Foto: Peni Sari Palupi
Pasokan bakalan asal Australia terbatas, feedlotter cari alternatif
Lima negara bagian di Negeri Samba dinyatakan bebas PMK tanpa vaksinasi. Lalu, amankah kita impor sapi hidup dari sana?
Selama ini, Indonesia bergantung pada Australia dalam hal impor sapi bakalan. Awal 2021, pasokan sapi yang siap digemukkan di dalam negeri tersebut terganggu akibat keterbatasan populasi dan adanya diversifikasi pasar ke negara lainnya.
Untuk itu, para pelaku usaha penggemukan sapi (feedloter) di dalam negeri mengusulkan perlunya alternatif negara penyuplai. Tujuannya, agar keberlanjutan, kontinuitas usaha, dan kelayakan ekonomi dari segi harga tercipta.
Brasil telah lama digadang-gadang menjadi pemasok alternatif. Populasi sapi di Negeri Samba tersebut sebesar 252,7 juta ekor. Namun yang menjadi tembok penghalang, Brasil belum sepenuhnya terlepas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) atau foot and mouth disease (FMD).
Rochadi Tawaf, Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengutarakan, sebanyak 20% atau 52 juta ekor dari populasi sapi Brasil sudah diekspor ke lebih 150 negara. Menurutnya, Indonesia perlu mempertimbangkan subtitusi impor dari negara-negara yang produksi daging atau sapinya melimpah.
Kendati demikian, ia mengingatkan, perlu dikaji kebijakan perdagangan, penyakit, sosial ekonomi atau hal lain yang bersifat teknis. Sebab, kebijakan baru bisa diambil ketika kedua negara sama-sama diuntungkan.
“Kalau kita tidak melakukan importasi, maka depopulasi akan terjadi di Indonesia. Impor pun harus merangsang pertumbuhan peternakan lokal,” tandas pengamat industri sapi tersebut baru-baru ini.
Bebas PMK 2026
Brasil mendeklarasikan telah melakukan upaya panjang agar terbebas dari PMK. Jorge Caetano Junior, General Coordinator of Animal Health, The Brazilian Ministry of Agriculture mengatakan, Brasil menyiapkan 5.000 dokter hewan, 7.000 asisten teknis, dan 6.000 asisten administrasi yang tersebar ke seluruh zona demi menjaga kesehatan hewan.
“Kasus PMK terakhir ditemukan pada 2006 dengan estimasi hanya 1-10 ekor. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada 2021 menambahkan Parana, Rio Grande do Sul, Acre, dan Rondonia sebagai negara bagian yang bebas PMK tanpa vaksinasi,” ulasnya.
Tri Satya Putri Naipospos, Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner membenarkan, kasus PMK di Brasil tidak ditemukan sejak 15 tahun lalu. Terakhir terjadi di negara bagian Mato Grosso do Sul. Meskipun begitu, penyakit yang dilaporkan pertama kali terjadi di Minas Gerais pada 1895 tersebut, tetap menjadi hambatan teknis dalam mendatangkan sapi hidup ke Indonesia.
Untuk meniadakan PMK, Brasil menetapkan program eradikasi dan pencegahan sejak 2017 hingga 2026. Mulai dari perpanjangan kapasitas dan penguatan sistem pelacakan kesehatan hewan, interaksi antarpemangku kepentingan, hingga penyelesaian transisi di seluruh wilayah Brasil. Dari wilayah yang bebas PMK dengan vaksinasi, menjadi tidak lagi vaksinasi.
“Target mereka vaksinasi berhenti pada 2023. Mereka membuat kalender vaksinasi nasional yang bersifat mandatori,” bahas Tata, sapaan akrabnya.
Tata mengutarakan, dalam kurun 20 tahun terakhir, tiga strain virus PMK O, A, dan C berhasil diisolasi. Santa Catarina menjadi satu-satunya wilayah pertama yang terbebas dari PMK tanpa perlu vaksinasi. Saat ini, masih terdapat 25 negara bagian di wilayah utara sebagai zona bebas PMK dengan syarat vaksinasi.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 325 terbit Juli 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.