Rabu, 2 Juni 2021

Pemikiran Bungaran Saragih, Masih Relevan Hingga Kini

Pemikiran Bungaran Saragih, Masih Relevan Hingga Kini

Foto: Dok. AGRINA
Para peserta webinar AGRINA Bedah Buku Bungaran Saragih

Masalah dan solusi pertanian tertuang dalam tiga buku Suara Agribisnis: Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih. Ketiga buku tersebut dibedah dalam rangka ulang tahun ke-76 Prof. Bungaran Saragih.


Bicara pertanian Indonesia tidak terlepas dari Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004. Ia terus aktif memberikan inspirasi dan solusi atas berbagai masalah pertanian terkini.
 
Menurut Bhima Yudhistira Adinegara, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), membaca buku Bungaran Saragih seperti membaca sejarah pertanian Indonesia sejak masa krisis moneter hingga pascareformasi.
 
“Prof. Bungaran sebagai guru komplet karena setelah pensiun menjadi Menteri Pertanian, aktivitas menulis tentang pertanian tetap konsisten. Kita semua tahu permasalahan di bidang pertanian tak kunjung usai hingga saat ini,” komentarnya.

Buku Suara Agribisnis: Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih masih terbilang relevan sebagai solusi permasalahan usang di pertanian. Seperti apa isi tiga buku Suara Agribisnis: Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih yang diterbitkan AGRINA menurut pandangan pejabat, aktivis, organisasi, dan petani, berikut rangkumannya.


Industri Masa Depan

Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kemenko Perekonomian menilai buku pemikiran Bungaran unsur utamanya pembangunan agribisnis dari hulu hingga hilir. Sistem dan usaha agribisnis berhubungan dengan daya saing, kerakyatan, dan desentralisasi untuk mewujudkan pembangunan agribisnis berkelanjutan sehingga meningkatkan kesejahteraan petani dan memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

“Prinsipnya, pembangunan sistem dan usaha agribisnis maju, berkembang, adil dan menyejahterakan rakyat dengan kebijakan tepat agar tidak hanya dirasakan saat ini tapi juga di masa mendatang,” jelasnya saat acara webinar Bedah Buku “Suara Agribisnis: Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih” dua bulan lalu, Jakarta.  

Prinsip lainnya, lanjut dia, memikirkan pertanian masa depan sejak masa kini agar pertanian berjalan dengan baik. Salah satunya dengan teknologi dan milenial. Masuknya teknologi 4.0 dalam pertanian mendorong anak muda terjun ke lahan dan menguasai teknologi canggih. “Sistem pangan di masa depan, ada transformasi digital, sistem agribisnis dari generasi ke generasi, berkelanjutan, dan inklusif dari berbagai usaha agribisnis yang sedang dan akan dikembangkan,” ungkapnya.

Senada dengan Musdhalifah, Dr. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Institute (PASPI) mengungkapkan, buku Bungaran selalu membahas paradigma ekonomi masa depan, yaitu industri hilir. Untuk mencapai industri hilir harus digerakkan dan dikuatkan dari proses awal, yaitu mengandalkan dan terpenuhinya sumber daya alam, produktivitas meningkat, dan inovasi pendukung.   

“Lima puluh persen sistem pertanian disumbang dari industri hilir. Seperti sistem agribisnis on-farm hingga off-farm dengan kebijakan negara saling mendukung dan terkonsep. Contohnya industri sawit dilihat dari on-farm sampai pengembangan produk. Sawit Indonesia berhasil terbang ke pasar internasional karena dikelola dengan sistem dan usaha agribisnis,” terangnya.

Dr. Bayu Krisnamurthi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB University) menjelaskan, buku Prof. Bungaran merupakan buah dari pemikiran paradigma dan strategi pertanian sekaligus pembangunan ekonomi nasional. Artinya, agribisnis bukan sekadar pembangunan pertanian saja atau ruang lingkup kecil, namun merupakan strategi pembangunan ekonomi yang disusun di tingkat daerah, pusat serta global.

