Foto: Dok. AGRINA
Industri sawit dan pangan industri yang paling tangguh di Indonesia
“Tuntutan keberlanjutan dalam suasana new normal akan lebih tinggi di level internasional karena timbulnya penyakit seperti covid-19 adalah akibat dari lingkungan yang semakin tidak sehat. Kendatipun lingkungan yang tidak sehat itu bukan karena sawit. Tantangan kita masih tetap sama, yakni menjelaskan bahwa sawit itu sehat bahkan bisa menambah kesehatan, dan lebih sehat daripada minyak nabati lain,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Bagaimana dampak Covid-19 terhadap industri sawit?
Virus corona muncul sejak akhir tahun lalu di China yang memberi dampak cukup besar terhadap perekonomiannya. Tapi belakangan tidak hanya di China, Covid-19 juga memberi pukulan terhadap perekonomian secara global sehingga banyak negara yang biasanya pertumbuhan ekonominya positif tiba-tiba menjadi negatif.
Indonesia juga terpukul, pertumbuhan ekonomi kita sebesar 5,2% pada kuartal pertama tahun lalu menjadi hanya 2,3% tahun ini. Jadi serangan corona ini membuat kesehatan dan ekonomi dunia terpukul.
Kendatipun ekonomi kita terpukul tapi pangan dan pertanian sebenarnya tidak terpukul hanya tergores, apalagi sawit masih normal-normal saja.
Jadi dari normal memasuki new normal hanya perlu memasukkan unsur kesehatan dalam operasionalnya. Sekalipun saya katakan normal-normal saja barangkali jika ada dampak dari Covid-19 dalam industri sawit hanya nyali yang terpukul.
Ini menunjukkan bahwa industri sawit dan pangan itu sebenarnya industri yang paling tangguh di negeri kita. Industri sawit, pangan, dan pertanian harus menjadi penolong bagi perekonomian kita pada masa yang akan datang.
Mempraktikkan protokol kesehatan di on-farm barangkali tidak terlalu ketat seperti di kota karena sawit itu ada di pedesaan, areal yang luas, dengan jumlah manusia sangat rendah sehingga social distancing sudah menjadi hal yang natural.
Dalam supply chain relatif juga sama karena intervensi manusia sangat minimal disebabkan semuanya sudah serba otomatis demikian juga di pabrik. Jadi dari segi suplai kita normal-normal saja.
Bagaimana dari sisi permintaan akan produk sawit?
Pada demand side, ada tantangan menangkap opportunity potensial yang berhubungan dengan penanggulangan penyakit yang diakibatkan virus corona.
Namun entah bagaimana karena kita masih dalam keadaan normal dan tren positif pada waktu itu masih sangat besar membuat kita lupa bahwa pohon-pohon produktif akan meningkat jumlahnya sehingga akan terjadi over supply.
Hal itu akan membuat ada tekanan terhadap harga CPO, baik nasional maupun internasional. Karena itu, dari segi demand kita harus tetap membuka pasar-pasar baru sekaligus memelihara pasar-pasar yang sudah ada.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 314 terbit Agustus 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.