Foto: Istimewa
target peningkatan produksi udang sebesar 250% pada 2024
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo di sela sela kunjungannya bersama Ketua Komisi IV DPRI RI ke Kabupaten Lampung Timur. Minggu (19/7). mengatakan, Pemerintah siap untuk garap potensi tambak melalui budidaya udang. Edhy menyebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan dorong intensifikasi dan pengembangan tambak sistem wanamina atau silvofishery.
"Saya melihat hamparan tambak disini yang produktivitasnya besar adalah tambak yang sudah intensifikasi dengan jumlah rata - rata panen mendekati 20 ton, harga udang saat Pandemi covid-19 ini menunjukkan harga yang bagus dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi", kata Edhy.
Edhy juga berharap agar hamparan yang ada dapat dimanfaatkan dengan tidak mengesampingkan kelangsungan hidup tumbuh - tumbuhan, terutama mangrove sehingga hutan mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya perikanan lainnya.
"Budidaya tambak udang tidak boleh merusak ekosistem mangrove, jadi perlu dijaga keseimbangan lingkungannya. Nanti dalam pengembangannya, disamping ada yang melalui intensifikasi, juga kita akan kembangkan sistem silvofihery yakni tumpang sari antara mangrove dengan udang/ikan", jelas Edhy.
Dalam rangka menggenjot produktivitas di hulu guna mencapai target peningkatan produksi udang sebesar 250% pada tahun 2024, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) telah menyiapkan program strategis untuk pengembangan budidaya udang nasional, termasuk di Provinsi Lampung. “DJPB telah merancang percontohan sistem klaster tambak udang berkelanjutan di berbagai daerah di Indonesia”, ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto saat mendampingi Menteri Kelautan dan Perikanan beserta Ketua Komisi IV DPRI RI panen parsial kedua udang vaname di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Minggu (19/7).
Slamet menjelaskan bahwa tahap awal di tahun ini percontohan akan difokuskan di lima daerah dulu yakni di Kabupaten Lampung Selatan, Sukabumi, Sukamara, Garut dan Buol.
“Model tersebut mengedepankan pengelolaan teknis yang lebih terintegratif dan ramah lingkungan. Dengan percontohan ini diharapkan akan memicu pembudidaya maupun pihak investor dalam mereflikasi model sejenis”, tegas Slamet.
Slamet menambahkan bahwa kita akan fokuskan dalam upaya perbaikan produktivitas yakni melalui intensifikasi. Kita akan upgrade produktivitas tambak tradisional melalui input teknologi, sehingga produktivitas bisa ditingkatkan dari semula 1 ton/ha/siklus menjadi berkisar 10 - 20 ton/ha/siklus. Dengan begitu akan ada tambahan produksi udang minimal 400.000 ton per tahun. Saat ini KKP tengah melakukan pemetaan lahan potensial di berbagai daerah untuk dioptimalkan.
Sementara Agus Sujono pimpinan UD. Anugerah sebagai salah satu pembeli udang hasil tambak Binaan, mengungkapkan bahwa pihaknya mampu membeli udang dari hasil tambak sebanyak 200 hingga 300 ton setiap bulannya.
Menurut Agus walaupun dalam masa pandemi ini harga untuk komoditi udang cukup bersaing dipasaran dikarenakan beberapa negara tidak memproduksi.
"Untuk harga udang relatif terjangkau untuk pasar dalam negeri, sedangkan untuk pemenuhan pasar luar Negeri, harga cukup kompetitif yaitu untuk harga perkilo dengan size 30/Rp. 94.000, 40/Rp. 83.000, 50/Rp. 73.000, 60/68.000 dan 100/Rp. 57.000,-" ungkap Agus.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin mengatakan prinsipnya DPR akan full support intensifikasi dan pengembangan tambak udang sistem silvofishery yang artinya pengembangan tambak dengan tidak merusak mangrove karena mangrove memiliki fungsi ekologis diantaranya melindungi pantai dari abrasi air laut.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi, menyatakan bahwa dalam waktu dekat, yaitu di Bulan Oktober Kartu Petani Berjaya akan diluncurkan, termasuk untuk petani tambak dan nelayan sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para petani tambak untuk memaksimalkan hasil produksi.
Try Surya A