Foto: Dok. MLA
Volume ekspor sapi bakalan dari Australia ke beberapa negara 2017-2020
Kebutuhan daging sapi lokal masih terpentok pasokan. Pemerintah mengimpor 502 ribu ekor bakalan dan 185.500 ton daging beku.
Harga daging sapi di pasaran masih terhitung tinggi di kalangan konsumen sejak Januari 2021. Bahkan, pada 20-22 Januari lalu pedagang daging sapi Jabodetabek sempat mogok imbas melambungnya harga.
Harga daging sapi di pasaran masih terhitung tinggi di kalangan konsumen sejak Januari 2021. Bahkan, pada 20-22 Januari lalu pedagang daging sapi Jabodetabek sempat mogok imbas melambungnya harga.
Hingga naskah ini diturunkan, melansir data info pangan Jakarta, Minggu (7/3), harga berada di rentang Rp110 ribu/kg-Rp130 ribu/kg di wilayah Jabodetabek.
Harga karkas di tingkat rumah potong hewan (RPH) sejak Januari mengalami penyesuaian sekitar 11,6%-12,6%.
Harga karkas di tingkat rumah potong hewan (RPH) sejak Januari mengalami penyesuaian sekitar 11,6%-12,6%.
Suhanto, Sekjen Kementerian Perdagangan mengatakan, kenaikan tersebut dipicu oleh kenaikan harga sapi bakalan asal Australia selama satu semester terakhir.
Pada Juni 2020 masih berada di kisaran US$2,8/kg bobot hidup, tetapi saat Januari 2021 menjadi US$3,78/kg bobot hidup.
Ia meyakini, faktor utama penyebab kenaikan harga sapi bakalan di Australia karena adanya program repopulasi, pemenuhan permintaan konsumsi dalam negeri, dan peningkatan permintaan dari negara lain terutama dalam tiga bulan terakhir.
Ia meyakini, faktor utama penyebab kenaikan harga sapi bakalan di Australia karena adanya program repopulasi, pemenuhan permintaan konsumsi dalam negeri, dan peningkatan permintaan dari negara lain terutama dalam tiga bulan terakhir.
Akibatnya, jumlah sapi bakalan yang dapat diekspor berkurang dari 1,3 juta ekor pada 2019, menjadi 900 ribu ekor pada 2020.
Pada kesempatan lain, Didiek Purwanto, Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) mengamini, harga sapi impor Australia mengalami peningkatan.
Pada kesempatan lain, Didiek Purwanto, Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) mengamini, harga sapi impor Australia mengalami peningkatan.
Hal ini membuat sebagian anggotanya terpaksa tidak melakukan impor sehingga harga pun melonjak.
“Populasi riil sapi Australia terus turun dari 2018-2020. Sampai lima tahun ke depan diprediksi populasi hanya 26 juta ekor. Sementara pengadaan impor sapi bakalan hanya bergantung dari Australia. Ini sangat riskan,” ulas Dirut PT Karunia Alam Sentosa Abadi tersebut.
Impor Bakalan Masih Belum Lancar
Didiek berharap, adanya alternatif impor dari negara sumber bakalan selain Australia yang segera dikaji. Dari Meksiko misalnya, sudah ada kesepakatan dan jenis sapi sesuai dengan kondisi iklim Indonesia. Dari segi penyakit pun, sudah bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kemudian Brasil yang secara populasi lebih dari 240 juta ekor sangat banyak. Jenis sapi Zebu dan Brahman, sapi yang bagus sesuai kondisi cuaca dan ikllim Indonesia. Terkait penyakit, Didiek meyakini masih ada wilayah yang terbebas PMK. Namun untuk daerah lain, perlu vaksinasi.
“Selain harga yang kompetitif, dari sisi kesehatan hewan (Keswan) dan kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet) perlu pengkajian potensi kemungkinannya,” saran Didiek.
Didiek yang juga menjabat Ketua Umum PB Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) itu menambahkan, strategi jangka panjang yang dilakukan pemerintah perlu dikawal di lapangan.
“Populasi riil sapi Australia terus turun dari 2018-2020. Sampai lima tahun ke depan diprediksi populasi hanya 26 juta ekor. Sementara pengadaan impor sapi bakalan hanya bergantung dari Australia. Ini sangat riskan,” ulas Dirut PT Karunia Alam Sentosa Abadi tersebut.
Impor Bakalan Masih Belum Lancar
Didiek berharap, adanya alternatif impor dari negara sumber bakalan selain Australia yang segera dikaji. Dari Meksiko misalnya, sudah ada kesepakatan dan jenis sapi sesuai dengan kondisi iklim Indonesia. Dari segi penyakit pun, sudah bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kemudian Brasil yang secara populasi lebih dari 240 juta ekor sangat banyak. Jenis sapi Zebu dan Brahman, sapi yang bagus sesuai kondisi cuaca dan ikllim Indonesia. Terkait penyakit, Didiek meyakini masih ada wilayah yang terbebas PMK. Namun untuk daerah lain, perlu vaksinasi.
“Selain harga yang kompetitif, dari sisi kesehatan hewan (Keswan) dan kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet) perlu pengkajian potensi kemungkinannya,” saran Didiek.
Didiek yang juga menjabat Ketua Umum PB Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) itu menambahkan, strategi jangka panjang yang dilakukan pemerintah perlu dikawal di lapangan.
Jika tidak diperhatikan, dikhawatirkan terdapat pemotongan betina produktif menjelang hari raya Lebaran. Hal ini pastinya akan manambah kesenjangan antara produksi dan konsumsi.
Nanang P. Subendro, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) menimpali, hingga kini impor sapi bakalan dari Australia belum lancar.
Nanang P. Subendro, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) menimpali, hingga kini impor sapi bakalan dari Australia belum lancar.
Ia mengakui, harga impor sapi bakalan sudah mencapai Rp55 ribu - Rp56 ribu/kg. Sedangkan harga jual sapi potong di dalam negeri masih di kisaran Rp46.500/kg – Rp47.000/kg hidup.
“Sejak 2016 hingga sekarang kenaikan harga sapi hanya 15%. Sementara harga pakan, terutama bahan impor sudah naik hingga 50% lebih,” bahas pemilik perusahaan penggemuk sapi (feedloter) PT Indo Prima Beef di Desa Adirejo, Kec. Terbanggi Besar, Kab. Lampung Tengah.
Nanang bercerita, di Lampung saja, setidaknya sudah ada tiga dari 11 feedloter yang kandangnya kosong lantaran menurut perhitungan merugi jika mengimpor bakalan dan menjual dengan harga saat ini. Sementara feedloter yang masih bertahan hanya mengisi 30%-50% dari total kapasitas kandang 160 ribu ekor.
Program 1000 Desa Sapi
Kenaikan harga daging di pasar terlihat menguntungkan peternak. Namun, faktanya menurut Suhadi, Ketua Koperasi Maju Sejahtera di Kec. Tanjungsari, Kab. Lampung Selatan, tidak demikian. Alasannya, masih terbatas jumlah dan mahalnya sapi lokal, biaya pakan, serta kesulitan modal menjadi kendala peternak skala kecil.
Untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR), lanjut dia, peternak harus memiliki agunan berupa sertifikat tanah dan atau bukti kepemilikan bangunan dan kendaraan.
“Sejak 2016 hingga sekarang kenaikan harga sapi hanya 15%. Sementara harga pakan, terutama bahan impor sudah naik hingga 50% lebih,” bahas pemilik perusahaan penggemuk sapi (feedloter) PT Indo Prima Beef di Desa Adirejo, Kec. Terbanggi Besar, Kab. Lampung Tengah.
Nanang bercerita, di Lampung saja, setidaknya sudah ada tiga dari 11 feedloter yang kandangnya kosong lantaran menurut perhitungan merugi jika mengimpor bakalan dan menjual dengan harga saat ini. Sementara feedloter yang masih bertahan hanya mengisi 30%-50% dari total kapasitas kandang 160 ribu ekor.
Program 1000 Desa Sapi
Kenaikan harga daging di pasar terlihat menguntungkan peternak. Namun, faktanya menurut Suhadi, Ketua Koperasi Maju Sejahtera di Kec. Tanjungsari, Kab. Lampung Selatan, tidak demikian. Alasannya, masih terbatas jumlah dan mahalnya sapi lokal, biaya pakan, serta kesulitan modal menjadi kendala peternak skala kecil.
Untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR), lanjut dia, peternak harus memiliki agunan berupa sertifikat tanah dan atau bukti kepemilikan bangunan dan kendaraan.
Sementara peternak yang mau mempersiapkan pasar lebaran dan kurban sudah kesulitan membeli bakalan. “Kini harga pedet lokal usia 7 bulan sudah Rp7 juta/ekor dan Brahman usia yang sama sudah Rp13 juta/ekor,” paparnya.
Terkait program 1000 desa sapi yang digaungkan pemerintah, ia mengapresiasi dan menyambut baik. Koperasi yang dijalankannya tengah menerima 800-an ekor, terdiri dari 500-an berupa sapi dara calon indukan dan sisanya bakalan dipersiapkan untuk Lebaran.
Terkait program 1000 desa sapi yang digaungkan pemerintah, ia mengapresiasi dan menyambut baik. Koperasi yang dijalankannya tengah menerima 800-an ekor, terdiri dari 500-an berupa sapi dara calon indukan dan sisanya bakalan dipersiapkan untuk Lebaran.
Akan tetapi, Suhadi menilai, program tersebut tidak menambah populasi sapi di dalam negeri, melainkan hanya memindahkan sapi dari satu tempat ke tempat lainnya.
“Pedetnya hanya pindah provinsi saja. Misalnya pengadaan bakalan dari di Jawa Timur lalu dikirim ke Lampung atau pengadaannya di Jawa Tengah lalu dikirim ke Sulawesi Selatan. Akan berbeda jika sumber sapinya impor sesuai permintaan kami sebelumnya,” tandas Suhadi.
Masih kekurangan 223.142 ton
Kementerian Pertanian mencatat, kebutuhan daging sapi nasional pada 2021 mencapai 696.956 ton dengan perhitungan konsumsi 2,56 kg/kapita/tahun.
“Pedetnya hanya pindah provinsi saja. Misalnya pengadaan bakalan dari di Jawa Timur lalu dikirim ke Lampung atau pengadaannya di Jawa Tengah lalu dikirim ke Sulawesi Selatan. Akan berbeda jika sumber sapinya impor sesuai permintaan kami sebelumnya,” tandas Suhadi.
Masih kekurangan 223.142 ton
Kementerian Pertanian mencatat, kebutuhan daging sapi nasional pada 2021 mencapai 696.956 ton dengan perhitungan konsumsi 2,56 kg/kapita/tahun.
Sementera ketersediaan daging sapi-kerbau lokal hanya 473.814 ton. Hal ini menunjukkan pasokan daging sapi-kerbau sepanjang 2021 masih kekurangan 223.142 ton.
Nasrullah, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan menuturkan, kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari impor berupa sapi bakalan, bakalan siap dipotong, dan impor daging sapi atau kerbau.
Nasrullah, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan menuturkan, kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari impor berupa sapi bakalan, bakalan siap dipotong, dan impor daging sapi atau kerbau.
Rinciannya, dalam bentuk sapi bakalan sebanyak 502 ribu ekor atau setara 112.503 ton daging, bakalan siap dipotong 430 ribu ekor atau setara 96.367 ton, serta impor daging sapi atau kerbau sebesar 185.500 ton.
Berdasarkan laporan importir, hingga 28 Januari 2021, stok daging yang ada di importir swasta dan BUMN sebanyak 6.998,69 ton daging sapi/kerbau, termasuk 477,45 ton jeroan.
Berdasarkan laporan importir, hingga 28 Januari 2021, stok daging yang ada di importir swasta dan BUMN sebanyak 6.998,69 ton daging sapi/kerbau, termasuk 477,45 ton jeroan.
“Dari stok akhir tahun 2021 ini akan didapatkan sebanyak 58.725 ton untuk pemenuhan kebutuhan daging Januari sampai Maret 2022,” bahasnya.
Try Surya A, Syafnijal DS (Lampung)
Try Surya A, Syafnijal DS (Lampung)