Senin, 2 Maret 2020

Kiat Panen Daging Jelang Idul Adha

Kiat Panen Daging Jelang Idul Adha

Foto: Try Surya Anditya
Ajat Sudarjat, perlu obat cacing, vitamin, dan antibakteri agar ternak sehat

Dalam kisaran waktu 4-6 bulan, ternak disiapkan secara optimal agar untung peternak maksimal.


Pasar sapi, domba, dan kambing (doka) akan mulai ramai dari sebulan hingga dua minggu menjelang Idul Adha berlangsung. Untuk mengggarap pasar itu biasanya peternak membutuhkan waktu 4-6 bulan guna menggemukkan sapi dan dokanya.

Ajat Sudarjat, Kepala Lembaga Pemberdayaan Ternak Mustahik Baznas di Cimande Hilir, Bogor menjelaskan, rentang waktu tersebut sudah cukup dalam mempersiapkan hewan kurban.
 
Ia pun menyarankan, sebaiknya yang dimanfaatkan sebagai kurban adalah pejantan. Selain kualitas yang lebih baik, dari sisi pembibitan pun populasi ternak akan terjaga. Dalam rangka menyambut Idul Adha mendatang, peternak perlu mempersiapkan usaha penggemukan secara matang. Apa saja yang perlu diperhatikan?


Pemilihan Bibit dan Kondisi Lingkungan

Produktivitas tinggi diperoleh dari bibit atau bakalan yang baik. Untuk itu, pemilihan bakalan sebaiknya tidak terlalu gemuk tapi sehat. Suwadi Hartono, Regional Manager Medion merinci, sapi dan domba yang dipilih berkelamin jantan dan berumur sekitar 1,5-2,5 tahun.
 
Pemeriksaan fisik, imbuh Suwadi, dilakukan sebelum memilih bakalan. Kriterianya, tidak cacat, tulang kuat, rambut bersih, mata bersinar, nafsu makan baik, dan feses yang normal.

Hal senada dikatakan Ajat. Ia berujar, ternak yang kurus akan lebih mudah digemukkan ketimbang yang kecil secara genetik. Dua hal yang menjadi kunci dalam menjaga kesehatan ternak, yaitu manajemen pakan dan lingkungan.
 
“Pakan untuk menjaga kekebalan tubuh, sementara lingkungan dijaga supaya tidak mengundang penyakit,” ungkap lulusan kedokteran hewan IPB Bogor ini.

Suwadi mengingatkan, kondisi kandang berkaitan dengan rasa nyaman ternak. Satu ekor sapi butuh ruang berukuran luas 3-4 m2, sedangkan satu ekor doka berkisar  1-2 m2. Di samping itu, sirkulasi udara, sinar matahari dan kemudahan membersihkan kandang juga wajib dipertimbangkan. Jangan biarkan feses dan sisa pakan menumpuk. Drainase dijaga agar kandang tetap kering dan tidak lembap.


Manajemen Pakan

Asupan pakan seimbang menjadi kunci dalam proses penggemukan. Gagan Setiawan, pendamping Balai Ternak Baznas Garut menuturkan, doka memerlukan protein, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
 
Menurut alumnus Fapet Unpad Bandung ini, peternak biasanya memanfaatkan hijauan, limbah pertanian, silase, atau hay sebagai bahan pakan. Hijauan dan limbah sayuran, bagus untuk pembibitan.
 
Sedangkan untuk penggemukan, peternak dapat menggunakan pakan alternatif atau hasil olahan. Sementara silase yang cukup panjang daya simpannya cocok digunakan untuk penggemukan dan pembibitan.

Sama halnya dalam pengemukan sapi, Suwadi menjelaskan, kualitas dan jumlah pakan akan mengoptimalisasi performa tambahan bobot harian (Average Daily Gain - ADG).
 
Di samping itu, dalam pemberian pakan juga perlu dihitung biayanya karena akan berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh peternak.
 
Mineral kompleks termasuk salah satu nutrisi yang diperlukan ternak dan bisa ditambahkan ke dalam pakan. Fungsinya untuk memperbaiki pertumbuhan ternak dalam mencapai target produksi.


Waspada Penyakit dan Cacingan

Kejadian penyakit cacingan dalam budidaya ruminansia perlu terus diwaspadai. Ajat mengulas, pemberian obat cacing tiga bulan sekali pada domba dan kambing ditujukan sebagai pencegahan rutin terhadap cacingan.
 
“Sulit untuk mencegah cacingan masuk karena itulah obat cacing diperlukan. Sebab dari pakan berupa rumput hasil aritan saja tidak dipilah,” urai dia.

Suwadi mengatakan, cacingan pada awal serangan jarang menunjukkan gejala atau perubahan pada ternak. Perubahannya hanya terlihat pada kasus yang sudah parah sehingga kadang peternak tidak menyadarinya.
 
Walaupun makan banyak, produksi daging dari ternak yang terinfeksi cacing akan rendah. Ia pun mengingatkan, penyakit cacingan kerap menyerang terutama saat musim hujan.

“Penggembalaan yang terlalu bebas memungkinkan ternak makan rumput yang tercemar kotoran atau terkontaminasi telur cacing serta cara pemeliharaan yang kurang baik akan meningkatkan risiko cacingan,” jabarnya.

Sementara itu, Amin Sutiarto, Business Development Manager Ruminant Trouw Nutrition Indonesia menyarankan peternak untuk memilih obat paling efektif dan efisien yang bersifat dual artinya dapat mengatasi eksoparasit dan endoparasit.
 
Alasannya, kalau memilih yang fungsinya satu saja biaya lebih besar dan dari sisi perawatan lebih repot. Obat endoparasit untuk mengatasi cacing, sementara eksoparasit untuk yang mengganggu di kulit seperti kutu.

Selain cacingan, Ajat melanjutkan, penyakit yang menyerang ruminansia adalah mata merah (pink eye), pneumonia, orf (dakangan, bengoran), dan skabies (kudis).
 
“Kalau penyakit yang sifatnya infeksius itu lebih banyak memakai antibiotik pengobatan, tapi perlu secara bijak. Yang penting itu pemberian obat cacing, antibakteri dan vitamin,” tandasnya.



Try Surya Anditya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain