Jumat, 2 Juli 2021

Peran Kewirausahaan dalam Percepatan Inovasi Teknologi Menuju Sistem Agribisnis Berkelanjutan

Peran Kewirausahaan dalam Percepatan Inovasi Teknologi Menuju Sistem Agribisnis Berkelanjutan

Foto: Windi Listianingsih
Peluang inovasi teknologi tinggi sangat terbuka dalam industri hilir produk olahan makanan dan minuman

Di era disruptive innovation, newcomers dapat menggoyang incumbents dengan melakukan inovasi.
 
 
Daya saing suatu negara di era global sangat ditentukan oleh kemampuan meningkatkan inovasi teknologi dalam proses produksi. Melalui inovasi teknologi, terjadi peningkatan mutu produk dan nilai tambah sumber daya secara efisien dan berkelanjutan. Peningkatan mutu dan nilai tambah pada gilirannya berpengaruh langsung terhadap daya saing produk di pasar internasional dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
 
Berdasarkan Global Innovation Index2019, Indonesia memiliki skor 29,8 atau peringkat ke-85 dari 129 negara di dunia. Di ASEAN peringkat inovasi Indonesia ada di posisi kedua terendah. Kondisi ini perlu dicermati serius melalui pengembangan program pembangunan ekonomi yang relevan.
 
 
Pembangunan Ekonomi
 
Pembangunan ekonomi di suatu negara menghadapi banyak tantangan dan peluang. Tantangan dapat berupa kompetisi ekonomi, terutama pada bahan baku, kualitas produk, harga, dan pemasaran hasil. Di sisi lain, ada peluang kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan baik kerja sama ekonomi bilateral maupun regional.
 
Kondisi ini menuntut negara untuk terus menyusun strategi dalam menghadapi tantangan dan merebut peluang yang tersedia. Sebagai contoh, tahun 2017 China meluncurkan rencana pembangunan ekonomi lima tahun dengan fokus dominasi teknologi generasi masa depan dan digital ekonomi yang sekarang sudah dapat kita lihat hasilnya.
 
Patut dicermati, pembangunan ekonomi di Indonesia menghadapi banyak kendala. Aktivitas ekonomi masih terkonsentrasi di sektor hulu dengan menghasilkan produk berupa barang mentah atau setengah jadi, yang nilai tambahnya relatif kecil.Produk ekspor masih mengandalkan bahan mentah, misalnya sawit, karet, dan bahan tambang.
 
Berbagai upaya dilakukan untuk menggeser aktivitas ekonomi menuju hilirisasi produk bernilai tambah tinggi. Namun, kemajuan yang dicapai sangat lambat dan hasilnya kurang menggembirakan.
 
 
Transformasi Struktural Ekonomi
 
Transformasi struktural ekonomi menuju hilirisasi produk menuntut inovasi teknologi. Inovasi teknologi memungkinkan peningkatan efisiensi produksi, produktivitas, dan kualitas produk.
 
Oleh karena itu, inovasi teknologi harus terus didorong peningkatanya di sektor hulu-hilir. Pemerintah hendaknya segera merancang dan memberikan berbagai skema insentif untuk mendorong proses inovasi teknologi, khususnya pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta start-up.
 
Peluang inovasi teknologi tinggi sangat terbuka di bidang agribisnis, termasuk industri hilir pengolahan makanan dan minuman. Skema insentif inovasi yang disediakan tentu harus dikemas sederhana, ringan, dan mudah diakses sehingga memungkinkan UMKM memanfaatkannya.
 
Hal ini penting karena UMKM menyerap sebagian besar tenaga kerja di Indonesia. Dengan demikian, dapat memacu sektor riil untuk berkembang yang akhirnya memberi dampak positif bagi perekonomian nasional.
 
 
 

Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 325 terbit Juli 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain