“Hilirisasi industri minyak sawit sangat menggiurkan potensinya. Sebagai negara produsen dan pengekspor crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO)terbesar di dunia, minyak sawit mengandung beta karoten dan tokoferol untuk pembuatan vitamin A dan E, yang selama ini kita impor dalam jumlah cukup besar,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Seberapa besar prospeknya?
Bicara prospek berarti kita bicara potensi permintaan dan suplai. Secara potensial ada demanddi dalam negeri dan luar negeri. Di dalam negeri jelas sekali karena jumlah penduduk kita nomor empat di dunia dan kasus malnutrisi khususnya vitamin A dan E ada di mana-mana.
Indonesia sendiri masih mengimpor vitamin A dan E. Dan kita bisa juga mengekspornya ke luar negerikarena kita bisa menghasilkan vitamin A dan E natural yang mungkin masih sangat langka. Jadi, prospeknya baik di dalam maupun luar negeri luar biasa besar.
Menurut data Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN), dengan produksi nasional yang mencapai 45 juta ton CPO per tahun bisa menghasilkan 13,5 ribu ton beta karoten pro vitamin A per tahun atau setara US$4,7 miliar.
Dan dapat menghasilkan 27 ribu ton tokoferol pro vitamin E atau setara US$2,7 miliar per tahun.Sebagai produsen dan eksportir CPO terbesar, kita juga bisa menjadi produsen dan eksportir terbesar vitamin A dan E.
Kita sudah lama tahu potensi ini, tapi bagaimana merealisasikannya menjadi bisnis? Jika gagal menerjemahkan menghasilkan vitamin A dan E sebagai bisnis,maka kita tidak bisa mengikuti keberhasilan dalam produksi CPO dan PKO.
Kita menyadari, pembuatan vitamin A dan E menjadi bisnis masih ada proses panjang dan rumit yang harus kita mengerti, kuasai, dan kontrol untuk mengubah dari CPO menjadi vitamin A dan E. Tentunya kita membutuhkan orang-orang di downstream bukan lagi orang-orang on-farm agribusiness.
Pekerjaan besar kita bagaimana mentransformasi dan mengekstrak dari tandan buah segar menjadi vitamin A dan E sebagai produk yang berguna untuk kesehatan bangsa kita dan bangsa-bangsa di dunia, teristimewa di dunia ketiga.
Para peneliti kita yang hebat-hebat harus berpikir research to business karena hilirisasi ini akan memberi pasar yang besar buat sawit kita. Makin banyak produk dari sawit,makin kuat kita untuk bersaing sekalipun mereka menjelek-jelekkan sawit kita.
Bagaimana langkah memproduksi vitamin A dan E di Indonesia?
Mengembangkan bisnis vitamin A dan E, sama seperti mengembangkan CPO dan PKO yaitu terlebih dahulu harus menjadikannya produk. Produk yang bisa menjadi komoditas agar bisa dijual. Kita sudah banyak mengetahui tentang produksi vitamin A dan E tapi masih banyak pertanyaan. Terutama bagaimana kita bisa menghasilkan produk yang bisa dikonsumsi lantas bisa menjadi bisnis.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 319 terbit Januari 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.