“Sistem dan usaha agribisnis memang sangat melekat dengan Bungaran. Ketika pulang ke Tanah Air pada 1980, Bungaran mendalami secara langsung agribisnis, mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan konservasi sumber daya alam. Pengelolaan ekonomi dari hulu hingga hilir menjadi salah satu signature-nya,” ungkapnya.


Permasalahan Pertanian

Derom Bangun, mantan Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengupas masalah sawit di buku Bungaran. Masalah terbesarnya black campaign untuk menjatuhkan sawit Indonesia di pasar dunia.
 
Ia contohkan, pengembangan kebun sawit baru melalui pembakaran lahan yang dapat menyengsarakan orang utan. Sawit Indonesia dikatakan tidak memiliki sertifikat kelayakan hulu hingga hilir. Hal ini dibantah dengan kegiatan dan promosi hingga terbit ISPO dan RSPO agar CPO dapat menembus pasar dunia khususnya Uni Eropa.

Berbagai masalah diselesaikan dengan solusi terbaik agar pertanian Indonesia berkembang dan diterima dunia. “Buku ketiga membahas ISPO dan RSPO, juga tentang pasar sawit dan sertifikasi. Ini menjelaskan sawit Indonesia harus memenuhi SNI dengan sertifikasi dan nantinya disampaikan ke WTO. WTO mengakuinya, maka pasar internasional juga mengakuinya,” tegas Derom.

Sementara itu, Ninuk Mardiana Pambudy, wartawan senior Kompas memaparkan, paradigma baru mengenai pembangunan pertanian sangat tergambar dari pemikiran Bungaran. Pertanian tidak hanya dilihat dari kotak kecil yang terdiri cangkul, bajak, budidaya hingga panen.
 
Namun pertanian merupakan satu kesatuan dari hulu hingga hilir yang disebut sistem dan usaha agribisnis sehingga menjadi lokomotif pembangunan dan ekonomi. “Pertanian merupakan satu sistem agribisnis yang belum semua orang mengerti sehingga perlu dijelaskan secara terus menerus,” tegasnya.   

Masalah berbagai komoditas memiliki jalan keluar yang terkonsep dan konsisten. Bungaran telah meletakkan pondasi, silakan dilanjutkan untuk memperjuangkannya. “Guru istimewa mampu membangun jembatan untuk muridnya dan membangun keyakinan bahwa muridnya mampu membangun jembatan masa berikutnya,” urainya.

Untung Jaya, wartawan senior Majalah AGRINA mengungkapkan, ada dua pelajaran didapat dalam wawancara bersama Bungaran, yaitu konsisten dan sederhana. Bungaran sangat menguasai sistem dan usaha agribisnis sehingga permasalahan dalam kebijakan, strategi, program, atau komoditas pertanian dapat diselesaikan secara konsisten dan sederhana.
 
“Konsisten dalam artian semua dikembalikan pada paradigma sistem dan usaha agribisnis sehingga orang lain dengan mudah mengikuti ide yang terarah. Seberat apapun masalah dapat disederhanakan sehingga memudahkan dalam menghasilkan solusi dan melaksanakannya,” kata alumnus Faperta IPB University ini.

Sementara itu, Soemitro Samadikun, petani tebu dan Ketua APTRI mengungkapkan, saat menjabat Menteri Pertanian, Bungaran selalu mendukung petani untuk berjuang dan bekerja keras. Pada 2003 Bungaran memberikan bantuan program bongkar ratoon untuk seluruh petani tebu secara bertahap. Walhasil Indonesia dapat memenuhi kebutuhan gula nasional pada 2006 – 2008 dengan produksi gula 2,6 juta – 2,7 juta ton.

“Seiring berjalannya waktu, tidak konsistennya program yang sudah diperbaharui, bergantinya pemerintah tidak menjamin petani gula lebih baik. Program lama yang sudah dilakukan Bungaran ditinggalkan. Sudah enam tahun ini penetapan harga gula di tingkat petani tidak pernah mengalami kenaikan. Tolong bantu kami, jangan biarkan ini terjadi berkepanjangan,” harapnya.



Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain