Foto: Dok. Depositphotos
Tren global untuk permintaan produk udang dimasa new normal adalah ready meal
Untuk kesekian kalinya, Majalah AGRINA menggelar seminar secara virtual dengan tema yang diangkat yaitu “Tantangan dan Peluang Bisnis Udang di Era New Normal” pada Rabu (01/07).
Narasumber untuk kali ini, Harry Yuli Susanto, Direktur Supply Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP51) dan Haris Muhtadi, Ketua divisi Akuakultur GMPT.
Tren global untuk permintaan produk udang dimasa new normal adalah ready meal. Menurut, Harry Yuli Susanto, Direktur Supply AP5I pada 2016 permintaan mencapai US$75 miliar, diperkirakan pada 2023 mencapai US$ 145 miliar “Pertumbuhan pertahun hingga 60% ini cukup baik.
Sementara, di Indonesia tren ini hanya ada pada produk ayam dan daging, masih sedikit olahan udang atau seafood. Peluang bagi industri perikanan terutama UMKM bisa masuk pada segment ready meal,” jelasnya.
Harry menyoroti program KKP gemar makan ikan, namun masih belum optimal dalam pola konsumsi di masyarakat. Produk frozen bisa mendongkrak konsumsi makanan sehat dan segar. Masyarakat hanya mengetahui bahwa ikan segar didapat secara langsung di pasar.
Padahal, produk frozen, jauh lebih bersih, sehat dan bersertifikat. Dampak pandemi juga menjadikan penurunan pembelian ikan secara langsung menurun, sehingga peluang ready meal terbuka lebar.
“Potensi pasar dalam negeri untuk produk olahan perikanan frozen masih banyak yang belum tergarap. Perlu adanya dukungan terutama layanan produk frozen,” katanya.
Haris Muhtadi, Ketua divisi Akuakultur GMPT menjelaskan, efek covid-19 bisnis udang secara umum sudah kembali pulih. Petambak tetap melakukan produksi udang secara normal atau biasanya. “Covid-19 hanya berpengaruh sesaat dan tidak signifikan secara teknik dan finansial,” katanya.
Sabrina Y.