manusia. “Dengan menurunnya kualitas lingkungan, muncullah penyakit, yang semakin lama justru semakin berat,” ujarnya dalam webinar Tingkatkan Imunitas Udang di Tahap Awal Budidaya.
 
Praktisi tambak udang superintensif ini mengungkap, kandungan vibrio di perairan cenderung meningkat. Vibrio harus bisa ditekan hingga di bawah 10%. “Justru tahun-tahun terakhir ini luar biasa, sering melampaui, bahkan sampai 15%-20%,” tambahnya.
 
Menghadapi kondisi seperti itu, ia meminta pembudidaya melakukan persiapan budidaya yang matang. Sebelum tandonisasi dan pipanisasi, sebaiknya cari sumber air terbaik di dalam kawasan mulai dari air di dasar, daerah palung, hingga cekungan dalam. “Terbukti di hatchery yang dulu sering mengalami kegagalan, dengan mengambil dari palung, permasalahan mulai selesai,” ucapnya.
 
Sumber air dikelola dengan penyaringan dan sterilisasi. Jika sumber air kurang bagus, endapkan dulu. Tandon air berfungsi sebagai sterilisasi dan pengendapan. Perhatikan juga dasar tambak terhadap pasang tertinggi untuk mempermudah pengeringan dan panen.
 
Tentukan dasar tambak dengan mengambil titik pasang tertinggi ditambah 30-40 cm. Ini membuat setahun bisa memproduksi udang 3 kali. Kemiringan tambak dibangun ke central drain, bukan ke pintu panen sehingga tanpa sifon. Desain tata letak kincir harus mampu membawa limbah ke central drain secara efektif.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 327 terbit September 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain