Foto: Try Surya Anditya
Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita berujar akan berkoordinasi bersama semua pemangku kepentingan untuk menyelesaikan permasalahan unggas
Dalam kurun waktu tujuh bulan terakhir sektor perunggasan nasional mengalami tantangan yang cukup pelik. Terutama terkait harga live bird (ayam hidup) di tingkat peternak rakyat dan peternak mandiri (PRPM) yang terus turun sejak Agustus 2018. Ketua PRPM, Sugeng Wahyudi, mengungkapkan, harga ayam hidup di tingkat peternak rakyat dan peternakan mandiri saat ini paling rendah menyentuh Rp12.000/kg. Masih jauh dari harga pokok produksi yang mencapai Rp19.500/kg.
“Penyebabnya bisa dari berbagai sisi. Biaya sarana produksi (DOC dan pakan) naik dan over supply produksi broiler tidak diikuti dengan demand,” ulasnya saat Rapat Koordinasi yang diikuti para peternak dan industri perunggasan beserta pemerintah di Kementerian Pertanian, Selasa (26/3).
Dalam tuntutan jangka pendeknya, PRPM meminta harga ayam hidup dengan bobot di atas 1,6 kg menjadi Rp20.000, sesuai dengan Permendag No. 96/2019, berlaku paling lambat April 2019. Kemudian harga DOC menjadi Rp5.500/ekor dan harga pakan turun Rp500/kg. Peternak pun meminta kepastian supply DOC sesuai kebutuhan rutin.
Sementara itu, Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita berujar akan berkoordinasi bersama semua pemangku kepentingan untuk menyelesaikan permasalahan unggas ini. Dalam rapat ini, PRPM juga meminta agar pangsa pasar becek hanya untuk peternak rakyat dan peternakan mandiri. Sedangkan perusahaan perunggasan berpopulasi besar wajib memasarkan ke pasar modern dan horeka.
Try Surya Anditya
Editor: Windi Listianingsih