Senin, 2 Agustus 2021

Wully Wahyuni, Selalu Dibutuhkan

Wully Wahyuni, Selalu Dibutuhkan

Foto: Dok. Pribadi
Wully Wahyuni - "Ternyata memang karakter orang beda-beda. Jadi, kita tidak boleh menghakimi orang serta-merta"

Pangan harus tersedia, terjangkau, dan aman dikonsumsi generasi mendatang.
 
Ada kepuasaan tersendiri saat peran yang kita lakukan bisa berkontribusi untuk pembangunan manusia di dunia.
 
Itulah yang dirasakan Wully Wahyuni saat berkecimpung dalam industri peternakan.
 
Seperti apa bentuk kontribusi General Manager PT Trouw Nutrition Indonesia itu? Berikut penuturan menariknya kepada AGRINA.
 
 
Tak Lekang Waktu
 
Wully mengaku bersyukur ada dalam industri peternakan. Industri ini, urainya, strategis dan penting untuk kesehatan manusia karena menyuplai protein yang dibutuhkan untuk pemenuhan nutrien bayi hingga manula, pertumbuhan, regenerasi sel, pembentukan jaringan, dan sangat penting dalam perkembangan otak anak.
 
“Saya senang kerja di industri ini. Jadi passion (hasrat) buat saya karena protein penting. Suplai protein untukanak-anak sangat penting dalam perkembangan otak yang berperan dalam pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan mampu bersaing di kancah lokal maupun international,” ucapnya.
 
Bagi perempuan kelahiran 12 Maret 1977 ini, kerja bukan sekadar memperoleh pendapatan tanpa peduli seperti apa industri yang digeluti. Tapi, lanjutnya, “Karena industri ini krusial, dibutuhkan, dan tidak lekang oleh waktu. Kita berkarya dan produk yang kita hasilkan pada akhirnya akan berkontribusi terhadap manusia.”
 
Wully ingin konsisten menekuni kimia selepas lulus Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO), Jabar. Pilihannya ada pada kimia pangan atau kimia pakan. Meneruskan S1 melalui jalur prestasi, ia diterima di jurusan nutrisi ternak IPB University yang sejalan dengan kimia pakan.
 
“Alhamdulillah senang karena kepakai terus, banyak analogi yang saya gampang memahami. Bicara nutrien itu sesuatu yang selalu dibutuhin. Mahkluk apapun pasti butuh,” tukasnya bersemangat.
 
 
Seimbang
 
Setelah kuliah, Wully mengawali karir dalam industri peternakan dari divisi pembelian dan pemasaran. Ia menikmati pekerjaan yang banyak bergelut di bidang komersial.
 
“Karena kita bertemu orang dengan berbagai latar belakang dan karakter. Kalau ketemu orang, kita ngobrol, network bertambah, pengetahuan bertambah juga. Hal seperti itu tidak bisa didapatdari meja atau sekolah formal,” paparnya.
 
Menjadi sales juga mengajarkan bahwa tiap orang punya karakter berlainan. “Customer ini kok diam aja. Pernah didiemin 2 jam. Kalau nggak nanya, nggak diajak ngomong, sampai bingung mau tanya apa lagi. Ternyata memang karakter orang beda-beda. Jadi, kita tidak boleh menghakimi orang serta-merta,” lanjutnya bijak.
 
Semakin hari Wully yang awalnya berorientasi hasil, kini lebih menyeimbangkan antara orang dengan kewajiban atau hasil. “Harus ada aspek empati, lihat dari sudut pandang mereka (orang luar),” cetus wanita pertama yang mencapai level tertinggi di Trouw Nutrition Indonesia ini.
 
Ia sangat berterima kasih atas kebaikan Sang Pencipta bisa meraih posisi puncak. “Allah baik banget sama saya. Termasuk salah satu mimpi saya bisa masuk level ini dan tercapai. Jadi perspektifnya lebih lengkap, terkait satu-sama lain,” kata peraih gelar MBA jebolan ITB itu bahagia.
 
Apalagi, ia harus melalui serangkaian tes dari pihak internal dan eskternal saat mendapat tawaran tersebut.
 
Wully membuktikan bahwa perempuan bisa memimpin dengan baik sekaligus membuka peluang buat generasi muda Indonesia untuk memimpin perusahaan asing.
 
“Mudah-mudahan kesempatan untuk pemimpin-pemimpin berikutnya terbuka dan orang-orang kita mampu,” serunya.
  
 
Industri Peternakan
 
Menyinggung industri peternakan Indonesia, khususnya unggas, ia menilai sangat kontradiktif. Hulu kelebihan pasokan sampai ada pemotongan day old chick (DOC).
 
Namun di hilir, harga ayam justru meninggi dan melebihi harga internasional.
 
“Di satu sisi, angka stunting masih tinggi tapi posisi kita sampai harus motong DOC. Ini ‘kan anomali. Kalau suplai tinggi, harga harusnya turun. Kenyataannya harga ritel lebih tinggi, bahkan dari harga internasional,” ulasnya. 
 
Konsumsi protein hewani baik daging, ayam, telur, maupun susu juga masih rendah. Selain itu, sebaran konsumsi belum merata antara desa dan kota.
 
“Sebaran konsumsinya sangat tidak merata. Keprihatinan karena konsumsi masih rendah, masih banyak anak Indonesia terdampak stunting,” tambahnya yang menyarankan edukasi dan promosi konsumsi daging ayam dari pemerintah.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 326 terbit Agustus 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain