Selasa, 30 April 2019

Indonesia Kini Memiliki Hathcery Ikan Laut Modern

Indonesia Kini Memiliki Hathcery Ikan Laut Modern

Foto: Istimewa
Hatchery yang berada dalam lingkup BPBL Ambon ini telah menerapkan teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS)

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) – Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meresmikan hatchery (pembenihan) ikan laut modern yang terbesar kapasitas produksinya di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Selasa (30/4).

 

Beroperasinya hatchery ini,ungkap Slamet, kebutuhan benih ikan laut seperti bubara, kakap putih, kerapu macan, dan kerapu bebek bagi pembudidaya ikan, khususnya di kawasan timur Indonesia semakin terpenuhi. Jangkauannya juga makin luas hingga ke Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, Papua, dan Papua Barat.

 

“Pembangunan hatchery ini merupakan implementasi dari amanat Menteri Kelautan dan Perikanan, agar kita memiliki balai perikanan budidaya laut yang modern dan sebagai pintu gerbang inovasi teknologi perikanan budidaya laut di Indonesia Timur. Ini akan menjadi kebanggaan Indonesia,” terangnya.

 

Hatchery yang berada dalam lingkup BPBL Ambon ini telah menerapkan teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS) seperti di negara-negara maju, khususnya pada fase pendederan dan penggelondongan benih. Keunggulan teknologi RAS berupa padat tebar ikan bisa ditingkatkan 5 kali lipat dengan wadah yang sama.

 

Kualitas air mudah dikontrol dan lebih stabil. Selain itu, pergantian air jauh lebih sedikit, sekitar 10% volume air per hari. Sehingga, lebih efisien daripada teknologi biasa (flow through) yang membutuhkan pergantian air hingga 300% agar ikan hidup dengan baik.

 

Hatchery ini bertujuan menciptakan industri budidaya atau pembenihan yang berkelanjutan sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya serta ramah lingkungan. Oleh karena itu juga perlu diterapkan mekanisasi dan digitalisasi,” lanjutnya.

 

Slamet menjelaskan, penerapan teknologi RAS sudah sangat tepat. Mengutip FAO, ada tiga kendala yang dihadapi perikanan budidaya ke depan, yakni sempitnya lahan akibat alih fungsi, krisis air, dan tantangan meningkatkan produktivitas seiring meningkatnya penduduk dunia yang menuntut kebutuhan pangan.

 

“Jawabannya adalah penerapan teknologi RAS dan ini sudah sangat tepat” tegas Slamet. Penerapan teknologi RAS juga sudah diterapkan UPT DJPB lainnya, termasuk balai perikanan budidaya air tawar di Sukabumi, Mandiangin Kalimantan Selatan dan Tatelu Sulawesi Utara.

 

Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain