Minggu, 7 April 2019

Perkembangan Sistem Agribisnis 4.0

Tulisan pertama dari dua tulisan
 
“Dalam Sistem Agribinis 4.0 kita harus menempatkannya sebagai metodologi produksi baru, yang potensial menghadirkan solusi lebih efektif dan efisien dalam peningkatan produktivitas, nilai tambah, polusi rendah, dan delivery produk secara tepat yang akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
 
 
Bagaimana sejarah perkembangan pertanian?
 
Pada awal peradaban manusia, dimulai dari pertanian berburu, pertanian berpindah sampai awal pertanian menetap dengan penggunaan tenaga kerja ternak dalam pertanian (Pertanian 0.0).
 
Pada titik nol era pertanian tersebut, industri juga belum mengalami perkembangan (Industri 0.0), demikian juga dengan sektor jasa yang belum berkembang (Service 0.0).
 
Sehingga masyarakat yang ada pada saat itu umumnya transisi dari masyarakat nomaden (berpindah-pindah) ke masyarakat agraris (Community 0.0).
 
Revolusi industri pertama yang berlangsung sekitar 1760 – 1820 di Inggris dan Amerika Utara, ditandai dengan ditemukannya teknologi tenaga air, teknologi uap, mesin uap, saluran air, dan mulai berkembang mekanisasi dan pabrik pemintalan benang (Industri 1.0).
 
Mekanisasi pertanian, baik mengolah lahan maupun mengolah hasil mulai muncul pada zaman ini (Pertanian 1.0). Masyarakat waktu itu masih didominasi peradaban agraris (Community 1.0).
 
Perkembangan era berikutnya yang berlangsung antara 1870 – 1950  dengan penemuan teknologi listrik, minyak, baja, telepon, bola lampu listrik, dan combustion engine. Penemuan ini melahirkan pabrik-pabrik dengan produksi massal dalam pengolahan hasil pertanian (Industri 2.0). 
 
Mekanisasi pertanian  makin berkembang dan intensifikasi pertanian mulai berkembang. Revolusi hijau di Amerika Serikat dan Meksiko (Pertanian 2.0) terjadi pada era ini yang dimotori oleh penerapan teknologi biologi, kimia, fisika dan rekayasa kelembagaan di bidang pertanian. Kegiatan jasa terkait pertanian dan industri juga berkembang dengan cepat (Service 2.0). 
 
Pembagian kerja antara tenaga kerja industri dan pertanian sudah mulai terjadi di masyarakat yang merupakan perpaduan antara masyarakat industri-perkotaan dan pertanian-pedesaan (Community 2.0).
 
 
Bagaimana selanjutnya?
 
Selanjutnya era Industri 3.0 yang mempengaruhi pertanian (Pertanian 3.0) dan jasa (Service 3.0) terjadi mulai 1980-an hingga awal 2000-an.
 
Era ini ditandai dengan kehadiran teknologi komputer, komunikasi dan otomatisasi/mekanisasi yang dapat diaplikasikan pada berbagai sektor, yaitu industri, pertanian maupun jasa-jasa secara global termasuk juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat umum. 
 
Dalam bidang pertanian, wujud revolusi tahap ketiga ini dikenal dengan Guidance Systems and Precision Farming.
 
Perpaduan teknologi komputer, telekomunikasi, dan otomatisasi/mekanisasi turut membentuk dan memfasilitasi pergerakan masyarakat secara global (Community 3.0) yang kita kenal dengan globalisasi seperti yang kita nikmati saat ini.
 
Revolusi industri yang sedang kita masuki saat ini disebut Revolusi Industri tahap keempat (Industri 4.0) yang pertama kali diidentifikasi dan dipopulerkan oleh Prof. Klaus Schwab (The Fourth Industrial Revolution) pada 2015.
 
Era baru ini juga dikenal dengan era Cyber-Physical System ditandai dengan kehadiran robotic, artificial intelligent, big data, nanotechnology, biotechnology, internet of things (human to human, human to machine, machine to machine), fifth generation wireless technology (5G), additive manufacturing/3D printing, decentralize consensus, dan fully autonomous vehicle. 
 
Teknologi cyber-physical system tersebut diaplikasikan pada semua sektor kehidupan, baik sektor jasa (Jasa 4.0) dan kehidupan masyarakat (Community 4.0). Dalam sektor pertanian terwujud antara lain dalam bentuk digitalisasi pertanian (Pertanian 4.0).
 
 
Untung Jaya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain