Foto: Peni Sari Palupi
Musim hujan tertunda, persiapkan tanam secara matang
Mundurnya jadwal hujan membuat petani harus lebih teliti lagi dalam menyiapkan musim tanam berikutnya.
Persiapan tanam mesti direncanakan secara matang agar petani tidak mengulang penanaman atau bahkan mengalami kegagalan.
Crop Manager FMC Agricultural Manufacturing, Iman Segara mengungkapkan, musim rendeng (musim tanam pertama) menjadi sangat penting bagi petani karena diharapkan produksinya melimpah.
“Petani baru mulai menerima pemasukan setelah waktu tanam 120 hari. Kesuksesan musim tanam pertama ini merupakan modal untuk melanjutkan musim tanam berikutnya. Oleh sebab itu, kesuksesan musim rendeng ini bukan hanya menjadi pertaruhan bagi petani, tapi juga stakeholder terkait lainnya,” ujar Iman kepada AGRINA (22/8).
Setiap tahun itu tantangan semakin sulit. “Mungkin lima tahun terakhir waktu tanam bergeser. Petani jangan sampai mengalami kegagalan semisal tanam ulang atau pertumbuhan tidak bagus, terutama bagi yang airnya bergiliran. Itu akan jadi sasaran empuk hama,” katanya.
Persiapkan Mulai dari Vegetatif
Iman menuturkan, keberhasilan pada masa vegetatif tidak hanya mempengaruhi musim tanam pertama, namun juga jadwal tanam berikutnya.
Tanam Oktober – Maret, sudah ibarat tabungan untuk penanaman periode April – September.
FMC, imbuh Iman, berperan dalam membantu petani di seluruh musim, bukan satu momen saja.
Untuk mengamankan produksi, lanjut Iman, petani jangan sampai lalai pada masa vegetatif.
Sebab, tanaman yang masih kecil belum tentu aman.
Pasalnya, serangan OPT seperti penggerek batang berpotensi ada di dalam batang padi meskipun tanaman masih kecil.
Populasi penggerek yang sudah telanjur banyak di fase akhir vegetatif membuat pengaplikasian pestisida menjadi tidak efektif.
Menurut dia, serangan larva penggerek biasanya mulai terjadi pada fase vegetatif menyasar titik tumbuh tanaman.
Untuk melindungi tanaman padi dari ancaman ini, ia menyarankan memilih insektisida yang bisa memberikan perlindungan dengan durasi panjang. Sebab, penggerek dapat menyerang di semua stadia pertumbuhan padi.
Ia mencontohkan, pemanfaatan insektisida seperti Ferterra dapat melindungi padi dari serangan penggerek batang seawal mungkin.
Aplikasinya cukup dua kali dalam satu musim.
Pertama pada 7-10 hari setelah tanam (HST) untuk mengendalikan sundep. Aplikasi berikutnya pada umur 35-45 HST supaya tidak mematikan malai.
“Penggunaannya bisa dicampur dengan pupuk. Jadi kita berikan di awal supaya pada pembibitan tidak perlu diapa-apakan lagi,” bebernya.
Sementara untuk wereng batang coklat (WBC), Iman mengungkapkan, hama ini tetap patut dicegat.
Hal itu lantaran WBC merupakan vektor virus kerdil yang menyerang tanaman padi dan bertahan pada jaringan tanaman yang masih hidup.
“Petani jangan terpikirkan untuk menunda pengamanan. Sebab, ada aplikasi insektisida yang justru baru kelihatan hasilnya saat masa pemasakan. Fase vegetatif menentukan performa tanaman di stadia generatif dan pemasakan,” simpul Iman.
Pentingnya masa awal tanam, diamini Maftukin, petani padi asal Desa Pangean, Kec. Maduran, Lamongan, Jawa Timur. Menurutnya, hal pertama yang paling penting adalah menentukan jadwal tanam.
Terlebih, imbuh petani yang mampu berproduksi rata-rata 9-10 ton GKP/ha ini, untuk daerah-daerah yang airnya bersumber dari irigasi teknis murni.
Setelah menentukan jadwal tanam, biasanya Maftukin mempersiapkan olah lahan dan pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Petani biasanya mengandalkan herbisida untuk perihal ini. Sebab, pemanfaaan herbisida dinilai mampu menekan gulma sedari dini.
Hal senada juga diungkapkan Daiman Nurhadi, petani padi dari Desa Gembongan, Kec. Banyusari, Kab. Karawang, Jawa Barat. Haji Enda, sapaan akrabnya, meyakini, pemanfaatan herbisida bisa memutus siklus serangan hama.
“Sebisa mungkin tunggak sehabis panen dipangkas dan diberi herbisida. Hama seperti wereng, sundep, dan beluk, media makannya kita hilangkan,” sarannya.
Tanah Sehat, Tanaman Kuat
Pengendalian gulma erat hubungannya dengan pengolahan tanah. Menurut H. Enda, seusai gulma dikendalikan, selanjutnya lahan dikeringkan.
Setelah kering, baru diberikan air dan kapur tanaman dibarengi dengan pupuk organik. Tujuannya tentu untuk kesuburan tanah.
Kemudian setelah itu, tanah disingkal atau dibolak-balikkan agar nutrisi yang tadi diberikan masuk ke dalam tanah.
Selanjutnya, tanah diratakan supaya tidak ada air yang tergenang. “Kalau ada cekungan nanti ada keongnya,” ulas dia.
Vitalnya kesehatan tanah sebelum tanam juga ditekankan oleh Darmawan Susilo. Marketing Communication FMC ini menjabarkan, kebanyakan masalah kesuburan tanah di Indonesia adalah kekurangan bahan organik.
Untuk itu, tanah perlu disehatkan dengan penambahan unsur hara mikro dan bahan organik. Sebagai upaya mengembalikan kesehatan tanah, ujar Darmawan, petani bisa mengandalkan Micro Ferti Magnet (Magnet).
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 303 yang terbit September 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/