Foto: Dok. PTPN X
Efisiensi di hulu dengan meningkatkan produktivitas tebu di kebun rakyat
Prospek bisnis gula yang menjanjikanmemerlukan pembenahan secara holistik hulu-hilir.
Berbagai cara yang dilakukan untuk menghasilkan gula berkualitas yang menguntungkan dan bisnisnya berkelanjutan. Apa saja efisiensi yang dikerjakan?
PTPN X
Dalam 5 tahun terakhir, ulas Aris Toharisman, Direktur PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, rerata produksi gula PTPN X 300 ribu ton/tahun.
Tahun ini target naik 10% menjadi 330 ribu ton dengan produktivitas hablur (gula) 10 ton/ha. Ada 400 ha lahan perusahaan sudah mencapai itu. Capaian terus dinaikkan hingga 1.600 ha dari 3.700 ha lahan PTPN X.
“Produktivitas kami sudah banyak di atas 8 ton/ha gula. Tapi secara rata-rata masih 6-7 ton/ha. Itu target kami untuk terus meningkatkan produktivitas gula sampai 10 ton/ha,” katanya kepada AGRINA, Senin (24/5). Dimas Eko Prasetyo, SEVP Operation PTPN X menambahkan, 94% tebu dipasok dari mitra. Petani yang bermitra 137 orang dari 5.000 kelompok dengan luas lahan 53 ribu ha.
Untuk meningkatkan produktivitas tebu dan gula, Aris mendorong dari hulu dan hilir. Upaya di hulu yaitu penyediaan air, pola tanam A, varietas unggul, aplikasi pertanian pintar (smart farming), dan Agro Solution.
Air sebagai faktor utama peningkatan produktivitas tebu membuat PTPN X mengembangkan irigasi tetes sederhana yang mudah dipindahkan.
Tebu di Indonesia umumnya dengan pola B yang ditanam September – Desember. Sekitar 80% lahan PTPN X menerapkan pola A, tanam di April – Juni, kecuali lahan kering dan agroforestri yang terkendala air.
Karena itu, rendemen tebu mencapai 8,03%. “Rendemen di PTPN X trennya meningkat. Di 2019 rendemennya sudah 8,03%. 2020 kalau iklim tidak basah, itu sudah naik lagi,” ucapnya. Petani mitra didorong beralih ke pola A dengan bantuan benih unggul.
Smart Farming dan Agro Solution
PTPN X sudah merilis 8 klon unggul tebu, yaitu NX 01, NX 02, NX 03, dan MoJo 01. Varietas Mojo 01 dan NX 02 paling diminati petani karena anakannya banyak, tahan hama penyakit, kebutuhan air sedikit, pertumbuhannya baik, produktivitas dan rendemennya tinggi. Lalu, introduksi varietas dari luar negeri kerja sama dengan Brasil.
Aris menjelaskan, PTPN X tidak menggunakan tebu transgenik karena ada perusahaan mensyaratkan sertifikasi non-GMO (genetically modified organism) dalam tetes tebu atau molase. Sedangkan, molase sumber pendapatan pabrik gula (PG) yang cukup besar.
Untuk mewujudkan pertanian presisi, PTPN X mengembangkan platform e-farming (smart farming) yang memetakan kebun perusahaan dan mitra.
Penerapannya bertahap. Pertama, digitalisasi musim tanam, varietas, dan input yang digunakan sehingga bisa memprediksi waktu masak optimal. Tahap kedua mengembangkan pengawasan suplain ke pabrik gula. Teknologi ini pun diadopsi holding PTPN.
Kemudian, SOP budidaya lebih ketat mulai dari olah lahan, pemupukan, dan perawatan tanam. Agar mendapat kepastian suplai dan harga pupuk, urai Dimas, PTPN X bekerja sama dengan PT Petrokimia Gresik melalui program Agro Solusion.
Petrokimia menyediakan pupuk dan pestisida serta pendampingan. PTPN X sebagai off taker (penjamin pasar). Hadir pula perbankan untuk pendanaan dan asuransi buat meminimalkan risiko budidaya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 324 terbit Juni 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.