Foto: Istimewa
Ikan yang memiliki omega 3 paling tinggi adalah ikan kembung 28% omega 3-nya, bandeng 27%, sedangkan salmon hanya sekitar 22% saja
Udang masih menjadi primadona ekspor perikanan. Dalam tiga tahun ke depan, Indonesia mencanangkan nilai ekspor udang sebesar US$1 miliar.
Dengan wilayah yang 70% berupa laut, Indonesia kaya akan sumber daya perikanan. Machmud, Direktur Pemasaran, Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, KKP menyatakan, potensi ikan dalam negeri sangat luar biasa.
Program Menteri KKP Susi Pudjiastuti membangun Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT). Program tersebut ada di wilayah perbatasan, yaitu Sabang, Natuna, Sebatik, Morotai, Sumba Timur, Timika, dan Merauke yang belum tersentuh sama sekali dalam penangkapan ikan lokal.
Pada 2014, lanjutnya, Menteri Susi memantau ke Sangihe banyak nelayan Filipina yang menangkap ikan tuna sirip kuning. Padahal ikan tersebut banyak diekspor oleh Indonesia dengan harga cukup lumayan mahal. Ikan yang masih segar seharga US$10/kg lebih, sedangkan beku US$4-6/kg.
“Orang asli Sangihe ahli memancing, ombak besar makin senang, tetapi Sumber Daya Manusianya masih minim. Padahal potensi tuna luar biasa, apalagi sumber pangan akan beralih ke laut karena ikan kita banyak, sebagai sumber protein,” katanya saat acara AGRINA Agribusiness Outlook 2019 di Jakarta (11/04).
Menurut Machmud, Indonesia masih impor ikan salmon dari Norwegia sebagai imbal beli dengan sawit Dalam perjanjian hanya untuk hotel atau restoran saja. Tetapi yang terjadi permintaan salmon semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena promosi yang menarik salmon mengandung omega 3 paling tinggi sehingga tanpa disadari atau tidak permintaan meningkat.
Padahal, ikan yang memiliki omega 3 paling tinggi adalah ikan kembung 28% omega 3-nya, bandeng 27%, sedangkan salmon hanya sekitar 22% saja. Masyarakat jangan terlalu bangga dengan harga yang mahal tapi omega 3 dalam kandungan salmon lebih rendah dibandingkan ikan lokal. “KKP menggemborkan gemar makan ikan lokal. Sehingga impor tersebut dapat ditekan. Semoga tahun depan ikan yang sudah banyak ini menjadi sumber protein kita. Selain itu juga akan ada rumput laut,” jelasnya pasti.
Potensi Ekspor
Indonesia masih memiliki peluang ekspor ke pasar baru, yaitu Afrika. Nilai ekspor Indonesia meningkat ke Afrika dari 1.000 ton, sekarang menjadi 2.600 ton selama dua bulan. Rata-rata penduduk Afrika masih muda berusia 23 tahun, masih ada peluang ekspor ke daerah tersebut.
Sementara kondisi penduduk Uni Eropa berusia 47-48 tahun begitu juga dengan Jepang. Selama ini kita bertumpu ke pasar Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. “Konsumsi ikan di Jepang turun. Semakin tua konsumsi semakin sedikit,” katanya.
Potensi ekspor lainnya ada di Uni Emirat Arab untuk patin dengan nilai US$13 juta. Rencana tersebut untuk kebutuhan haji dan umroh. Konsumsi ikan lebih tinggi bisa mencapai 5 kali dibandingkan komoditas lainnya seperti telur 4 kali, daging ayam 3 kali, sapi 2 kali dalam seminggu. Peluang ekspor bisa mencapai 400 ton lebih.
Ekspor perikanan nasional pada 2018 mencapai US$4,86 miliar atau setara Rp69,37 triliun. Potensi produksi ikan nasional meningkat tajam mulai dari 6,4 juta ton pada 2001, pada 2015-2016 mencapai 12,54 juta ton. Ini sangat menggiurkan bagi negara lain, Indonesia memiliki banyak ikan khususnya daerah timur.
Sementara konsumsi ikan segar pada 2018 mencapai 50,69 kg/kapita/tahun. Karena itu jargon gemar makan ikan terus digaungkan.
Udang
Tidak hanya ikan saja yang akan diekspor, udang juga masih menjadi andalan ekspor. Udang berasal dari budidaya dan tangkapan. Nilai ekspor udang selalu mengalami peningkatan pada 2016 perikanan budidaya US$1,125 juta, perikanan tangkap US$318,05 juta. Pada 2017 perikanan budidaya US$1,226 juta, perikanan tangkap US$372,87 juta. Pada 2018 per November perikanan budidaya US$1,194 juta, perikanan tangkap US$435,65 juta.
Sedangkan, volume ekspor udang lanjut Machmud, pada 2016 perikanan budidaya 120, 54 ribu ton, perikanan tangkap 38,30 ribu ton. Pada 2017 perikanan budidaya 125,17 ribu ton, perikanan tangkap 40,20 ribu ton. Pada 2018 per November 134,99 ribu ton, perikanan tangkap 48,99 ribu ton. Komposisi bahan baku ekspor udang yang berasal dari perikanan budidaya dibandingkan dengan hasil tangkap rata-rata sebesar 66%.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 299 yang terbit Mei 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/