Selasa, 5 Maret 2019

Pratanam Tepat, Hasil Meningkat

Pratanam Tepat, Hasil Meningkat

Foto: try surya anditya
DENGAN persiapan tanam jagung yang baik, hasil akan mengikuti

Petani tidak bisa mengubah harga jagung yang tercipta di pasar. Namun masih bisa mendongkrak pendapatannya melalui peningkatan hasil panen.
 
 
 
Dengan adanya kenaikan produktivitas, petani akan tetap bisa meraup keuntungan. Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitseral) Maros, Sulawesi Selatan, Balitbang Kementan, Muhammad Azrai mengungkapkan, dalam meningkatkan produktivitas, banyak hal yang perlu diperhatikan. Mulai dari pemilihan varietas, perlakuan benih (seed treatment), hingga perlindungan tanaman dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
 
 
“Pilih varietas yang secara genetik toleran terhadap serangan, jangan lupa dikombinasikan dengan seed treatment. Tanpa diawali keduanya, tidak akan ada artinya,” ulas Azrai di sela-sela acara ISSAAS (International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences) di Bogor, Rabu (6/2).
 
 
 
Perlakuan Benih
Downy mildew atau penyakit bulai masih menjadi momok utama bagi petani jagung. Azrai mengatakan, pencegahan bulai efektif diawali dengan penggunaan varietas yang toleran. Saat ini, sifat toleran terhadap penyakit yang disebabkan cendawan Peronosclerospora maydis ini menjadi syarat utama dalam pelepasan varietas jagung.
 
 
Balitsereal merakit beberapa varietas jagung toleran bulai dengan memanfaatkan teknologi biomolekuler. Dalam menghasilkan jagung toleran, seleksi dimulai dari awal. Benih pun wajib melalui serangkaian uji, di antaranya uji tahan gangguan biotik dan abiotik, uji multilokasi, serta screening galur.
 
 
Setelah memilih variitas toleran, lulusan S3 Pemuliaan Tanaman IPB Bogor ini menekankan, perlakuan benih tetap perlu diaplikasikan. Ia menegaskan, varietas adaptif bulai belum bisa diandalkan begitu saja. Varietas yang dinyatakan toleran pun akan tetap terserang tanpa adanya seed treatment. Perpaduan antara varietas toleran dan fungisida sebagai seed treatment bisa diandalkan.
 
 
Senada dengan Azrai, pada kesempatan berbeda, Crop Manager FMC Agricultural Manufacturing, Iman Segara FMC menuturkan, jagung juga butuh imunisasi layaknya manusia pada saat masih anak-anak. Menggunakan prinsipnya sebagai perlindungan, imunisasi perlu diaplikasikan pada jagung. Gangguan hama pada fase benih pun tidak main-main. Untuk meminimalkannya, ada baiknya perlindungan dilakukan sebelum benih ditanam.
 
 
 
Perlindungan Tanaman
Menyoal OPT jagung di Indonesia, Azrai menjabarkan, sejumlah hama masih menjadi perhatian untuk dicegah. Sebut saja hama penggerek batang, penggerek tongkol, lalat bibit, kutu daun, dan ulat grayak.
 
 
Hama penggerek tongkol, ulas dia, menyebabkan kerusakan daun dan tongkol daun. Daun muda yang terserang akan berlubang akibat tergerek larva. Kemudian pada stadia vegetatif, ditandai adanya lubang melintang pada daun. Kemudian rambut tongkol jagung terpotong dan ujung tongkol terdapat bekas gerekan.
 
 
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 297 yang terbit Maret 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain