Foto: Dok. AGRINA
Ada peningkatan kesadaran mengenai pangan dan gizi sehingga perhatian pada hortikultura menjadi lebih besar baik di dalam negeri dan ekspor
“Belakangan ini tren permintaan akan produk hortikultura premium meningkat luar biasa. Untuk memanfaatkan peluang tersebut kita harus melihat ini sebagai suatu sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, partisipasi semua rakyat, dan dilaksanakan secara berkelanjutan dari lahan hingga konsumen akhir,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Bagaimana kita menyikapi peningkatan permintaan pasar hortikultura premium?
Pada waktu lalu kita lebih banyak memperhatikan padi dan beras. Selain itu, pada komoditas bertujuan ekspor, seperti sawit, kopi, kakao, karet, udang, dan hasil laut lain untuk mendapatkan devisa.
Sementara hortikultura sangat sedikit mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun dunia usaha. Mungkin karena nilainya kecil dan tidak strategis.
Namun, dengan tercapainya penyediaan pangan sereal dan ekspor, khususnya sawit yang luar biasa besar, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian pada hortikultura, peternakan, dan perikanan.
Yang menarik belakangan ini, bukan hanya karena pandemi covid-19, ada peningkatan kesadaran mengenai pangan dan gizi sehingga perhatian pada hortikultura menjadi lebih besar baik di dalam negeri dan ekspor.
Meskipun performa ekspor hortikultura kita masih kecil sekali jika dibandingkan perkebunan, tren peningkatannya sangat luar biasa. Tanpa kita sadari semua itu berjalan dengan sendirinya.
Sekalipun secara statistika belum sempurna, kita bisa melihat produk-produk hortikultura berupa sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat berkembang sangat pesat.
Selain pasarnya menjadi lebih besar, ada juga diversifikasi pasarnya, mulai dari pasar tradisional hingga premium market. Hal ini ada hubungannya dengan pendapatan per kapita masyarakat kita yang sudah meningkat dibandingkan 20 tahun lalu.
Premium market ini akan menjadi besar terutama di kota-kota besar. Contohnya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, Medan, dan Makassar.
Jumlah penduduk Jabodetabek lebih besar dari Australia, Singapura, dan Malaysia, demikian juga dari segi pasar secara umum.
Jangan-jangan premium market Jabodetabek pun lebih besar daripada negara-negara tersebut. Karena itu, perhatian kita utamakan pada premium market dalam negeri. Bagi yang mampu, silakan mengekspor.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 326 terbit Agustus 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.