Foto: Windi Listianingsih
“Jadi tidak mungkin kita sebagai pengurus KTNA atau ngurusin petani, nggak tahu ilmunya. Setelah praktik, jadi kecanduan, menikmati dan akhirnya jadi bisnis sendiri.” - Zulharman Djusman
Bisnis di pertanian ada rezeki harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan.
Di kalangan kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), nama Zulharman Djusman tidaklah asing. Sosoknya yang aktif membuat dia dipercaya menjadi Wakil Sekjen Kelompok KTNA Nasional. Simak perjalanan petani energik ini membangun bisnis pertanian dalam penuturannya kepada AGRINA.
Hobi dan Narkoba
Zul, sapaan akrabnya, memang hobi memelihara ikan. Semasa kuliah pada 1998, ia sudah menjalani bisnis ikan hias, seperti ikan cupang, mas koki, dan guppy. Bahkan, saat masih menyusun skripsi, ia punya toko perlengkapan ikan hias. Hasil budidaya ikan hias di pekarangan rumah itu ia pasarkan untuk umum dan komunitas perkumpulan pecinta ikan hias.
Karena di wilayah tempat tinggalnya, Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta, banyak yang menggemari pertanian dan perikanan, Zul dan teman-teman membentuk Kelompok Tani Taruna Jaya. Ia pun didapuk menjadi Ketua Kelompok Tani Taruna Jaya. Kelompok ini mengembangkan budidaya ikan hias, tanaman hidroponik, serta pembenihan ikan nila dan lele. “Hasilnya pun banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat,” katanya.
Melalui kegiatan karang taruna bidang urban farming (pertanian perkotaan) inilah Zul bisa mengajak remaja di wilayahnya keluar dari jerat narkoba. “Alhamdulillah, kita bersyukur karena masih banyak juga yang selamat dari narkoba dan bisnisnya sukses,” ucap Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Borobudur, Jakarta tahun 1999 itu.
Membina korban narkoba, ulas Zul, cukup sulit dan banyak tantangan. Namun karena sering mengobrol dan kumpul bareng, akhirnya tahu sifat dan hobi mereka. “Saya akhirnya ngumpulin yang salah satunya hobi pelihara ikan, berkembang ada yang hobi pertanian. Saya kerja sama dengan Sudin Pertanian dan Perikanan Jakarta Pusat bikin hidroponik,” ungkapnya.
KTNA
Keberhasilan itu membawa Kelompok Tani Taruna Jaya meraih juara dua Karang Taruna Berprestasi tingkat DKI Jaya. Ia juga menerima tawaran kerja di Badan Narkotika Nasional (BNN), Jakarta untuk pencegahan narkoba pada tahun 2000. Di tahun yang sama, Zul sudah menjadi pengurus KTNA Jakarta Pusat di bidang Taruna Tani. Kemudian, ia diminta menjadi Ketua KTNA Kec. Tanah Abang. Akhirnya sembari bertani, Zul bekerja di BNN. “Hobi tetap jalan, KTNA juga,” ucapnya.
Pekerjaan yang menyita waktu dan menguras tenaga membuat pria kelahiran 4 Desember 1975 ini sempat vakum di KTNA pada 2010-2012. Saat itu Zul mendapat amanah sebagai pengurus Departemen Komunikasi dan Informasi KTNA Nasional periode 2010-2015. “Nggak vakum total. Ada tugas (KTNA), saya tetap jalan,” lanjutnya.
Karena jiwanya ada di pertanian, Zul memantapkan diri berhenti dari BNN dan fokus Bertani. “Ibu sebenarnya protes tapi saya terangkan bahwa hati tidak sejalan, masa harus jalan terus, takutnya kita malah yang nggak bener. Jiwa saya ada di pertanian. Akhirnya, orang tua ikhlasin apa mau saya,” kata pria yang ditinggal wafat sang ayah sejak umur 17 tahun ini.
Zul tidak menampik kalau saat itu lebih enak bekerja di BNN dari segi materi. Namun, hatinya lebih memilih pertanian. “Yang saya pelajari dari senior-senior di KTNA, kalau hati nyaman, lingkungan nyaman, insyaallah kehidupan nyaman. Akhirnya tahun 2012 saya resign (berhenti), berusaha mengembangkan pertanian dan perikanan. Tahun 2013 saya mulai intens lagi di KTNA,” bukanya.
Aktivitas di KTNA mengantarkan Zul dekat dengan tokoh pertanian sekaligus Ketua Umum KTNA Nasional periode 2000-2020, alm. Winarno Tohir. “Saya dampingi Pak Win dari tahun 2014, semenjak Penas Malang. Sedikit-banyak membantu kegiatan Pak Win selaku ketua KTNA Nasional dan mengikuti arahan beliau. Ilmu-ilmu beliau banyak yang beliau turunkan ke saya, alhamdulillah,” kenang Wasekjen KTNA Nasional periode 2015-2020 ini.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 325 terbit Juli 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.