Foto: Windi Listianingsih
Budidaya dengan closed house lebih efisien
Dengan memanfaatkan closed house (kandang tertutup), peternak tidak perlu khawatir akan pelarangan AGP. Produktivitas tetap optimal.
Di tengah kemajuan teknologi dan kesadaran masyarakat akan konsumsi protein hewani yang sehat, sektor peternakan terutama perunggasan dituntut untuk lebih efisien.
Dalam hal produksi, peternak yang sebelumnya mengandalkan kandang terbuka (open house) mulai memodernisasi kandangnya menjadi tertutup (closed house). Tentu saja kapasitas produksi jadi lebih tinggi.
Head of Kemitraan Poultry PT Indojaya Agrinusa Medan area, Taopik, mengutarakan, kapasitas yang tadinya 8 ekor/m2 di kandang konvensional, bisa dua kali lipat menjadi 16 ekor/m2 dengan memanfaatkan closed house.
Closed house dengan sistem otomatis malahan bisa mencapai kepadatan 20 ekor/m2. “Peningkatan populasi tidak lagi dengan penambahan area tapi intensifikasi kapasitas produksi,” ujarnya baru-baru ini kepada AGRINA.
Bobot dan Efisiensi Pakan Lebih Baik
Taopik mengungkap, pelarangan penggunaan antibiotik ke dalam pakan sebagai growth promoter (AGP), tidak berlaku signifikan terhadap ayam yang dibudidayakan dengan closed house.
Selain sanitasi, biosekuriti, dan manajemen pemeliharaan yang baik, penggunaan kandang tertutup dinilai meminimalkan tantangan di lingkungan kandang.
Namun yang menjadi kendala, imbuh dia, adalah masalah pembiayaan. “Investasi automatic closed house itu sekitar Rp100 ribu - Rp110 ribu/ekor. Kalau mau pelihara 1 juta ekor, berarti butuh Rp100 miliar per unit,” ulas Taopik.
Sementara itu, ditemui di tempat terpisah, Head of Technology and Nutrition JAPFA, Ferry Poernama mengatakan, ayam yang dipelihara di closed house akan menghasilkan bobot 200 gram lebih berat dalam 35 hari ketimbang di kandang terbuka atau konvensional.
Selain bobot daging yang lebih bagus, pemberian pakan pun lebih efisien. Hal ini terjadi lantaran suhu dan kecepatan angin lebih stabil sehingga ayam tidak banyak mengeluarkan kalori.
Berbeda dengan kandang terbuka, ayam cenderung makan banyak tetapi potensi tidak jadi daging lebih besar akibat panas.
“Performa bila dibandingkan kandang terbuka bisa lebih baik 200 gram/ekor. Pakan lebih hemat 80 gram untuk setiap kg berat badan. Dengan lingkungan yang nyaman, daya tahan tubuh ayam akan lebih baik,” ulas Ferry.
Untuk nilai investasi, ia mengakui, closed house memang lebih mahal di awal daripada kandang terbuka. Untuk seekor ayam biayanya berkisar Rp65 ribu- Rp85 ribu. Sementara di kandang terbuka, berkisar Rp25 ribu - Rp45 ribu/ekor.
Namun mahalnya biaya investasi, imbuh Ferry, akan setimpal dengan bobot, konversi pakan (feed conversion ratio-FCR), dan mortalitas ayam yang lebih baik.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 300 yang terbit Juni 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/