Foto: Peni Sari Palupi
Santosa Tarmudji, Presdir PT Astra Agro Lestari Tbk. (nomor 3 dari kiri) menyerahkan hadiah kepada jurnalis dalam acara “Talk to the CEO” yang dimoderatori Tofan Mahdi, Senior Vice President of Communications and Public Affair (nomor 2 dari kanan)
Selepas tahun yang penuh tantangan pada 2019, perusahaan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. makin meningkatkan penerapan teknologi digital untuk mengejar efisiensi.
Kondisi bisnis kelapa sawit sepanjang 2019 yang begitu menantang diungkap Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. (AAL) Santosa Tarmudji dalam acara tahunan ketiga “Talk to the CEO” di Bogor (18/2).
Dalam perbincangannya, Santosa menyebut, 2019 sebagai tahun yang benar-benar “gloomy” (suram) bagi industri sawit Indonesia sejak 2007.
Memang, komitmen pemerintah melaksanakan kebijakan mandatori biodiesel B20 cukup membantu mengerek harga minyak sawit mentah (CPO).
“Dan pada saat B30 akhir 2019, itu benar-benar menjadi kunci,” ujarnya menyatakan apresiasi kepada pemerintah Presiden Jokowi. Hasilnya, akhir tahun lalu, harga CPO melonjak dari angka US$400-an hingga di atas US$800 per ton CIF Rotterdam.
Astra Agro pun semakin optimistis memasuki 2020. Mereka yakin target-target yang telah ditetapkan akan dapat tercapai ditandai dengan merangkak naiknya harga tandan buah segar (TBS) pada awal tahun.
"Upaya menangkap prospek dan peluang besar yang terbuka pada industri ini, kami perkuat juga dengan terus menerus melakukan inovasi," ujar Santosa sembari menambahkan, "Itu sebabnya tahun 2020 Astra Agro mengangkat tema Sustaining Innovations."
Tiga Aplikasi Digital
Dalam jangka pendek, Astra Agro terus melahirkan inovasi berbasis teknologi digital. “Teknologi digital ini akan membantu kita melakukan kontrol dengan baik. Kondisi operasionalnya bisa jauh lebih efisien. Kami, Astra Agro mencanangkan untuk menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang terdepan (world class plantation operation),” paparnya.
Untuk itu, dalam tiga tahun terakhir, emiten berkode AALI ini mengembangkan aplikasi untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi operasional. Paling tidak ada tiga aplikasi, yaitu rawat, panen, dan olah.
Yang pertama, aplikasi diberi nama AMANDA, yaitu Aplikasi Mandor Astra Agro. Aplikasi ini dirancang untuk menjawab tantangan pelaksanaan kegiatan operasional yang sesuai standar perusahaan.
Dengan memanfaatkan perangkat global positioning system (GPS), kamera, dan ponsel, para mandor kebun dapat memantau secara pasti kualitas kerja para tenaga rawat tanaman.
“Kita sudah bikin pilot project di satu PT kita kira-kira 5.000 ha. Tahun ini kita deploy dan akhir tahun diharapkan bisa beres 220 ribu ha,” ujar alumnus Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, UGM, tersebut.
Aplikasi bernama MELLI (Mill Excellent Indicator) sangat berguna dalam memasok data yang cepat dan akurat mengenai indikator-indikator di pabrik kelapa sawit.
Pasokan data tersebut sangat diperlukan mengingat kecepatan dan keakuratan data amat penting bagi manajemen untuk melakukan analisis dan mengambil keputusan atas setiap permasalahan di pabrik.
Ada pula aplikasi bernama DINDA (Daily Indicator of Astra Agro) yang fokus dalam pengembangan model sistem untuk mendukung konsep operasional excellent. Sistem ini juga memfasilitasi manajemen untuk mengembangkan kerja-kerja yang efektif dan efisien.
Semua aplikasi ini diintegrasikan melalui Operation Center of Astra Agro (OCA), yaitu sebuah sistem induk yang dikembangkan dengan basis informasi real-time.
“Dengan sistem ini, feedback terhadap proses yang berlangsung di lapangan bisa lebih cepat sehingga eksekusinya pun dapat lebih cepat,” ulas Santosa.
Sedangkan untuk program jangka panjangnya, Astra Agro tengah mengembangkan benih dengan teknologi biomolekuler.
Dalam satu-dua tahun ke depan diharapkan menghasilkan benih yang lebih unggul dan adaptif dengan lokasi kebun di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jadi, tanpa menambah luas lahan kebun inti, yield per hektar akan meningkat.
Peni Sari Palupi