Foto: https://pngtree.com
Petani harus kerjasama dalam bentuk organisasi bisnis yang kuat
“Petani perlu membangun organisasi ekonomi yang kuat tapi organisasi bukanlah tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan. Tujuannya menyejahterakan petani melalui perbaikan on-farm dan menimbulkan pembangunan ekonomi di wilayah tersebut,” ungkap Prod. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Mengapa organisasi ekonomi begitu penting bagi petani?
Kita ambil studi kasus komoditas jeruk dan kopi di Kabupaten Simalungun. Potensi produksi dan konsumsi kedua komoditas tersebut luar biasa besarnya di Simalungun.
Tapi sistem dan usaha agribisnis jeruk ini masih belum efisien dan efektif karena masih terpencar-pencar sehingga tidak dapat dimanfaatkan para petani di sana.
Inefisiensi bukan hanya di on-farm tapi juga di off-farm-nya. Hal ini disebabkan tidak adanya desain bisnis. Semuanya hanya diatur alam dan pasar bersaing secara sempurna.
Jadi, potensi yang besar hanya bisa untuk pembangunan daerah dan perbaikan nasib petani apabila sistem agribisnisnya diperbaiki, bisa diefisienkan dan diefektifkan. Dalam keadaan seperti ini semuanya rugi.
Namun petani mengalami kerugian terbesar. Alasannya petani mengalami kerugian terbesar karena sifat tanaman jeruk dan kopi adalah tanaman tahunan sehingga investasinya jangka panjang.
Apapun yang terjadi, petani tetap mempertahankan tanamannya sampai tua dan tidak produktif lagi. Jadi karena sifat tanaman ini, maka sistem agribisnis yang tidak efisien dan efektif dibebankan kepada petani karena posisinya yang paling lemah. Petani sudah kerja keras dan kerja cerdas tapi tidak bisa apa-apa menghadapi situasi tersebut sendirian.
Bagaimana untuk meningkatkan kesejahteraan petani?
Secara individual petani tidak mungkin meningkatkan kesejahteraannya karena skala usahanya terlalu kecil-kecil sehingga tidak memiliki posisi tawar menghadapi pihak mana pun. Karena itu, dibutuhkan peranan organisasi.
Mereka tidak cukup hanya kerja keras dan kerja cerdas tetapi juga harus kerjasama dalam bentuk organisasi bisnis yang kuat. Petani kita sudah terbiasa dengan organisasi sosial tapi organisasi bisnis belum.
Jika mau membantu petani memperbaiki dirinya, kita harus membantu membentuk organisasi ekonomi yang kuat.
Kementan sudah membentuk kelompok tani tapi bukan kelompok bisnis jadi hanya bisa memperbaiki on-farm. Padahal masalahnya itu ada di off-farm. Ada juga organisasi yang dibangun dari mesjid, gereja, dan LSM tapi sifatnya juga sosial sehingga tetap saja belum efektif.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 317 terbit November 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.