Senin, 2 Maret 2020

Membidik Untung dari Bisnis Kurban

Membidik Untung dari Bisnis Kurban

Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Sapi dan doka gemuk peternak siap menyambut Idul Adha. Setiap tahun, bisnis ini selalu mengalami kenaikan.

Sapi dan doka gemuk peternak siap menyambut Idul Adha. Setiap tahun, bisnis ini selalu mengalami kenaikan.


Tahun lalu, Kementerian Pertanian mencatat kebutuhan hewan kurban mencapai 1.346.712 ekor. Angka ini terdiri dari 376.487 ekor sapi, 12.958 ekor kerbau, 716.089  ekor kambing, dan 241.178 ekor domba. Besaran tersebut naik 10% dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1.224.284 ekor.

Heru Wijanarko, Ketua Komunitas SapiBagus di Tapos, Depok, Jabar, mengatakan, tren penjualan sapi untuk kurban dari tahun ke tahun pasti mengalami kenaikan. Sebab, situasi ekonomi tidak menyurutkan minat konsumen. Idul Adha yang berdekatan momen tertentu seperti Pilkada, membuat permintaan akan hean kurban melonjak naik.

 
Permintaan Selalu Meningkat

Menurut Heru, kelas pasar sapi untuk kurban terbagi menjadi dua bagian. Yaitu, kelas sapi kecil yang harganya di rentang Rp20 juta/ekor dengan bobot 350 kg dan kelas premium dengan bobot di atas 500 kg yang harganya di atas Rp30 juta/ekor.
 
“Kalau ekonomi sedang turun, paling banyak sapi yang dipilih harga Rp18 juta-Rp22 juta karena masih bisa patungan Rp3 jutaan/orang. Sementara pembeli kelas premium biasanya tidak mempermasalahkan harga. Tahun lalu SapiBagus menyediakan 400 ekor,” beber Heru kepada AGRINA.

Terkait harga, lulusan IPB Bogor ini berujar, biasanya terjadi kenaikan 10% saat Idul Adha. Hal ini lantaran mengikuti mulai naiknya harga bahan baku pakan dan kesulitan mencari bakalan.
 
Namun begitu, terkadang ia tidak bisa menaikkan harga terlalu tinggi. Sebab pasar di rentang Rp20 juta masih banyak yang mencari. Ia menyiasati labanya dari subsidi harga ke sapi premium.

Hal serupa dituturkan Sarjono, peternak sapi Limosin di Desa Astomulyo, Kec. Punggur, Kab. Lampung Tengah. Dari tiga kelompok pasar, yakni pasar arisan (bobot sapi 250-300 kg dengan harga Rp15 juta-Rp20 juta), kelompok medium (bobot 500-600 kg dengan harga Rp25 juta), dan premium (bobot 700-800 kg dengan harga Rp35 juta ke atas), pasar arisan lebih stabil dari tahun ke tahun. Tahun ini, ia menyiapkan 200-300 ekor dalam menyambut Idul Adha.

Pun begitu untuk pasar doka. Yudi Guntara Noor, Ketua Umum Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) menyatakan, kebanyakan industri hilir memanfaatkan doka betina.
 
Sementara doka jantan, dipersiapkan peternak lantaran untuk kurban harganya bisa 30% lebih mahal. Dari sinilah, Yudi bersama HPDKI mencanangkan program restocking nasional untuk menjamin keberlanjutan pasokan.

Keuntungan penjualan doka sebesar 10%-15% saat Idul Adha juga diakui Heri Yusmargana, peternak doka asal Kota Metro, Lampung. Ia menandaskan, kambing kurban merupakan peluang usaha yang menjanjikan bagi peternak kecil dan menengah. Menurutnya, pertumbuhan rata-rata 10%-15% per tahun.

“Kita membiasakan jual dengan ditimbang agar lebih jujur dan pembeli mendapat harga riil berdasarkan berat kambing hidup,” ungkap Ketua HPDKI Metro, Lampung ini.


Pengadaan Bakalan

Pengadaan bakalan mengikuti prediksi kebutuhan pasar. Heru mengutarakan, bakalan sapi-sapi kecil seperti sapi Kupang, Bali, dan Ranca akan mentok bobotnya di angka 350 kg. Untuk sapi-sapi besar seperti Simental dan Limosin, ia membidik bobotnya minimal mencapai 400 kg.

Sementara Sarjono menyebut, Bakalan yang paling banyak digemukan ata 50%-60% adalah untuk pasar arisan. Jenis sapi, penampilan, warna kulit dan punuk menjadi pertimbangan dalam memilih bakalan.
 
Rata-rata sapi berusia 1,5 tahun. “Harganya Rp50ribu/kg hidup dengan berat kurang dari 300 kg, digemukan selama 5-6 bulan,” jabarnya.

Untuk bakalan doka, Heri menuturkan, peternak sudah mulai berburu sejak Februari dan Maret. Ia sendiri telah menyiapkan stok 100-150 ekor doka dengan umur 1,5-2 tahun dan akan digemukkan selama 3-4 bulan ke depan.

“Dalam mempersiapkan, saya menjalin kemitraan dengan peternak lainnya. Bakalan, pakan dan obat-obatan dari saya dan kandang serta pemeliharaan dari mitra. Nanti hasil penjualan kambing dibagi, 70% untuk pemilik bakalan dan 30% untuk yang memeliharanya,” lanjut Heri.

Purnawan Avi Nugraha, peternak kambing lainnya asal Kota Metro menambahkan, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan kurban, ia menyiapkan 70 ekor. Bakalan yang dipilih berjenis Rambon, PE, Kopli, dan Jawa Randu.

“Biasanya yang paling laris Rambon dan PE karena performanya lebih besar. Harganya berkisar Rp2 juta-Rp3 juta. Sementara kambing jenis lainnya yang lebih kecil dijual dengan harga Rp1,5 juta/ekor, namun permintaannya tidak banyak,” tutur Purnawan saat disambangi ke kandangnya.



Try Surya Anditya, Syafnijal Datuk Sinaro (Lampung)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain