Rabu, 7 Agustus 2019

Kendalikan Vektor, Tingkatkan Antibodi

Kendalikan Vektor, Tingkatkan Antibodi

Foto: Windi Listianingsih
Kendalikan vektor virus dan tingkatkan imunitas cabai sejak dini

Petani harus mengendalikan vektor penyakit dan meningkatkan imunitas si pedas sedini mungkin. 
 
Musim kemarau tengah berjalan, musim hujan siap menanti. Hama dan penyakit pun silih-berganti menyerang cabai. Selain penyakit antraknosa dan bercak daun, petani perlu mewaspadai hama pembawa virus bule dan ulat bor penyebab gagal panen.    
 
 
Hama Diikuti Penyakit
 
Menurut Hadi Suparno, Development & Registration Manager PT Royal Agro Indonesia, pertanaman cabai di musim hujan lebih banyak diganggu penyakit, terutama antraknosa dan Cercospora capsici (bercak daun).
 
“Tidak terlalu banyak penyakit di awal (musim hujan) karena butuh kondisi lembap. Nanti di atas 30-40 hari, kanopi sudah mulai menutup itu sudah mulai masalah,” urai Hadi.
 
Meski begitu, kontinuitas serangan hama kutu daun (aphid), kutu kebul (Bemisia tabaci), thrips, ataupun ulat grayak (Spodoptera litura) selalu ada, khususnya pada awal musim hujan.
 
Agus Suryanto, Senior Crop Manager FMC mengatakan, cabai di musim kemarau lebih banyak menghadapi serangan hama dan musim hujan lebih menguat penyakit. “Jelang musim hujan tetap waspadai layu fusarium dan antraknosa,” imbuhnya.
 
Cabai dataran tinggi didominasi layu fusarium dan antraknosa. Sementara, di dataran rendah banyak ditemui virus gemini atau bule dan thrips. 
 
Menurut Agus, cara mengoptimalkan produksi cabai dengan menjaga kesuburan dan melindungi tanaman. Sebab itu, utamakan mencegah kehadiran hama penyakit. “Kendalikan vektornya dan tingkatkan antibodi seawal mungkin dari persemaian,” sarannya. 
 
Jika hama tidak dikendalikan sejak awal, daun mengkerut sehingga tanaman tidak berkembang optimal. Virus juga gampang menular karena ada vektor.
 
“Harus dikendalikan sejak awal terutama thrips, aphids, supaya daun lebih sehat. Yang bisa kita lakukan, mengendalikan vektornya baik kutu daun maupun aphids. Dengan mengendalikan serangga vektornya, kita bisa mengendalikan virus,” ucap Hadi. 
 
Selain antraknosa, Helicoverpa armigera alias ulat bor atau ulat buah juga menyerang buah cabai. Helicoverpa jadi masalah besar karena meletakkan telurnya di bunga, lalu larvanya masuk ke buah. “Dia makan dari dalam buah jadi insektisida susah masuk,” ulasnya. 
 
Serangan umumnya di dataran rendah, terutama Brebes, Cirebon, Tegal, Jateng. Serangan normal sekitar 10% dan serangan tinggi bisa di atas 50%. Gejala serangan berupa buah bolong.
 
“Biasanya agak bolong meski kecil. Masih kecil, pentil juga diserang,” jelas Hadi yang menyebut cabai terserang ulat bor hanya bisa dibuang. 
 
 
Mengendalikan Hama
 
Hadi memaparkan, mengendalikan hama wajib dilakukan sejak dini. Saat umur dua minggu atau daun mulai tumbuh, antisipasi hama dengan insektisida.
 
Dia menawarkan aplikasi Galil® 300 SC. Mengandung imidakloprid 250 g/l dan bifenthrin 50 g/l, Galil sangat efektif mengendalikan kutu kebul, kutu daun, ulat grayak, dan ulat buah. 
 
Imidakloprid merupakan insektisida bersifat sistemik untuk thrips dan aphid yang banyak menyerang bunga. Sedangkan, bifenthrin yang bersifat kontak untuk mengatasi ulat bor dan ulat grayak. Spektrumnya luas dan mengandung efek fitotonik sehingga tanaman lebih subur, hijau, dan meningkatkan hasil panen. 
 
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 302 yang terbit Agustus 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain