Senin, 2 Maret 2020

Prediksi Agribisnis 2020

“Jika mau memprediksi agribisnis 2020, kita harus melihat kondisi ekonomi dan pangan global serta  bagaimana dampaknya di dalam negeri. Tak kalah pentingnya kekuatan permintaan dan penawaran dari produk-produk agribisnis dalam negeri,” Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
 
 
Bagaimana prospek agribisnis 2020?
 
Dampak perang dagang yang masih terus berlanjut ditambah efek negatif merebaknya virus corona, pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan menurun dibanding tahun lalu.
 
Sementara produksi dan permintaan produk agribisnis global tidak ada yang menonjol dibandingkan beberapa tahun belakangan ini. Dengan keadaan ekonomi dunia seperti itu, kesempatan ekspor hasil-hasil pertanian kurang bertumbuh walaupun tetap ada.
 
Kondisi dalam negeri sendiri masih memberikan harapan. Contohnya, pertumbuhan penduduk kita masih relatif tinggi, sekitar 1,47% per tahun. Ini menambah permintaan pada pangan.
 
Lalu pendapatan masyarakat masih bertumbuh yang besarnya hampir sama seperti tahun lalu.  Dapat  diprediksi akan ada pertambahan permintaan yang cukup besar, khususnya pangan. 
 
Ditambah lagi dengan inisiatif pemerintah  pada penggunaan bahan bakar, yaitu B30. Satu kebijakan yang sangat berani dan berguna untuk agribisnis dalam negeri, yang dapat meningkatkan permintaan terhadap sawit di dalam negeri. Efeknya sudah kelihatan, harga sawit di luar negeri mulai naik karena suplainya berkurang. Dan harga sawit dalam negeri juga naik. Hal ini dapat menarik kegiatan agribisnis komoditas lainnya baik di hulu maupun di hilir pertanian.  
 
 
Bagaimana dengan tekanan penawaran produk agribisnis?
 
Jika kita lihat dari sisi penawaran, tahun lalu suplainya cukup bagus karena iklimnya bagus dan tidak ada gangguan yang sangat signifikan terhadap produksi. Demikian juga kondisi 2020 dengan adanya prakiraan iklim yang akan baik-baik saja.
 
Namun perlu dicatat, sejak dua tahun belakangan ini, pemerintah mengurangi jumlah subsidi pupuk yang bisa berefek terhadap produksi dan produktivitas. Hal ini bisa mengurangi suplai dalam negeri sekalipun jumlahnya tidak sangat signifikan. Kita belum tahu kebijakan pemerintah terhadap subsidi pupuk ini pada 2020 dan tahun-tahun mendatang.
 
Pada 2020, pemerintahan kita baru, sekalipun Presidennya tetap sama. Pembantunya sebagian besar sudah berubah. Hal ini dapat memunculkan inisiatif dan tekad baru untuk memajukan Indonesia, khususnya pada suplai dan demand produk pertanian dan pangan.
 
Estimasi saya, dorongan pada sisi penawaran akan lebih kurang sama besar dibandingkan permintaan sehingga harga komoditas pertanian cenderung stabil. Mungkin ada gejolak sedikit pada komoditas-komoditas kecil yang tidak terlalu besar dampaknya pada perekonomian nasional.  Jadi keadaannya tidak jauh berbeda dengan 2019. 
 
 
Apa yang dapat dilakukan para stakeholder agribisnis menghadapi kondisi tersebut?
 
Dengan mempertimbangkan semua hal tersebut, maka pertanian khususnya pangan pada 2020 akan biasa-biasanya saja. Tidak akan terjadi inflasi atau deflasi cukup berarti yang disebabkan sektor-sektor pertanian dan pangan. Kecuali industri sawit akan menggeliat. 
 
Untuk dapat memanfaatkan kondisi itu, stakeholder agribisnis perlu memperhatikan beberapa hal berikut.
 
Pertama, meningkatkan daya saing. Dulu sudah kita kembangkan kebijakan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan dilaksanakan secara desentralistis. Daya saing itu penting sekali apapun sistem perdagangan yang kita hadapi. 
 
Kedua, memanfaatkan pasar dalam negeri. Potensi dalam negeri sangat besar karena jumlah penduduk kita sangat besar dan masih bertumbuh, sedangkan banyak negara lain yang jumlah penduduknya tidak sebesar kita. Jadi pasar dalam negeri harus dimanfaatkan oleh pelaku agribisnis dalam negeri.
 
Ketiga, memperbaiki masalah logistik antardaerah. Masing-masing daerah harus menghasilkan komoditas pertanian dan pangan yang memiliki comparative advantage.
 
Dengan demikian akan terjadi perdagangan antardaerah dengan komoditas unggulan masing-masing daerah. Jadi pemerintah harus memfasilitasi prasarana dan sarana logistik antardaerah agar perdagangan dapat berjalan dengan lancar.   
 
 
 
Untung Jaya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain