Rabu, 2 Juni 2021

TANAMAN PANGAN : Efektivitas Subsidi Benih Dipertanyakan

TANAMAN PANGAN : Efektivitas Subsidi Benih Dipertanyakan

Foto: Windi Listianingsih
Perlu aplikasi sistem informasi perbenihan agar suplai dan kebutuhan terlacak

Terjadi korelasi positif antara luas tanam, luas panen, dan produksi. Tetapi, tidak ada korelasi positif dibandingkan bantuan benihnya.


Sudah 16 tahun subsidi benih jagung digelontorkan demi peningkatan produksi dan produktivitas jagung nasional. Bagaimana realitanya di lapang?


Subsidi

Subsidi benih hibrida untuk petani dimulai pada 2006. Menurut Anton Apriyantono, Menteri Pertanian periode 2004-2009, program ini dibuat berdasarkan analisis penggunaan benih padi hibrida yang masih kecil sekali, hanya 20%-30%.
 
Begitupun pemakaian benih jagung hibrida juga rendah. “Yang paling mudah mengganti benih asalan dengan benih unggul. Caranya, mau nggak mau harus melakukan subsidi,” ungkapnya.

Anton menjelaskan, dua skema subsidi  yaitu sepenuhnya dan sebagian. Padi hibrida diberikan subsidi seluruhnya karena introduksi baru. Sedangkan, benih jagung hanya sebagian disubsidi karena biayanya besar. Agar tepat waktu, subsidi dilakukan dengan penujukan langsung.

Mengaku belum sempat melakukan evaluasi, Anton menilai, subsidi tidak bisa diberikan terus-menerus. “Subsidi paling lama 10 tahun. Sesudah itu kita harus pikirkan lagi,” katanya. Ia menyarankan adopsi skema korporasi petani seperti di Brasil. Koperasi petani difasilitasi pinjaman untuk menyediakan sarana produksi seperti benih dan pupuk.

Subsidi bisa dialihkan ke sarana pascapanen, seperti mesin pengering dan gudang yang dibutuhkan petani. “Saya setuju ini sudah harus dihentikan. Kita mulai fasilitasi cost production (biaya produksi) petani dalam bentuk koperasi,” cetusnya pada webinar “16 Tahun Bantuan Benih Jagung”.  

 
Perubahan

Subsidi benih jagung terus dilakukan. Suwandi, Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap, pada 2012-2014 pengadaan bantuan benih jagung menggunakan subsidi dan cadangan benih nasional. “Sejak 2015 sampai sekarang, benih menggunakan bantuan, ini 100% tapi bukan cuma-cuma,” jelasnya.

Pembelian benih subsidi yang melalui tender berubah menjadi e-katalog di tahun 2018. Mekanisme bantuan ini berdasarkan usulan petani yang memilih 2-3 varietas benih jagung. Kemasan benih subsidi diberi kode batang (barcode) yang bisa dipindai dengan ponsel dan dilacak informasi produksinya.

Petani yang menerima subsidi bukanlah petani langganan. Jika tahun lalu sudah menerima bantuan, tahun ini tidak lagi bisa. Mereka disarankan mengakses kredit usaha rakyat (KUR).
 
“Yang belum dibantu biasanya untuk perluasan areal tanam baru: lahan tidur, lahan terlantar, lahan tumpang sari di perkebunan, LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) lain yang belum pernah tanam jagung. Bisa juga yang dibantu untuk meningkatkan indeks pertanaman dari satu kali tanam menjadi dua kali, dua kali menjadi tiga kali,” urainya.



Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 324 terbit Juni 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain