Selasa, 2 Pebruari 2021

Catatan Agar Pasar Udang Membesar

Catatan Agar Pasar Udang Membesar

Foto: Dok. Henny Budi Utari
Forum Udang Indonesia (FUI) optimis target kenaikan nilai ekspor udang 250% pada 2024

Produk olahan bernilai tambah sangat potensial memasuki pasar baru.
 
Forum Udang Indonesia (FUI) optimis target kenaikan nilai ekspor udang 250% pada 2024 bisa dicapai. Menurut Budhi Wibowo, Ketua Umum FUI, target itu bisa diraih dengan 2 cara dilengkapi syarat yang harus dipenuhi.
 
 
Naik 20%
 
Kenaikan 250% artinya nilai ekspor udang menjadi US4,25 miliar dan volume ekspor 405 ribu ton di 2024. Untuk mencapai target itu, Budhi menjelaskan, “Diperlukan target pertumbuhan majemuk, yaitu petumbuhan konstan 19,8% atau sekitar 20%.”
 
Capaian target bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu peningkatan volume ekspor dan produksi udang. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hingga November 2020 nilai ekspor udang naik 20% daripada 2019.
 
Bahkan, produk olahan udang, terutama breaded shrimp (udang tepung) naik 2 kali lipat di pasar Amerika Serikat (AS). Begitupun cooked shrimp (udang masak) meningkat cukup besar, 37,8%.
 
Tahun 2020, ulas Budhi, volume ekspor udang Indonesia 15% lebih besar dan nilainya 19% lebih tinggi daripada 2019. “Tahun ini FUI berharap bisa meningkat sekitar 20% volume dan 25% value (nilai),” katanya kepada AGRINA (28/1).
 
Rerata harga udang Indonesia pada 2019 sekitar US$8,2/kg sedangkan di 2020 US$8,6/kg atau naik 5%. Asumsi harga naik 5% per tahun. Dengan memperbanyak produk olahan bernilai tambah (value added) ready to eat (siap makan) dan ready to cook (siap masak), FUI menaksir harga udang di 2024 menjadi US$10/kg.
 
Sehingga, perlu volume ekspor 405 ribu ton agar mencapai nilai US$4,25 miliar. “Volume ekspor diperlukan pertumbuhan konstan 14,3% per tahun,” serunya. Dengan bahan baku ekspor 85% dari budidaya maka butuh 530 ribu ton udang budidaya.
 
 
Produksi
 
Di sisi produksi, Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya KKP menjelaskan, produksi udang di 2019 sebesar 1,05 juta ton dengan rincian vaname 651 ribu ton, windu 123 ribu ton, merguensis 31 ribu ton, dan 244 ribu ton udang lainnya.
 
Target produksi udang di 2020 yaitu 1,208 juta ton. “Data produksi tahun 2020 masih dalam prosesvalidasi. Target produksi udang tahun ini 1,252 juta ton,” ujarnya.
 
Mencapai target 2024, KKP membangun model klaster tambak udang berkelanjutan sejak 2020. Model ini seluas 5 ha di 5 lokasi kabupaten, yaitu Aceh Timur-NAD, Lampung Selatan-Lampung, Cianjur-Jabar, Sukamara-Kalteng, dan Buol-Sulteng.
 
“Hingga saat ini proses budidaya masih berjalan dengan harapan dapat panen sesuai target produksi pada bulan Februari-Maret 2021,” imbuhnya.
 
Slamet mengaku tidak ada kendala pada pengembangan klaster di Sumatera dan Jawa. Namun, di Sukamara dan Buol butuh perhitungan detail tentang biaya distribusi input produksi karena sangat mempengaruhi harga produksi udang.
 
Narendra Santika Hartana, Shrimp Health Supervisor PT Suri Tani Pemuka mengingatkan, perlu dukungan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai dalam klaster. SDM harus dipimpin koordinator dengan level pengetahuan atau pendidikan yang lebih unggul dari anggota klaster agar terarah.  
 
Infrastruktur berupa instalasi akses air bersih dan standarisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). “Reservoarnya harus pas karena kondisi airnya tidak lebih baik. Terus, IPAL harus distandarkan. Beberapa daerah sudah jadi kewajiban untuk tambak baru. Cuma, standarnya seperti apa masih banyak pendapat,” urainya.
 
FUI menghitung kebutuhan sarana produksi Pembangunan klaster di 2024, berupa pakan sekitar 736 ribu ton, benur 55,9 miliar ekor, dan kincir 580 ribu unit. “Berdasarkan diskusi dengan berbagai stakeholder, angka ini tidak terlalu sulit dicapai baik itu benur, pakan, dan kincir,” tukasnya.
 
 
Pasar Baru
 
Menyoal pasar, Budhi meyakinkan banyak pasar baru yang bisa digarap, yaitu Jepang, Uni Eropa (UE), China, dan Amerika Selatan. Pasar Jepang bisa ditambah dengan memperbanyak produk value added.
 
Pasar UE juga masih sangat kecil terisi, hanya 1,2%, dan bisa dinaikkan dengan produk value added. Rencana perjanjian pasar bebas Indonesia dan UE akan menurunkan bea impor 0% sehingga peluang pasar bisa membesar.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 320 terbit Februari 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain