Rabu, 2 Juni 2021

Cara Menghasilkan Tebu Berkualitas

Cara Menghasilkan Tebu Berkualitas

Foto: Dok. Pribadi
Edi Supriyadi, fokus menanam tebu

Budidaya tebu yang lebih efektif dan efisien dimulai dari varietas unggul dan mekanisasi.
 
Edi Supriyadi, petani di Kecamatan Kertajati, Majalengka, Jabar, mengakui, untuk meningkatkan produktivitas tebu perlu dukungan fasilitas memadai seperti irigasi dan alsintan. Namun satu dari 690 ribuan petani tebu di Indonesia ini baru sanggup menyewa traktor untuk mengolah lahan.
 
Pria kelahiran Majalengka, 14 Maret 1982 ini mulai bertanam tebu pada 2013dengan hasil 80 ton tebu/ha di hamparan 4 ha. “Awalnya coba 4 ha, ternyata sukses dan saya selalu usahakan setiap tahun ada tambahan lahan minimal 2 ha,” katanya kepada AGRINA via telepon (24/5).  Kini kebunnya 14 ha yang tahun lalu memproduksi 1.050 ton tebu.
 
Edimelakukan persiapan lahan pada musim kemarau dan menanam bibit saat musim penghujan. Persiapan lahannya butuh waktu sebulan. Meskipun pH tanahnya 5-5,5 dan tebu idealnya butuh pH 6-7, ia tidak menggunakan dolomit untuk meningkatkan pH dan pupuk dasar karena ingin irit biaya dan selama bertahun-tahun tanam tebu tidak ada masalah. 
 
 
Pilih Varietas Unggul
 
Sekretaris Kelompok Tani Tebu Mekar Jayaituberpendapat, pemilihan bibit sangat penting dalam budidaya tebu. Ia memiliih varietas unggul lokal Bululawang dari Malang, Jatim.
 
Keunggulannya, daun mudah rontok saat proses perontokan, bobot batang lebih berat dibandingkan benih lain, dan anakannyabanyak. Potensi produksinya 90 ton/ha. “Pada umur tanaman 4-6 bulan, tanam pertama bukan ratoon bagus untuk dijadikan bibit,” jelasnya.
 
Varietas tebu cukup banyak di lapangan. Menurut Eka Nuryanto, Kepala Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, Jatim, pihaknya telah melepas varietas unggul PS 881, PS 882, dan PS 094.
 
Klon PS 094 dirilis pada 2019 dengan potensi produktivitas 135-145 ton tebu/ha, rendemen 11%, produktivitas hablur 16-17 ton/ha, toleran kekeringan, tahan penyakit blendok, dan tipe kemasakan tengah lambat.
 
Selain itu, ada klon rakitan PG3I bekerja sama instansi lain, seperti PSJT 941, PSBK 051, PSBK 061, PSKA 942. PSJT 941 ditanam di PTPN II Sumut.
 
Klon ini dirilis pada 2007 dengan potensi produktivitas 100-140 ton tebu/ha, rendemen 9%-12%, produktivitas hablur 9-15 ton/ha, tipe kemasakan awal tengah, dan cocok untuk lahan tegalan. Saat ini P3GI tengah menguji multilokasi 50 varietas unggul harapan (VUH) di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.
 
Eka menyarankan petani memilih varietas sesuai tipe lahan di daerah masing-masing karena tebu bersifat spesifik lokasi. Tebu juga harus dipanen sesuai tipe kemasakanya agar kandungan gulanya optimal.
 
“Ada tipe masak awal, awal tengah, tengah, tengah lambat, tengah akhir, dan masak akhir. Kalau tebunya tipe masak lambat tapi ditebang di awal masa giling, rendemen susah dapat 7%,” ulasnya.
 
 
Penggerek Batang dan Luka Api
 
Untuk memperoleh produksi yang optimal, Edi melakukan pemupukan pertama pada umur satubulan dengan pupuk ZA dan Phonska masing-masing 4 kuintal/ha. Pemberiannya dikocor kemudian tutup rapat dengan tanah.
 
Pada umur 3 bulan,dosis pupuk ditambah, ZA 5 kuintal/ha dan Phonska 6 kuintal/ha. Pada pemupukan umur 5 bulan, dosis dikurangi, masiing-masing 3 kuintal/ha.  
 
Kemudian, penyemprotan herbisida dan membersihkan areal tanaman agar terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Proses klentek atau pengelupasan pelepah daun kering dilakukan dua kali.
 
Klentekan pertama pada ruas terbawah hingga ruas kesembilan. Klentek kedua pada ruas ke sembilan sampai 18 yangdilakukan sebulan sebelum tebang. “Tinggal perawatan dan panen saja, selesai,” cetusnya.          
 
Pengalaman Edi, OPT yang sering muncul adalah penggerek batang dan luka api. Namun tahun ini,yang bikin dia sangat kerepotan adalah tikus.
 
Eka membenarkan, OPT utama adalah hama penggerek batang (Chilo sacchariphagus) dan penyakit luka api (cendawan Ustilago scitaminea).
 
Dua OPT ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan yang luar biasa. Serangan penggerek batang 10% menurunkan bobot tebu 16%,sedangkan penyakit luka api 100% menurunkan bobot 75%.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 324 terbit Juni 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain