Foto: Sabrina Yuniawati
Sawi hijau ditanam dengan sistem DFT
Ada empat sistem hidroponik yang paling populer. Pemilihannya tergantung skala usaha yang akan Anda tekuni.
Berkebun dengan cara hidroponik bisa menjadi pilihan bagi Anda yang tidak memiliki lahan luas. Sejauh ini ada empat sistem budidaya hidroponik bagi pemula yang sekadar hobi, skala rumahan, atau ingin memulai bisnis hidroponik,yaitu sistem Wick, Nutrient Film Technique(NFT), Deep Flow Technique(DFT), dan Deep Water Culture(rakit apung).
Sistem Wick dan Rakit Apung
Menurut Agam Fadhlur Rahman, Bagian Pemasaran PT Karya Masyarakat Mandiri, Unit Bisnis Sosial Dompet Dhuafa, budidaya hidroponik system Wick (sumbu) cocok bagi pemula karena lebih ekonomis dan mudah mendapatkan media tanamnya.
Bahan media tanamnya bisa berupa barang bekas seperti botol plastik atau styrofoambekas wadah buah. “Sistem ini sangat mudah dan sederhana, cocok untuk memulai hidroponik,” jelas Agam kepada AGRINA (23/7).
Sistem Wickmudah dan sederhanakarenalarutan nutrisi tinggal ditarik melalui sumbu ke dalam media tanam. Media tanam yang digunakan antara lain rockwool, arang sekam, cocopeat, atau pasir. Sedangkan sumbu dibuat dari kain flanel yang dapat menyerap air nutrisi dengan baik.
Berikut cara membuat sistem Wick menggunakan botol plastik (lihat gambar). Pertama, potong botol plastik menjadi dua bagian.
“Potongan botol satu untuk netpot, satu lagi untuk penampung air nutrisi,” terang alumnus Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB University tersebut. Lalu buat dua lubang dibagian tutup botol dengan paku.
Kemudian masukkan sumbu pada kedua lubang tersebut. Satukan bagian botol yang terpasang sumbu dan telah diisi media tanam dengan botol penampung air nutrisi.
Sistem rakit apung atau Deep Water Culture, menurut Agam,bisa diaplikasikan untuk skala rumah tangga atau usaha kecil-kecilan.
Teknik budidaya ini memanfaatkan kolam atau bak untuk menampung nutrisi. Rakit apung dengan kapasitas lebih besar dan luas dapat menggunakan terpal yang dipasangibaja ringan atau kayu. Kolam diisi air nutrisi dengan kedalaman 20 - 25 cm.
Agar netpot menyentuh permukaan nutrisi di dalam kolam, dibutuhkan media untuk mengapungkan tanaman di atas air nutrisi berupa styrofoam (gabus) yang sudah dilubangi sesuai ukuran netpot.
“Selanjutnya pasang aerator atau pompa udara untuk sirkulasi oksigen ke larutan nutrisi. Nutrisi dan oksigen sangat diperlukan oleh akar tanaman agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat,” terang pria kelahiran Tanjung Pandan 22 Maret 1995 ini.
DFT dan NFT
Untuk skala industri, menurut Agam, sistem hidroponik yang bisa dipilih adalah DFT atau NFT. Para calon pengusaha harus melihat tingkat efisiensi budidayanya karena berpengaruh terhadap biaya produksi. Kedua sistem ini ada keunggulan dan kekurangannya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 326 terbit Agustus 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.