Selasa, 7 Mei 2019

Perkembangan Sistem Agribisnis 4.0, Tulisan kedua dari dua tulisan

Perkembangan Sistem Agribisnis 4.0, Tulisan kedua dari dua tulisan

Foto: Peni Sari Palupi
Revolusi Industri 1.0 menjadi Industri 4.0 pada dasarnya adalah perubahan dalam metode (teknologi) produksi barang dan jasa,

Tulisan kedua dari dua tulisan
 
“Revolusi Industri 1.0 menjadi Industri 4.0 pada dasarnya adalah perubahan dalam metode (teknologi) produksi barang dan jasa,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
 
 
Perubahan apa yang dimaksud?
 
Perubahan dari penggunaan otot manusia ke tenaga hewan kemudian mekanisasi, perubahan dari hanya penggunaan kemampuan berpikir manusia ke kepintaran buatan, dan perubahan dari metode produksi parsial ke terintegrasi.
 
Lalu perubahan dari metode produksi akurasi rendah ke akurasi tinggi. Perubahan ini sudah diperkenalkan sebagai paradigma baru pertanian saat saya menjabat Menteri Pertanian.
 
Kala itu diperkenalkan paradigma masa depan pembangunan pertanian yakni "Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis yang Berdayasaing, Berkerakyatan, Berkelanjutan dan Terdesentralisasi". 
 
Ruang lingkup Sistem Agribisnis waktu itu mencakup empat subsistem. Pertama, Subsistem Agribisnis Hulu, yakni industri pembibitan, agrokimia, dan agro-otomotif; 
 
Kedua, Subsistem Agribisnis Usahatani, yakni pertanian pangan, hortikultura, biofarmaka, perkebunan, peternakan, dan perikanan; Ketiga, Subsistem Agribisnis Hilir  seperti industri pengolahan makanan, biofuel, minyak atsiri, oleokimia dan biomaterial, serat alam, farmasi dan kesehatan. 
 
Dan keempat, Subsistem Penyedia Jasa seperti transportasi, R&D, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, pelabuhan, kebijakan pemerintah, dan lembaga keuangan. Keempat subsistem agribisnis tersebut merupakan pendekatan total sistem yang saling terintegrasi dan bersinergi.
 
 
Bagaimana perkembangannya hingga Sistem Agribisnis 4.0? 
 
Jika kita lihat sejarah perkembangan dari pertanian 0.0 sampai Pertanian/Industri/Jasa/Komunitas 4.0, evolusi perekonomian dunia bahkan peradaban manusia dimulai dari pertanian. Perkembangan pertanian kemudian menarik berkembangnya industri hulu pertanian, industri hilir pertanian, dan  penyedia jasa agribisnis. 
 
Setidaknya sampai era Pertanian/Industri/Jasa/Komunitas 2.0, perkembangan yang dominan sangat terkait dengan pertanian, industri hulu pertanian, industri hilir pertanian, jasa-jasa pertanian.
 
Setelah era Pertanian/Industri/Jasa/Komunitas 3.0, terjadi perkembangan industri dan jasa sangat cepat di berbagai negara yang sekarang kita sebut negara maju.
 
Industri dan jasa yang mengalami perkembangan pesat tersebut tidak lagi terkait dengan pertanian. Namun industri dan jasa terkait pertanian juga masih tetap berkembang.
 
Setidaknya untuk Indonesia, jika kita membicarakan Industri 4.0, Pertanian 4.0, Jasa 4.0 dan Komunitas 4.0 sangat erat kaitannya dengan sistem agribisnis yang merupakan sebuah "rumah" dari sektor-sektor tersebut. Dalam sistem agribisnis, seluruh sektor tersebut dapat diintegrasikan disebut Sistem Agribisnis 4.0.
 
Tantangannya adalah bagaimana memanfaatkan Sistem Agribisnis 4.0 dalam agribisnis di Indonesia dengan segala variasi perkembangan dan spesifikasi daerah.
 
Untuk menjadikan Sistem Agribisnis 4.0 sebagai solusi, maka diperlukan pengorganisasian usahatani sehamparan yang terintegrasi dengan agribisnis hulu, agribisnis hilir, maupun dengan jasa-jasa pendukung lainnya sehingga dapat memenuhi asas economic of scale dan economic of scope. 
 
Dalam konteks paradigma pembangunan sistem dan usaha agribisnis, pengorganisasian usaha-usaha agribisnis sehamparan dapat kita sebut sebagai sistem usaha agribisnis berkerakyatan dan terdesentralisasi. Dalam Permentan 18/2018 pengorganisasian tersebut dilakukan dalam bentuk kawasan pertanian berbasis korporasi petani. 
 
Pengorganisasian sehamparan tersebut merupakan entry point yang penting dalam pemanfaatan Teknologi 4.0 atau Sistem Agribisnis 4.0 yang sesuai dengan karakteristik agribisnis daerah.
 
Dengan pengorganisasian sehamparan itu juga akan teridentifikasi stages of development agribisnis di setiap daerah, apakah sudah pada level Sistem Agribisnis 4.0, ataukah masih Agribisnis 3.0, atau 2.0 ataukah masih 1.0. Sehingga dapat dibuat roadmap pengembangannya ke depan memanfaatkan Sistem Agribisnis 4.0.
 
 
Untung Jaya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain