Sabtu, 7 Desember 2019

Dicari, Pemuda Agribisnis Indonesia!

Dicari, Pemuda Agribisnis Indonesia!

Foto: Istimewa
Taiwan Smart Agriweek 2019, menampilkan 100 petani muda beken

Ujung tombak itu ada di tangan pemuda. Merekalah penerus estafet pembangunan bangsa.
 
Patutlah Jepang merasa terancam dengan minimnya generasi muda yang sudi terjun ke dunia pertanian.
 
Sebab, keberlanjutan pangan negeri sakura itu ada di pundak pemudi-pemuda. 
 
Tidak mengherankan jika Jerman selalu menggelar momen istimewa untuk petani muda dalam perhelatan mekanisasi pertanian nomor 1 dunia, Agritechnica.
 
Di ajang dua tahunan tersebut, kegiatan Young Farmers Day dan Young Farmers Congress tak pernah terlewatkan.
 
Ratusan pemuda-pemudi agribisnis berbagai negara, khususnya Eropa berkumpul membangun jejaring bisnis, berbagi pengalaman, menggali ilmu dari sang ahli, bahkan mencari informasi peluang kerja.  
 
Merasakan pentingnya peran generasi muda, pemerintah Taiwan pun membentuk Asosiasi Petani Muda Taiwan.
 
Di asosiasi itu mereka memperoleh tambahan ilmu, pendampingan, hingga fasilitas sarana pameran untuk mempromosikan produk pertanian yang dihasilkan.
 
Pada pameran Taiwan Smart Agriweek 2019 di Kaohsiung, Taiwan, 26-28 September misalnya, disediakan area khusus yang menampilkan 100 petani muda beken untuk menunjukkan produk-produk pertanian generasi muda Taiwan.
 
Pemuda agribisnis sukses sebenarnya juga ada di negara kita. Sebutlah Septian Jasiah Wijaya, Ketua Perhimpunan Peternak Muda Indonesia (Perpami) di Bogor, Jabar.
 
Mengawali usaha beternak kambing pada umur 17 tahun dengan meminjam duit orang tua dan beroleh profit, ia lantas beralih ternak sapi perah hingga memperoleh beasiswa Fonterra Dairy Scholarship 2016 untuk magang beternak di Selandia Baru.
 
Pemuda kelahiran 1993 ini pun makin sukses mengembangkan bisnis sapi perah dan menghasilkan produk olahan seperti susu, yoghurt, dan keju. 
 
Lalu ada Masnawati, petani kakao di Luwu Timur, Sulsel. Perempuan kelahiran 1994 ini lulus kuliah berkat jualan bibit kakao. Dengan omzet penjualan kakao minimal Rp100 juta per semester dan keuntungan 80%, Masna bisa mengantongi margin Rp20 juta setiap bulan. 
 
Kesuksesan Rizky Darmawan, petambak udang di Surabaya, Jatim dan Ketua Petambak Muda Indonesia (PMI) juga tak kalah menggiurkan.
 
Dari mengelola 27 tambak udang di Sumbawa, pria kelahiran 1991 ini berhasil menambah menjadi 50 kolam dan sedang mempersiapkan 10 kolam lagi.
 
Kilau sukses mereka seolah tertutup dari pandangan dunia sehingga belum mampu mengangkat minat generasi muda bekerja di bidang agribisnis. 
 
Geliat generasi muda Indonesia semakin terasa lewat kehadiran perusahaan startup (perintis) agribisnis yang pendirinya didominasi kaum milenial.
 
Sesuai karakter milenial yang senang bekerja cepat, mengharapkan hasil instan, penuh terobosan, dan bisa bekerja dari mana saja, startup menawarkan kemudahan bekerja melalui aplikasi teknologi tanpa harus hadir di lokasi.
 
JALA misalnya, startup perikanan yang menawarkan jasa data penunjang keberhasilan budidaya udang, seperti manajemen budidaya, kualitas air dan pakan hingga pengelolaan data keuangan.
 
Adalah Liris Maduningtyas, perempuan kelahiran 1992 yang mendirikan JALA bersama rekannya kini telah membantu 850 mitra petambak Indonesia, Vietnam, dan Thailand dengan 2.500 kolam.
 
Pemerintah wajib merangkul dan membina para milenial itu demi keberlanjutan agribisnis Indonesia.
 
Generasi muda yang terkenal bertindak super cepat dan menerabas batas namun kaya inovasi butuh arahan dan fasilitas agar bisa menghasilkan jutaan kreasi.
 
Kumpulkan para milenial agribisnis dalam satu wadah kelembagaan nasional, pertemukan dengan para ahli di setiap rantai nilai agribisnis, serta berikan kesempatan tampil di pasar lokal dan internasional melalui ajang pameran dan temu bisnis. 
 
Dukungan itu akan membantu mereka menyerap berbagai informasi dan pengetahuan baru juga memperluas jejaring pemasaran.
 
Kemudian, tumbuhkan dan binalah pula minimal satu pemuda agribisnis sukses di setiap daerah.
 
Keberadaan mereka di tengah komunitasnya akan menarik antusiasme generasi milenial sekitarnya menjadi pengusaha agribisnis layaknya semut menarik gula.
 
Dengan demikian, keberlanjutan agribisnis di Tanah Air tidak akan lagi menjadi persoalan.
 
  
Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain