Foto: Sabrina Yuniawati
Kiri ke kanan, Franciscus Welirang, Achmad Dawami, I Ketut, Yudianto Yogiarso
Menurut Achmat Dawami, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), jumlah penduduk dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Maka protein hewani juga perlu ditingkatkan dan tidak tergantikan.
Hal ini, tentu perlu adanya teknologi dan industri untuk mendukung. Sehingga, perunggasan Indonesia harus diubah, pasalnya perkembangan teknologi semakin maju.
“Saya pernah mengatakan peternakan tidak bisa lagi sebagai media farm, ini harus mulai ke arah industri. Dan industri harus diikuti dengan teknologi,” tegasnya saat acara yang diselenggarakan PATAKA dengan tema “Perintisan Industri Pengolahan Telur”, Kamis (17/10).
Yudianto Yogiarsom, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) menyatakan, Pinsar memang sudah memiliki progres adanya industrialisasi. Kebutuhan yang meningkat terhadap protein tentu perlu adanya penguatan kerja sama antara peternak rakyat dengan industri.
Pasalnya, kedua hal tersebut masih belum menemukan titik temu atau kekompakan.“Ini butuh proses, pertemuan antara integrator, layer, broiler, semua dinas terkait memberikan edukasi dan mendorong percepatan agar semuanya dapat klop,” jelasnya.
I Ketut Diarmita, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan menyampaikan, produksi telur ayam terus meningkat setiap tahunnnya, akan tetapi sejalan juga dengan meningkatnya impor tepung telur. Pada 2018 sekitar 1432 ton, sedangkan 2019 sekitar 2750 ton.
Membangun industri atau pabrik tepung telur tentu akan berdampak baik pada harga telur peternak. “Peluang ini harus ditangkap agar dapat menekan impor. Tentu sangat bermanfaat bagi peternak agar harga telur tidak jatuh,” katanya.
Franciscus Welirang, Komite Ketahanan Pangan, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) menyampaikan, perlu adanya peralatan yang memadai untuk dapat mendorong industri tepung telur. Hal ini, tentu akan menumbuhkan pengusaha di Indonesia. “Ini merupakan satu proses yang perlu dipikirkan secara matang,” ungkapnya.
Sabrina Y.
Editor: WIndi Listianingsih