Foto: Selo Sumarsono
Maya (Kanan) - Fortifikasi dalam bisnis makanan dan minuman itu menarik
UNICEF Indonesia mengkhawatirkan pandemi Covid-19 bisa bikin status gizi anak-anak memburuk. Sebelum pandemi saja di Indonesia terdapat 7 juta anak yang kekurangan gizi kronis sehingga pertumbuhannya terhambat (stunting).
“Indonesia punya double burden (beban ganda). Ada yang obesitas, tapi ada juga yang stunting. Di Afrika kasus stunting banyak juga. WHO memberikan nutrisi tambahan vitamin A untuk bayi sampai umur 1.000 hari dalam bentuk suplemen kayak obat, tapi mereka nggak mau. Bubuk juga kurang efektif. Lalu mereka menemukan cara yang very smart, yaitu fortifikasi,” cerita Maya Devi, Commercial & Supply Chain Director PT Tereos FKS Indonesia.
Fortifikasi itu dilakukan dengan menambahkan vitamin A ke dalam beras pecah. Dengan mesin tertentu, beras hasil fortifikasi menjadi utuh kembali dan bisa diterima masyarakat.
Alumnus Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan Tangerang, Banten, 2008, ini berpendapat, fortifikasi dalam bisnis makanan dan minuman (food & beverage) itu menarik, seperti di Filipina, Thailand, dan Vietnam.
“Tapi di sini orang F & B belum minded fortifikasi, masih mengedepankan rasa dan affordability. Rasa enak dan lebih terjangkau,” simpul wanita sudah 12 tahun berkarir di sales perusahaan food ingredient ini.
Peni Sari Palupi, Arif Mustofa